Sesampainya di rumah, Sahib melihat Rahmi sedang duduk menunggunya,
"assalamualaikum buk", seru Sahib lembut
"wa alaikum salam Pak, kenapa lama pulangnya Pak?"
"tadi ada masalah di jalan buk, nanti aku ceritakan, sekarang mari kita masuk dulu"
Rahmi pun masuk ke dalam di samping suami yang sangat dicintainya.
Sesampainya mereka didalam, Sahib segera menceritakan hal aneh yang terjadi pada dirinya saat dia ditawarkan oleh sesosok makhluk untuk mempunyai anak dan dia menolaknya,
mendengar cerita suaminya yang telah pulang malam itu Rahmi pun berkata,
"aku tadi juga mengalami hal aneh, siang tadi sekitar jam 11 pas aku pulang dari pasar, aku lihat kamu duduk di ruang tengah minta makanan dan bicara dengan nada kasar kepadaku"
"aku gak pulang tadi siang buk", potong Sahib seketika.
"makanya aku bilang aneh pak, lalu buru-buru aku ke dalam mengambil Al-Qur'an dan mengajak dia ngaji, lalu segera dia masuk ke kamar mandi, begitu ku lihat, tidak ada siapa-siapa di kamar mandi"
lanjut Rahmi menceritakan dengan bulu kuduk merinding, dia pun melanjutkan,
"dari tadi siang aku gak berani masuk kedalam, shalat dhuhur, asar dan magrib pun di rumah buk Sari di sebelah".
Setelah menghela nafas panjang, akhirnya Sahib berkata,
"itu adalah cobaan buat kita bu, yang penting, apapun keadaan kita, kita tetap berserah diri sepenuhnya kepada Allah".
"ibu sudah makan?" tanya sang suami
"kita gak ada apa-apa Pak, tadi ibu ke pasar cuma beli ubi, sebentar ibu rebus dulu ya Pak"
jawab Rahmi lalu bangun menuju ke dapur merebus ubi tanah yang tadi di belinya.
Singkatnya, setelah makan malam yang sangat sederhana, Sahib dan Rahmi segera berwudhu dan melakukan shalat isya berjamaah,
selesai sholat, Sahib berdoa sangat panjang yang di aminkan oleh sang istri tercinta.
Tak lama kemudian, setelah mengunci semua pintu dan jendela, Rahmi segera memenuhi ajakan suaminya yang ingin melepaskan kerinduan di malam itu, jam telah menunjukkan pukul 9 lewat 10, Rahmi yang berdandan seadanya langsung menuju ke kamar dan segera dia merebahkan dirinya dalam pelukan sang suami.
Malam itu tiba-tiba hujan pun mengguyur deras, Sahib yang berada di tempat tidur dengan sang istri mulai melakukan pencangkulan dengan ritme pelan.
Tak lama kemudian, mereka pun larut dalam kemesraan bercocok tanam hingga pukul 2 pagi dini hari, dan akhirnya mereka berdua tertidur pulas.
.---***---. .---***---. .---***---.
Beberapa bulan kemudian, terlihat Rahmi yang kini telah hamil 4 bulan.
Dia sedang menjaga warung kecil di depan rumahnya.
sekitar dua bulan yang lalu, Sahib dan Rahmi kedatangan tamu yang tidak lain adalah adik kandung Sahib bernama Rahma yang baru pulang dari Pesantren di daerah Jogja.
Rahma telah lama tinggal di Pesantren hingga dia menjadi dewan guru dan memegang kunci koperasi di Pesantren tersebut.
Kini Rahma berencana tinggal di desa Maceng bersama Abang dan kakak iparnya yang begitu baik padanya.
Berkat keuntungan koperasi yang di kelolanya di Pesantren, maka Pesantren memberikan keuntungan 30 persen kepada Rahma selama dia mengelola Koperasi.
Dengan uang 90 juta yang di kantongi nya, Rahma membeli perlengkapan rumah untuk mereka pakai bersama dan membangun Saung balai pengajian serta membuka sebuah kedai kelontong di depan rumah Sahib.
Selama adiknya pulang dari Pesantren, Sahib tampak mulai meningkat hidupnya secara perlahan-lahan, Rahmi pun terlihat sangat bahagia dengan kehadiran adik perempuan suaminya tersebut.
Terlebih calon anak mereka yang berusia 4 bulan dalam kandungan yang menjadi pelengkap kebahagiaan mereka.
Beberapa saat kemudian, ada tiga orang ibu-ibu yang datang untuk berbelanja,
"assalamualaikum bu Rahmi".
