Dari Misi Turun Ke Hati
...☕Cerita ini adalah fiksi belaka. Mohon maaf jika terjadi kesamaan nama tokoh dan tempat kejadian. Dimohon bijak dalam membaca, diresapi kata demi kata, agar tujuannya sampai pada hati pembaca☕...
Singapura,
Krek!
Bunyi pelatuk senapan siap tembak ditarik oleh tangan seorang pria. Dia sedang bersembunyi di ruangan terbuka dengan mengenakan pakaian serba hitam, sedang berada di atap gedung yang terpisah dengan kawanannya. Dia berdiam diri dalam posisi tengkurap. Tangannya memegang senapan jenis MKEK MPT-76.
Jenis senapan yang memiliki kaliber 7,62 milimeter. Dinilai se-efektif G-3, dapat diandalkan seperti AK-47, dan ringan seperti M16. Senapan ini memiliki jangkauan efektif, yaitu hingga mencapai 600 meter dan mampu membidik 600 putaran per menit dengan kecepatan moncong 800 per detik.
Dia terhubung dengan kawanannya menggunakan benda kecil di telinga mereka. Ericko Juanda, seorang agen rahasia yang sangat matang dalam hal bidik membidik. Dia bersama dua orang kawanannya, Rio dan Dilan. Mereka juga sama seperti Ericko, seorang agen.
Target mereka kali ini adalah membawa pulang seorang buronan kelas kakap yang terlibat kasus korupsi. Detik-detik menunggu target incaran mereka adalah hal membosankan bagi mereka.
"Dia datang!" seru Dilan yang berada di parkiran mobil sebuah hotel. Dilan memberitahukan para kawanannya.
"Meluncur." jawab Rio yang sudah menyamar menjadi petugas hotel. "Ada tiga orang pengawal. Dua orang bertubuh gempal di sebelah belakang dan kiri. Satu orang bertubuh gagah di sebelah kanan.
Ericko semakin tegang. Pesan dari atasannya adalah, bawa target tanpa lecet. Matanya sudah memicing siap menembak.
Dor!
Dada seorang pria yang tambun mengeluarkan darah dengan deras. Mereka semua waspada.
Dor!
Perut kanan pria lainnya terkena tembakan. Target hendak melarikan diri dengan pengawalnya yang tersisa satu orang.
Dor!
Timah panas itu melesat sempurna menembus kulit dahi pria ketiga.
Dilan dan Rio langsung melakukan tugasnya membawa target mereka. Memborgolnya lalu membawanya ke mobil.
Dilan berterima kasih pada pihak hotel. Berjanji akan membereskan berita yang mungkin saja dapat mengancam reputasi hotel.
Ericko membereskan alatnya. Mendapatkan telepon dari Ibunya. Dia tersenyum. Segera mengangkat panggilan itu.
"Assalamualaikum, Nyonya ku, Sayang."
"Waalaikum salam. Pulang, Nak. Hari ini Kalena akan dimakamkan"
Tubuh Ericko menjadi kaku. Lidahnya kelu. Matanya tiba-tiba nampak sayu. Dia masih tidak mengerti maksud dari ucapan Ibunya. Dia hanya bisa berdiam. Memastikan kembali ucapan Ibunya.
"Pulang, Rick. Kalena hari ini ditemukan di kamar kontrakannya dalam gantung diri."
Darah Ericko tiba-tiba saja mendidih. Matanya sudah basah oleh curahan air mata di pipi.
"Ya, Bu. Ricko pulang."
Dalam perjalanan membawa target, Ericko lebih banyak bungkam. Menyimpan berbagai rasa karena perpisahan. Sungguh, banyak yang ingin ia utarakan. Namun, akan dia tahan. Hingga menemukan kejelasan.
Ericko menyerahkan semuanya kepada Rio dan Dilan. Dia langsung menuju rumah Kalena yang berada di Bandung. Kalena telah dimakamkan. Mamah Kalena menyambut Ericko dengan tangisan. Membuat hati Ericko semakin teriris miris.
Ericko menuju makam yang beberapa jam lalu menyandang sebagai mantan kekasih. Dia melihat makam itu dan tersenyum sedih.
"Aku tahu. Semua yang bernyawa akan kembali pada-Nya. Tugasku hanya mengikhlaskanmu. Tugasmu adalah bahagia disana. Agar hancurnya aku, bukan hal yang sia-sia"
Ericko tersenyum. Bangkit dari posisi jongkoknya. Menghapus air matanya. Meninggalkan segalanya tentang Kalena.
*****
Jakarta, dua hari sebelum ditemukan mayat
18. 45 WIB
Kring ... kring ... kring!
Tangan kiri Kalena mengangkat gagang telepon yang berdering dari mejanya. Terdengar suara seorang lelaki dari balik gagang telepon itu. Suaranya sangat khas dan berat. Kalena sudah hapal dengan pemilik suara itu.
Namanya Kalena, seorang sekretaris di salah satu perusahaan swasta milik Malik Grup. Masih terpaku di depan layar komputer dengan sinar biru. Mempercepat jemarinya untuk membelai tombol huruf pada keyboard komputer itu. Atasannya meminta laporan hasil kinerja karyawan. Atasannya memberikan waktu hingga pukul tujuh malam.
Ponselnya berdering. Tanda panggilan masuk dari seseorang. Kalena menoleh cepat pada ponselnya. Tersenyum dan menggeser tombol hijau pada layar ponselnya.
"Halo, Sayang," sapanya penuh mesra setelah tahu siapa yang menelpon. Senyum mengembang penuh di bibirnya. Rasa kerinduan itu teramat membuncah untuknya.
