Jihan sedang menatap langit-langit kamarnya. Sedang menyesali keputusannya akan bujukan sang duda tampan penuh karisma. Bukan apa-apa, ia sama sekali tidak mengenal mereka dengan baik. Christoper, yang baru saja di ketahui namanya itu bukan tipe nya sama sekali. Namun tidak dipungkiri ada letupan kecil di perutnya saat pria itu menatapnya.
Sebelum pulang Jihan berbicara dengan Chris. Dari pembicaraan itu ia baru tahu kalau nasib pernikahan mereka sama-sama berakhir dengan perceraian.
"Kamu tidak makan, Jihan?"
Ibunya muncul di depan pintu kamarnya yang terbuka bersama putra semata wayangnya. Melihat putranya, Jihan tersenyum dan bangkit.
"Kapan pulang? kok tidak mengabari ibu?"
Jihan memeluk anaknya sesaat sebelum merangkulnya keluar. Menyusul sang nenek yang sudah menuju meja makan.
"Azam ikut om Edo sekalian. Raka kan juga pulang."
Azam adalah putranya, berumur 10 tahun dan baru memasuki pondok pesantren di daerah mereka. Azam yang cerdas dan ia cepat masuk sekolah menjadikan ia cepat lulus sekolah dasar.
"Bu ... Azam besok di jemput ayah ya? tadi sudah telfon."
Jihan hanya mengangguk tampa menoleh. Mereka sedang makan. Hal biasa Azam sering berpindah antara rumahnya dan ayahnya. Hanya Jihan selalu tidak suka membahas lebih jauh jika Azam mulai menceritakan ia dan ayahnya.
.
Paginya, Azam sudah di jemput. Ibunya yang mengantar Azam ke depan pintu karena Jihan terlalu malas melihat mantan suaminya. Hal yang biasa terjadi, Azam juga sudah mengerti dan tidak banyak memprotes.
Namun belum selesai pintu tertutup seutuhnya sebuah mobil mewah masuk ke pekarangan dan berhenti. Ibu Jihan mengernyit bingung. Pasalnya mobil dan orang yang keluar terlihat asing.
"Selamat pagi, nyonya?"
Ibu Jihan mengangguk sambil tersenyum.
"Maaf mengganggu pagi-pagi ... apa ini__"
"Mama dimana? Kata Nenek mama disini!"
Catrin keluar dari mobil. Menatap neneknya dan ibu Jihan bergantian. Ya, yang datang adalah Catrin dan neneknya. Sejak bangun tidur pagi ia sudah mencari Jihan dan ingin bertemu.
"Mama?"
Kerutan di kening ibu Jihan makin bertambah. Menatap tidak mengerti anak kecil yang saat ini celingukan di depannya. Agaknya ia berusaha mengintip ke dalam rumah.
Maka, ketika mata dengan kilau jernih itu membesar dengan pancaran bahagia, ia tahu siapa yang ia cari saat anaknya keluar hendak berangkat kerja.
"Mama!"
Catrin berlari dan memeluk pinggang Jihan dengan tangan kecilnya. Membuat netra hitam itu membulat. Sesaat ia tampak bingung dengan kehadiran dua orang yang sama sekali tidak di harapkan ini.
"Maaf, Jihan ... saya tidak tega melihat Catrin menangis, dia mencarimu sejak tadi malam. Jadi ... "
Nenek Catrin tidak melanjutkan perkatannya. Ia tampak enggan karena Jihan menunjukkan senyum masam.
"Kenapa dia memanggilmu mama? kamu punya anak lain? kamu diam-diam __"
"Ibu ... tidak seperti itu, Catrin bukan anak Jihan. Jihan juga tidak tahu kenapa ia manggil jihan mama."
"Bisa saya jelaskan di dalam saja?" kata nenek Catrin.
Maka, Jihan yang terpaksa menunda membuka tokonya dan duduk dengan Catrin di pangkuannya.
Diam saja saat ibu dari ayah anak di pangkuannya bercerita. Memasang wajah datar tampak tak tertarik. Ayahnya yang juga ikut dalam percakapan terlihat antusias. Hal itulah yang membuat Jihan bersikap sedikit dingin. Ayahnya, adalah tipe penyuka uang dan bermulut besar. Berbeda dengan ibunya yang memiliki prinsip sepertinya.
Jihan memang tumbuh di keluarga kurang agama, namun sejak ia bercerai dan hijrah. Saat itulah ia berubah dari Jihan yang bar bar menjadi lebih tenang dan beretika. Ia menikah muda dan di umurnya yang ke tiga puluh, ia sudah memiliki putra berumur 10 tahun.
.
Jihan tidak bisa menghindar. Terpaksa menutup tokonya demi menuruti keinginan anak di pangkuannya menuju TK nya. Hal itu tidak lepas dari dorongan orang tuanya yang tampaknya senang dengan identitas Catrin.
Nenek Catrin sudah pulang, ia yang kini menemani Catrin bersama sang ayah yang tampak kaku. Tampaknya ini adalah kali pertama ia ke sekolah anaknya. TK Catrin memang sedang mengadakan acara bertema orang tua.
Chris melirik Jihan yang tampak tertekan keadaan. Jelas ia tahu wanita di sampingnya tidak nyaman sama sekali. Namun dirinya juga tidak punya pilihan. Sang ibu memintanya mendekatinya.