"wa alaikum salam ibu-ibu, singgah buk",
"ya bu Rahmi, sayurnya segar-segar ya bu,
saya mau yang ini dua ikat, tomat nya dua ons aja ya buk"
"ya bu, sebentar bu saya siapkan"
seorang ibu-ibu yang datang bertanya,
"oya bu Rahmi, dek Rahma mana ya?"
"Rahma ada bu, sedang mengajar anak-anak di saung belakang rumah".
"pesan bu Hajjah, besok, ba'da Jum'at pengajian ibu-ibu jadi diadakan di Surau dekat rumah bu Hajjah, tolong sampaikan ke Rahma ya buk".
"baik bu", Rahmi menjawab.
Setelah selesai ibu-ibu itu berbelanja, Rahmi segera menutup pintu warungnya,
ibu-ibu bertanya,
"kenapa di tutup bu"
"o ini cuma nutupin pintunya aja bu, sudah mau masuk waktu shalat dhuhur sebentar lagi bu".
jawab Rahmi yang lalu masuk ke rumahnya.
Sementara ibu-ibu itu sambil jalan pulang ke rumah, tak henti-hentinya membicarakan kebaikan keluarga Pak Sahib.
Tak lama kemudian, Sahib pun telah sampai ke rumah, setelah mengucap salam dan masuk, istrinya segera menyambutnya dengan menyuguhkan teh sambil bertanya bagaimana usahanya hari ini,
Sahib yang kini menjadi pengusaha jual beli hasil panen kecil-kecilan berkata,
"alhamdulilah bu, berkat doa kalian, akhirnya mobil Pick Up Pak Amat yang kita cicil tahun lalu sudah lunas bu, dan masih tersisa keuntungan hari ini buat keperluan sehari-hari".
Begitulah kehidupan Sahib, Rahmi dan adik nya yang kini menjadi seorang Ustadzah di kampung Maceng.
Lima bulan kemudian, Rahmi pun melahirkan seorang putra di Puskesmas desa Maceng yang langsung di azankan oleh Sahib sendiri.
Anak itu di beri nama Muhammad Fatih karena semenjak ibunya mengandung dia, pintu rezeki dan kebahagiaan seperti terbuka dengan lapang untuk keluarga mereka.
.---***---. .---***---. .---***---.
Di desa Meadat, terdapat seorang dukun yang sakti mandraguna.
Desa itu terletak paling ujung di antara beberapa desa yang ada di kota tersebut, dari ujung terdapat desa Meadat, desa Pamam, desa Paden, desa Maceng, desa Almer, desa Langla dan desa Gamba yang terletak di pinggir jalan arah ke kota.
Dukun yang telah tersohor ke beberapa desa itu biasa di panggil Mbah Marlan, dia merupakan dukun yang memang selalu di cari orang-orang yang ingin kekayaan, anak, dan lain hal sebagainya.
Seperti Pak Darmawan yang tinggal di desa Maceng, dia juga mengambil ajian kekayaan pada Mbah Marlan.
Di setiap desa, terdapat orang yang datang berobat ke Mbah Marlan,
anehnya, apapun persyaratan yang di berikan oleh Mbah Marlan, semua yang datang tentu akan menyanggupinya walaupun pada akhirnya mereka akan menyesal.
Sore itu, Mbah Marlan sedang menyiapkan sesajen untuk para jin, setan dan iblis sesembahannya.
Dia menyiapkan satu telenan (talam) besar penuh makanan yang sedap-sedap.
Mulai dari ayam hitam panggang yang sampai kaki dan darahnya pun hitam, ada pulut ketan yang sudah di masak, air bunga 7 rupa, kemenyan bakar, kue sekitar 7 macam telah tersedia di atas sebuah nampan besar yang kemudian di letakkan dalam kamar pribadinya.
Beberapa saat kemudian, terdengar suara-suara aneh di dalam kamar tersebut.
Jika ada orang yang terbuka mata batinnya, maka dia pasti bisa menyaksikan makhluk-makhluk yang mengerikan sedang memakan sari makanan yang di siapkan Mbah Marlan.
Dari jin yang lebih kecil dari semut hingga makhluk yang lebih besar dari gajah sekalipun telah berkumpul dengan bentuk rupa yang sangat menakutkan.
Mbah Marlan hidup sendiri di rumah itu, sebenarnya dia mempunyai seorang istri dan seorang putri.
Namun saat dia mulai berguru kepada Ki Tapa Rawut, istri dan putrinya pergi dari rumah setelah dia menjatuhkan talak 3 kepada istrinya yang bernama Nyi Dayang.
Hingga sekarang, dia tidak tau kemana perginya mantan istri yang membawa putri semata wayangnya itu.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments