Wife Or Nanny?

Wife Or Nanny?

1

Seorang anak kecil berlarian dengan gaun indahnya melewati banyak orang yang sedang sibuk berbelanja di sebuah supermarket.

Bug!

Tubuh mungil itu jatuh karena menabrak seorang wanita muda, atau mungkin terlihat masih muda yang sedang antri di depan kasir.

"Huh?"

Matanya menangkap sosok anak kecil di lantai dengan alis menyatu. Terlihat sedikit terkejut dan juga bingung. Namun detik berikutnya ia tersenyum dan berjongkok. Membantu anak itu berdiri.

"Siapa namamu? di mana ibumu?"

Gadis kecil itu tidak menjawab, ia hanya menatap wanita itu dengan matanya yang jernih.

"Hei ... apa ada yang sakit?"

Anak itu menggeleng pelan sebelum memeluk erat leher wanita itu. Hal itu membuat ia jatuh terduduk karena tidak siap. Wanita itu hendak melepaskan tangan anak itu namun urung ketika mendengar isakan kecil.

"Hik hik ... ma ... mama ... mama...!"

"Hei, ayo bangun dan cari mamamu, oke?"

Gelengan kuat wanita itu dapatkan. Ia menghembuskan nafasnya pelan sambil berusaha bangkit dan akhirnya menggendong anak itu. Ia menyingkir dari antrian dan menarik troli belanjanya agar tak mengganggu antrian. Mencari tempat cukup tenang untuk bicara dengan anak itu.

"Siapa namamu?"

Wanita itu masih menggendong si gadis kecil sambil menghapus air matanya.

"Catrin mama ... "

Kening wanita itu mengernyit dalam ketika ia mendengar panggilan untuknya. Dengan terpaksa ia tersenyum dan mengelus surai halus itu.

"Catrin ... tante bukan mamamu, oke? jadi katakan dimana mamamu? kesini dengan siapa?"

"Mama ... jadi mama catrin ya, tante?"

Sekali lagi wanita itu memaksakan senyumnya. Ia lelah sekali sepulang dari tempat kerjanya dan benar-benar butuh istirahat. Namun ia harus menghadapi anak kecil yang tersesat dan memanggilnya mama.

"Catrin ... ayo ke pusat informasi. Mungkin mama dan papamu ada di sana,"

"Papa bekerja dan mama pergi! Catrin lari dari nenek untuk mencari mama baru! Cat tidak akan ke sana! Cat ikut mama baru!"

Maka serta merta Catrin memeluk leher wanita itu lagi hingga jilbab wanita itu tertarik sedikit ke belakang. Ya, wanita itu adalah seorang yang menutup auratnya dengan sempurna.

"Cat!!"

Teriakan nyaring seorang wanita paruh baya mengalihkan atensi keduanya. Catrin yang mengenali suara itu semakin memeluk erat leher wanita berhijab saat langkah kaki itu semakin mendekat.

"Anda siapa? apa nenek anak ini?" tanya wanita itu.

Ia tidak bisa melihat dengan leluasa karena rambut keriting lebat catrin. Hanya dari sudut matanya ia melihat wanit Itu dengan dua pria berjas hitam dibelakangnya.

"Catrin ... ayo pulang. Nenek minta maaf, oke? Ayo temui papa, hmm?"

"Gak mau! Cat mau sama mama baru!"

Kernyitan di kening wanita paruh baya itu terbentuk sesaat sebelum memahami saat ia menatap wanita yang menggendongnya.

"Tentu ... tentu sayang. Ke tempat papa sama mama."

Kali ini wanita itu yang melebarkan matanya. Catrin yang terlihat senang menatap neneknya meminta kepastian.

"Janji bawa mama!"

"Hmm ... tentu saja."

"Ah ... maaf, saya sungguh tidak paham apa yang terjadi. Tapi ... bisakah anda mengambil segera cucu anda?" potong wanita itu setengah hati saat ia menangkap wajah sendu gadis kecil di gendongannya. Anak itu sudah mencebik dan siap menangis.

"Mama tidak mau ikut?" tanyanya dengan serak.

Astagfirullah anak ini kenapa aneh banget sih?

"Cat ... tante harus pulang, sekarang sama nenek ya?"

Catrin bukannya menjawab malah kembali memeluk erat enggan lepas. Menjadikan wanita itu tampak frustasi.