"Halo juga, Sayangku. Masih kerja?" tanya seorang pria dari ujung telepon itu.
Dia adalah Ericko Juanda. Pacar dari Kalena. Seorang agen terlatih dan rahasia. Bekerja untuk negara. Mereka sedang terpisah jarak, waktu, dan raga. Ericko sedang dalam misi bersama kawanannya. Namun, Kalena tidak mengetahuinya. Yang Kalena tahu, ialah, Ericko seorang pegawai kantoran biasa seperti dirinya.
"Sebentar lagi selesai, kok. Sekalian menyerahkan laporan. Kamu lagi apa, Sayangku?"
Ericko mulai bercerita. Mulai menceritakan kepalsuan dan kebohongannya. Dia belum sanggup mengungkapkan jati dirinya pada Kalena. Takut jika Kalena meninggalkannya. Dia lebih memilih untuk menyembunyikan kenyataan yang ada. Hingga dia benar-benar siap mengungkapkan siapa dirinya.
Hingga akhirnya, Kalena selesai mengerjakan pekerjaannya. Dia melirik jam dinding yang terpasang estetik di dinding sebelah kanan ruangannya. Dia harus mengakhiri panggilan telepon itu.
"Sering-sering telepon dong, Sayang," protes Kalena pada Ericko.
"Iya, nanti kalau ada waktu. Nanti pulangnya hati-hati, ya. Selamat malam, Sayang," pamit Ericko.
"Selamat malam juga, Sayang." Kalena menekan tombol akhiri panggilan.
Panggilan telepon itu pun berakhir. Kalena merapikan meja kerjanya. Bersiap membawa laporan itu kepada pimpinan perusahaannya, Zamroni Malik. Seorang pimpinan perusahaan, yaitu Malik Grup yang bergerak di bidang pangan dan properti. Perusahaan Zamroni sangat terkenal di Jakarta, masuk jajaran sepuluh orang terkaya di Jakarta.
Kalena mengetuk pintu ruangan atasannya dengan hati-hati. Menunggu jawaban dari dalam sana.
"Masuk," suara berat dari lelaki separuh baya itu terdengar sampai ke luar ruangan. Kalena membuka pintu. Melangkah masuk ke dalam ruangan.
Kalena menyerahkan laporan yang ada di tangannya. Zamroni memeriksanya. Lalu membubuhkan tanda tangan di bagian bawah laporan itu. "Len, Saya masih ada janji dengan Pak Alex. Nanti kalau dia datang, langsung suruh masuk ruangan Saya," terang Zamroni.
Alex Sanjaya, seorang pengusaha yang menggeluti bidang yang sama dengan Zamroni. Mereka sering melakukan pertemuan, entah itu hanya sekedar berkumpul, ataupun untuk membahas kerjasama.
"Duh, masih nunggu Pak Alex lagi. Sudah jam 7 malam," batin Kalena dalam hati.
"Baik, Pak," jawab Kalena singkat.
Tak lama, tamu yang ditunggu pun datang. Kalena langsung mempersilahkan Alex masuk ke dalam ruangan Zamroni. Kalena hanya bisa menunggu. Begitulah pekerjaannya, dia baru bisa pulang setelah atasannya pulang jika sedang berada di kantor.
Detik beralih menjadi menit, menit berubah menjadi jam, satu jam menuju dua jam. Kedua lelaki paruh baya itu masih saja belum keluar dari ruangannya. Kalena mulai gusar, dia memberanikan dirinya untuk masuk dan meminta izin pulang.
Dia mengetuk pintu ruangan Zamroni. Tak ada sahutan. Dia mencoba mengetuknya kembali. Masih saja tak ada sahutan. Kalena memberanikan diri masuk ke ruangan itu. Keadaan di dalam ruangan itu tidak seperti yang diharapkan Kalena.
Ternyata Zamroni dan Alex tengah berdiskusi serius. Namun, Kalena juga mencium bau alkohol disana. Selain berdiskusi, Zamroni dan Alex ternyata sedang pesta minuman keras. Kalena mendengar isi pembicaraan mereka.
Dengan jelas setiap kata yang keluar dari mulut Alex dan Zamroni terekam dengan sangat baik oleh telinga dan otak Kalena.
"Apakah akan mengganggu pencalonanku nantinya?" tanya Zamroni. Alex meyakinkan sahabatnya bahwa rencana mereka akan aman.
Zamroni tersenyum licik dan mengangguk setuju. Ya, begitulah dua orang pengusaha itu. Mereka memang seorang sahabat karib. Lingkaran pertemanan mereka yang toxic membuat Zamroni selalu mengikuti ide gila dari Alex Sanjaya. Mereka belum mengetahui keberadaan Kalena yang telah mendengarkan pembicaraan mereka.
Kalena hendak menyelinap keluar. Namun sayang, Zamroni mengetahui keberadaannya.
.
.
.
Hai hai hai
Assalamualaikum readers kesayangan hi-hi-hi. Othor come back. Gimana? Cukup tegang gak? Atau kurang? hi-hi-hi
Ini karya terbaru othor ya. Nantikan terus kisahnya.
Like
Vote
Komen
Tip
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
🔵ᴹᴿˢ᭄Ney Maniez●⑅⃝ᷟ◌ͩ ⍣⃝ꉣꉣ
mampir
2022-06-03
0
Ida Lailamajenun
mampir lagi aye Mak 😘😘novel terakhir karya mu yg blm aye baca
2022-01-14
0
Rini Adirini
wow keren
2022-01-01
1