"Setelah ini selesai bisa ikut ke kantorku? kita makan siang setelah aku menyelesaikan beberapa pekerjaan?"
Jihan melirik dari sudut matanya. Tampak menimbang - nimbang.
"Apa saya punya pilihan?"
"Huh?" kali ini Chris yang tampak bingung. Namun saat mengikuti arah pandang Jihan, ia paham.
"Maaf, jika Catrin menyusahkanmu. Sejujurnya aku sangat terkejut dia sangat menyukaimu. Catrin bukan jenis anak yang gampang menyukai seseorang. Kamu ... pasti memiliki sesuatu yang membuatnya seperti itu." Itu adalah kalimat terpanjang dalam sejarah hidupnya omong-omong.
Ringan dan terdengar bersahabat, membuat Jihan tergelak tampa suara. Jihan sedikit menunduk di tempat mereka duduk. Terdiam cukup lama.
"Saya rasa anak anda hanya merindukan ibunya. Sebaiknya ajak ia sesekali menemui ibu kandungnya."
Chris diam cukup lama, membuat Jihan melirik dari sudut matanya. Ya, Jihan sebenarnya hanya memancing saja. Ingin tahu apakah yang diceritakan ibu laki-laki di sebelahnya ini berbeda dari sudut pandangnya.
Cukup lama, Jihan tidak mendapat jawaban. Chris bahkan tidak bicara lagi sampai acara selesai dan anaknya berlari ke arahnya. Maka, Jihan jadi merasa bersalah.
Apakah aku menyinggungnya?
"Papa! ayo ke taman bermain!"
"Tidak, papa banyak pekerjaan,"
Catrin merengut, ia berontak dari gendongan papanya. Turun dan segera memeluk Jihan. Menenggelamkan wajahnya pada pinggang Jihan.
"Cat gadis baik, benar? lain kali saat papa ada waktu luang ya?"
Catrin mengangkat kepalanya. Matanya sudah berkaca-kaca. Ia menoleh pada papanya sesaat sebelum mengangguk dan minta digendong oleh Jihan. Memeluk lehernya erat dengan wajah cemberut lucu.
"Main ke kantor papa! Mama ikut dengan Cat, oke?!"
Catrin tahu itu bukan permintaan, namun lebih ke nada memerintah. Membuat ia menghela nafas. Cukup lelah menghadapi sikap manja dan keras anak ini.
"Mama akan ikut, nanti kita makan siang bersama."
Itu bukan Jihan, melainkan Chris. Sontak panggilan mama dari mulut laki-laki itu mampu membuat wajah Jihan memanas. Maka dengan enggan ia menunduk dan melangkah duluan menuju mobil.
.
Perlahan tapi pasti, Chris menunjukkan ketertarikan pada Jihan. Meskipun mereka tidak pernah pergi berdua karena Jihan yang menjaga dirinya akan larangan agama. Namun Chris menggunakan Catrin sebagai perantara. Bahkan mereka tidak berkomunikasi lewat ponsel jika tidak perlu.
Chris dan Jihan sering bertemu di toko baju milik Jihan saat mengantar Catrin, terkadang ke rumah orang tuanya. Membuat orang tua Jihan menaruh harapan lebih.
Terlebih rumor dari akun-akun gosip membuat berita menyebar dengan cepat akan hubungan mereka. Karena Chris adalah duda panas incaran para gadis. Kaya, tampan dan terkenal berkarisma juga dingin. Siapa yang tidak akan terpesona?
Perusahaan Chris juga bukan level bawah. Ia masuk dalam jajaran pengusaha muda yang berada diurutan nomor satu se Indonesia dan ke dua se Asia. Di daratan eropa bahkan nama dan perusahaannya sangat di perhitungkan.
Maka, dengan dorongan orang tua dan Catrin yang semakin menempel padanya, Jihan akhirnya menerima lamaran Chris yang bahkan langsung menghebohkan halaman lini media.
Sayangnya, bagi banyak kalangan latar belakang Jihan yang bukan siapa-siapa banyak mendapat komentar negatif. Terutama bagi penggemar Chris.
"Jangan kawatir, mereka tidak akan bisa menyentuhmu."
Itu adalah kalimat penenang dari Chris saat Jihan tidak sengaja membaca komentar dari artikel yang ia baca. Mereka sedang berada di butik untuk memilih gaun pengantin.
"Tidak apa, aku tidak peduli juga. Hanya merasa lucu saat orang-orang terus membicarakan hal yang mereka bahkan tidak tahu apapun," jawab Jihan santai.
Mereka diam cukup lama sebelum pegawai butik meminta Jihan masuk ke ruang ganti. Jihan sebenarnya berangkat bersama ibu Chris namun sedang keluar menerima telepon. Jihan tentu saja tidak akan mau jika hanya berdua dengan Chris disaat mereka belum menikah. Kepribadian dan ketaatan itu adalah poin lain yang membuat ibu Chris lebih menyukainya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Yani
Netijen emang suka nyinyir
2023-08-16
0
Kinay naluw
emang gitu netijen mah bisanya kritik.
2022-11-07
1
𝐈𝐬𝐭𝐲
ceritanya cukup menarik
2022-06-01
0