Berbeda dengan wanita yang lebih muda, wanita paruh baya itu tampak santai dan malah terlihat senang.

"Maaf, siapa namamu?"

Wanita itu melirik sesaat sebelum menjawab.

"Jihan, anda bisa panggil saja begitu."

"Hmm ... begini Jihan ... Catrin merindukan sosok ibunya. Jadi ... tolong maklumi. Bisakah ... aku minta tolong padamu mengantar Catrin ke papanya? tentu denganku juga," kata wanita itu.

"Bu ... maaf, tapi saya ... "

"Tolong ... kali ini saja ... "

Maka Jihan hanya tersenyum kecil sebagai jawaban. Meski ia lelah luar biasa, namun ia tidak bisa menolak permintaan wanita tua di hadapannya. Belum lagi Catrin yang tidak ingin lepas darinya.

.

Di dalam kantor pemilik gedung, mereka sedang duduk di sofa tamu dengan Catrin yang masih dalam gendongan Jihan.

"Cat ... come to papa!"

Catrin hanya mendengus dan menggeleng brutal.

"No papa! i want with mom!"

"She is not your mom, jangan jadi merepotkan dan segera ke sini," ucap papanya dengan intonasi yang cukup membuat siapapun bergidik.

Tampaknya nada itu berhasil mempengaruhi anaknya, dengan pelan Catrin melepaskan pelukannya dan beranjak turun. Kaki kecilnya perlahan melangkah ke pangkuan papanya dengan bibir mencebik lucu.

"Kalau begitu saya permisi," ucap Jihan spontan.

Ia sudah akan bangkit sebelum tangisan Catrin memecah keheningan dan memekakkan telinga. Sanggup membuat ketiga orang dewasa disana gelagapan.

"Bisakah kamu tinggal sebentar lagi?"

Laki-laki dengan paras rupawan dan tubuh tegap proporsional itu menatapnya dengan mata tajamnya. Mampu menjadikan Jihan sedikit tertunduk pada karisma kekuasaan. Namun ada satu ego yang membutnya tetap berani untuk menolak.

"Saya butuh istirahat,"

"Bukan masalah, kamu bisa istirahat di kamar pribadi saya dengan catrin."

Maka Jihan terdiam dengan sorot mata kebingungan. Laki-laki di depannya masih mengelus punggung anaknya yang masih menangis.

"Hanya sampai Catrin tertidur," pinta nenek Catrin, yang tak lain ibu laki-laki di hadapannya.

Maka Jihan hanya mampu menghembuskan nafas pasrah. Berdiri dan mengambil Catrin yang langsung diam di pelukannya. Cukup bingung dengan anak yang ia gendong ini, bagaimana bisa baru pertama bertemu langsung memnggilnya mama dan menginginkannya seperti mamanya.

Jihan masuk ke dalam kamar yang ditunjukkan sekretaris sang penguasa bersama Catrin. Saat pintu tertutup, semua tampak menarik nafas lelah kecuali satu orang. Diam-diam menyunggingkan senyum penuh arti.

"Chris ... "

"Ya, mom?"

"Namanya Jihan, segera mama akan cari identitasnya. Catrin sangat menyukainya, ibu pikir dia cocok menggantikan mamanya,"

Maka Chris memgangkat sebelah alisnya apatis. Jelas sekali wajahnya menunjukkan penolakan keras akan usulan mamanya.

"Sulit sekali mencari orang yang disukai anakmu! ada kesempatan bagus kenapa tidak di ambil? ingat kan?! ibu hanya mengizinkan kamu menikahi wanita yang disukai Catrin!"

Chris menatap ibunya datar.

"Terserah mom, hanya jangan paksa aku menyukainya. She's not my type."

Ibunya mengangkat bahu acuh dan segera beranjak dari sana. Meninggalkan Chris dengan segala ide gila untuk memikat wanita di dalam sana agar mau menjadi ibu dari anaknya.

Satu hal yang selama ini selalu tidak bisa ia tolak. Sedingin dan sekejam - kejamnyanya seorang Christoper August Mc, ia tidak pernah bisa menolak permintaan sang ibu tercinta.

Terpopuler

Comments

Ray Siddiq

Ray Siddiq

ck...ish...!!!

2023-09-29

0

Yani

Yani

Msmpir ah...

2023-08-16

0

Uthie

Uthie

tertarik mampir dengan cerita awal nya 👍🤗

2023-02-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!