MELAWAN DIMENSI JIN

MELAWAN DIMENSI JIN

Awal Mula

Di sebuah desa bernama Maceng hiduplah seorang pria bernama Sahib yang sudah berusia 32 tahun.

Dia tinggal bersama istrinya Rahmi di sebuah gubuk yang sangat sederhana.

Sahib dan Rahmi telah berumah tangga selama sepuluh tahun namun belum juga mendapatkan keturunan.

Pada suatu hari, Sahib yang bekerja sebagai kuli cangkul melewati jalan setapak menuju ladang Pak Amat.

Dia diberikan tugas oleh Pak Amat yang menjadi kepala desa Maceng untuk mencangkul di ladang milik Pak Amat yang berada jauh dari pedesaan.

Walaupun ladang itu melewati tempat yang terkenal angker, namun karena Pak Amat menawarkan upah yang tinggi, akhirnya Sahib bersedia bekerja di sana.

Sahib terlihat terus berjalan perlahan-lahan memasuki hutan yang sangat lebat.

Di hutan itulah masyarakat desa Maceng sering kesurupan, lagipula banyak sudah orang yang melihat penampakan makhluk gaib yang sangat mengerikan.

Dengan perlahan tapi pasti Sahib berjalan tanpa berani menoleh ke belakang.

Dia teringat mitos yang beredar di masyarakat bahwa barangsiapa yang menoleh ke belakang dan ada hantu yang sedang melihat nya, maka posisi kepala yang menoleh tidak akan bisa kembali seperti semula.

Tiba-tiba ada suara pergerakan di belakang Sahib namun dia tetap tidak berani menoleh, bulu kuduk Sahib sudah berdiri semua karena ketakutan.

Tiba-tiba, lewat lah seekor Kalong (Kelelawar besar) di atas kepala nya yang merasa kaget dan ketakutan.

Kembali dia teringat perkataan orang tuanya dulu,

"Kelelawar, Kalong, Ular, Burung hantu pertanda setan atau jin".

Mengingat hal itu, Sahib seperti ingin kembali ke rumah, namun karena persediaan beras sudah habis, maka dia mengerahkan seluruh tekad untuk terus berjalan ke ladang (kebun) yang berjarak 500 meter dari rumah Pak Amat.

Sahib melewati hutan yang sangat lebat, di sebelah kanan nya terdapat kuburan jaman yang juga dijuluki tempat paling angker di desa Maceng.

Sahib mengeraskan hatinya dan kini dia berjalan sambil membaca ayat-ayat Alquran.

Dulunya Sahib adalah seorang juara mengaji di kampung, namun karena dia kurang suka mengajar anak-anak, maka dia memilih menjadi kuli cangkul.

Setelah melewati kuburan lama, Sahib akhirnya tiba di ladang yang luasnya beberapa hektar, namun Pak Amat hanya menyuruhnya mencangkul beberapa puluh meter untuk lapak menanam jahe merah yang saat itu sedang mahal harganya.

Sesampainya di situ, dia segera mencangkul tanah lahan milik Pak Amat, hari pun masih pagi sekali saat Sahib sudah menyelesaikan satu petak tanah.

.---***---. .---***---. .---***---.

Beberapa orang terlihat sedang mengerumuni pagar rumah yang sangat mewah, ternyata pemilik rumah terbesar di desa Maceng kini sedang bertengkar hebat.

Makanya warga yang sangat ingin tahu urusan ribut-ribut di rumah Pak Darmawan itu kini bertambah banyak di luar pagar seperti orang yang sedang mengantri sembako.

Di kerumunan orang-orang yang berdiri di pagar, terdapat Rahmi istrinya Sahib yang baru pulang dari pasar. Dia pun tertegun mendengar pertengkaran antara Pak Darmawan dan istrinya.

"Kau pikir aku mau hal ini terjadi, dulu kau pun setuju bahkan kau yang memaksa aku untuk berbuat hal itu",

seru Pak Darmawan dengan sangat emosi.

Disambut lagi oleh istrinya dan menurut yang di dengar oleh Rahmi, pertengkaran itu terjadi karena Pak Darmawan dan istrinya saling menyalahkan atas sesuatu yang akan menimpa anak semata wayang mereka.

Memang sudah bukan rahasia lagi bahwa Pak Darmawan dikenal warga sekitar kaya raya akibat membuat perjanjian dengan Jin.

Sudah banyak Ustadz yang mencoba menasehatinya namun yang ada Ustad yang berani malah akan mendapat celaka.

"ibu-ibu, saya permisi dulu ya, saya duluan",

ucap Rahmi tak lama kemudian.

Dengan cepat Rahmi melangkahkan kaki menuju ke gubuk milik nya.

