"Halo Nana" sapa sang kakak diseberang.
"Halo kakkk" seperti biasa gadis itu selalu heboh sendiri.
Ia memencet tombol Videocall agar bisa melihat wajah sang kakak.
"Kakakkk kapan pulang?" Rengek gadis itu setelah melihat wajah tampan sang kakak muncul dilayar ponselnya.
"Iya bentar lagi kakak pulang. Kakak mau liburan bentar disini"
"Ih kakak apa apaan sih, dari dulu bilangnya 'bentar' 'iya kakak pulang' tapi kenyataannya kakak nggak pernah pulang" gadis itu memasuki mode mengambek.
"Kakak kan disini belajar Na,"
"Tapi Nana kesepian kak, week end gini mami sama papi sibuk dikamar. Dari kemarin sore aja nggak keluar kamar" curhat gadis itu.
"Oh yha?" Qian menaikan sebelah alisnya.
Nana mengangguk
"Makannya kak cepet pulang biar Nana ada temen nya"
"Jadi, adek kakak mau lanjut sekolah kemana?" Qian mengalihkan pembicaraan.
"Kakak mah gitu, kalo ditanya suka ngalihin topik" gadis itu mencebikan bibirnya yang membuat kakaknya yang diseberang menyunggingkan senyum tipisnya.
"Jadi Nana mau lanjut sekolah dimana?"
"Sebenernya Nana pengen keluar negeri kak" pinta gadis itu.
"No!" Sang kakak melarang keras gadis kecilnya untuk sekolah keluar negeri.
"Kamu itu adik perempuan kakak satu satunya. Lagi pula hidup diluar negeri tak semudah bayangan kamu dek" Qian memberi pengertian pada sang adik.
"Ya udah deh kalau nggak boleh, Nana ngikut keputusan kakak sama papi aja" gadis itu menurut.
Obrolan antara kakak dan adik itu mengalir begitu saja.
Panghilan diakhiri saat Qian sudah mulai mengantuk karna dinegara A sudah menunjukan waktu tengah malam.
Nana kembali mendesahkan napasnya kala panggilan sang kakak telah terputus.
...
Qian masih belum memejamkan matanya.
Netranya menatap langit langit kamarnya.
Otaknya memikirkan langkah yang akan dilakukannya selanjutnya setelah ini. Dalam hatinya ia ingin sekali bekerja dan berkarir dinegara itu.
Namun logikanya menolak, kenyataannya ia adalah harapan satu satu sang papi untuk meneruskan perusahaan.
Toh dia satu satunya anak lelaki. Jikapun adiknya mampu, adiknya pun masih jauh dibawah umur.
Pagi hari waktu negara A,
Qian terbangun dari tidurnya. Waktu paginya ia habiskan untuk berolahraga pagi dengan teman temannya.
Semua mata menatap pemuda dengan wajah asia itu. Tak jarang kaum hawa disana begitu memuja wajah tampan Qian yang mengalahkan para lelaki eropa disana.
Qian memang menutup dirinya. Ia tak mau semua orang tau bahwa ia adalah anak dari pengusaha terkenal yaitu Rifqi Yulandres.
Ia ingin semua orang memandangnya karna dedikasi dan prestasinya.
Matahari sudah mulai meninggi, Qian segera kembali ke apartemen nya. Ia segera membersihkan tubuhnya yang terasa lengket karna lari lari paginya.
Tringggg
(Suara ponsel Qian berdering tepat setelah ia sepesai mengganti bajunya)
"MAMIII❤️" begitulah nama kontak yang tertulis di layar handphone itu.
Qian menggeser ikon warna hijau di panggilan Video itu.
"Iya mi? Tumben nelpon jam segini?" Itulah yang terucap pertama kali.
Tak biasanya sang mami menelpon diwaktu malam di tanah air.
"Ih kamu jadi anak bukannya tanya kabar malah bilang 'tumben' ke maminya" kesal mami Ara diseberang.
"Iya mi, Qian minta maaf. Kabar mami gimana?" Tanya Qian mengalihkan pembicaraan.
"Kabar mami baik"
"Kamu nggak tanya kabar papi?" Tiba tiba papi Rifqi ikut menimbrung dipanggilan video itu.
"Kabar papi gimana?" Tanya pemuda itu.
"Kabar papi baik, oh ya ada yang perlu papi bicarain penting"
"Ada apa memangnya pi?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 155 Episodes
Comments
Alifah Azzahra💙💙
Mampir yah Thor 🥰
2024-03-12
0
Rapa Rasha
lanjut
2023-01-21
1
Kaizar Kaizar
😘😘😘
2022-12-27
0