Sesampainya Rahmi di gubuk, segera terdengar suara suaminya dari dalam yang agak kasar,

"sudah pulang bu, cepat buatkan aku makanan"

Rahmi yang memang memiliki pengetahuan tentang Jin sedikit-sedikit mulai merasa aneh.

Suaminya tidak pernah pulang sebelum siang dan lagipula tidak pernah suaranya terdengar kasar.

dia tidak menjawab apa-apa. segera dia berjalan ke arah suara tadi dan benar saja, duduk sosok suaminya di meja kayu sederhana dalam keadaan seperti orang kesurupan.

Rahmi yang merasa khawatir segera masuk ke dalam mengambil wudhu dan beberapa saat kemudian dia telah memegang sebuah Al-Qur'an di tangannya.

Dengan perlahan dibawanya ke tempat sosok suaminya tadi,

"Pak, jam segini kita biasanya membaca Alquran, ayo Pak kita baca sama-sama"

Melihat Rahmi membawa Alquran, sosok Sahib tadi segera bangun dan bergegas menuju kamar mandi.

Karena kamar mandi mereka berada di dapur, jadi dari ruang tengah bisa langsung melihat pintu kamar mandi,

Rahmi yang mulai merasa itu adalah suaminya mungkin sedang kerasukan setan segera menghampiri kamar mandi.

Namun Rahmi sangat kaget ketika dia menolak pintu kamar mandi, ternyata didalam nya tidak ada siapa-siapa, jangankan suaminya, sosok lain pun tidak terlihat di sana.

Segera Rahmi keluar dan duduk di depan pelataran rumahnya lalu dia pun bergumam,

"masak sih siang-siang gini ada hantu".

Rahmi yang merasa seluruh bulunya telah berdiri, tak berani lagi masuk ke rumah dan kini dia duduk di sana hingga sore hari dan menanti suaminya yang asli pulang.

.---***---. .---***---. .---***---.

Sahib terus mencangkul di ladang Pak Amat hingga pukul 5 sore, setelah istirahat pada jam satu siang untuk memakan bekal makanannya dan shalat dhuhur dia segera melanjutkan kerja nya hari itu.

Sebelum pulang ke rumahnya, dia shalat asar di situ dan kembalilah dia pada pukul lima sore tepat.

Ketika Sahib melewati komplek pemakaman lama, dia melihat sosok seorang gadis yang sangat cantik sekali berdiri di samping jalan dan menegurnya.

Dia hanya tersenyum kepada gadis itu dan tidak menjawab pertanyaan si gadis.

Tak lama kemudian, Sahib pun memasuki hutan lebat di mana dia bertemu dengan Kalong besar tadi pagi.

bulu tengkuknya meremang saat akan melewati sebatang pohon besar,

tiba-tiba, Sahib merasa tubuhnya sangat berat dan tidak sanggup melanjutkan perjalanan, lantas dia pun duduk di akar pohon Angsana besar tersebut karena merasa tubuhnya berat dan rasa kantuk yang sangat pun melanda.

Saat Sahib berada diantara ngantuk dan setengah sadar,

muncullah sesosok wujud yang sangat mengerikan, bayangan besar berwarna hitam kemerahan berbentuk campuran Manusia dan Kelelawar yang sedang mengepakkan sayapnya dan bertanduk seperti iblis.

Bayangan itu berkata kepada Sahib,

"apa keinginanmu begitu besar untuk memiliki seorang anak?"

Sahib menjawab antara sadar dan tidak.

"ya, aku sangat ingin mempunyai seorang putra".

"kalau begitu ikutilah jalanku, aku akan kabulkan permohonan mu dan memberi engkau seorang putra"

"maaf, aku hanya meminta dan memohon kepada Allah, hanya Dia yang mampu memberi apapun keinginanku, kau siapa, apa kau tidak takut kepada Allah Tuhanku dan Pemilik mu?" Sahib berkata.

Tak lama kemudian Sahib kembali terbangun dan sayup-sayup dia mendengar suara di kejauhan.

"tunggu saja, aku akan terus menyesatkan mu hingga sampai ke anak cucumu".

Akhirnya Sahib yang melihat hari hampir gelap gulita terfikir didalam benak nya, jika dia keluar dari hutan, maka keburu waktu magrib habis, namun jika dia tak keluar, dia takut akan di datangi lagi oleh sosok yang di anggapnya setan itu.

Dengan menetapkan hatinya, Sahib berkata lantang,

"La haula wa la quwwata illa billahil 'aliyyil 'adlim".

Lalu dia segera mengambil wudhu di parit besar yang ada di tengah hutan belantara itu, selesai shalat dengan perlengkapan shalat yang selalu dibawanya, dia pun melangkah kan kaki untuk pulang ke rumah dalam kegelapan malam yang hanya di terangi oleh cahaya bintang gemintang.

BERSAMBUNG

Episodes
Episodes

Updated 57 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!