SALAH JODOH

SALAH JODOH

02.

"250.000 dolar kalo Tata sama Devan pelukan"ucap Amber mempertaruhkan uangnya dengan hal hal yang tidak berguna bagi hidupnya, tapi mempertaruhkan temannya, ciri-ciri teman sialan.

"500.000 dolar kalo sampe mereka ciuman" Salsa menaik turunkan alisnya, merasa percaya diri kalo hal itu bisa saja terjadi, karna sangat kentara mereka masih saling sayang, **** buat ikatan pernikahan mereka.

"1.000.000 dolar kalo sampe mereka balikan" Ucapan Pinkan mampu membuat mereka terperangah, taruhan yang Pinkan tawarkan benar benar terlalu tinggi hanya untuk candaan konyol seperti ini.

"Waw" Amber merasa sedikit terkejut sekaligus tertekan dengan nominal 1.000.000 dolar yang harus melayang melebihi tawarannya tadi. Bukannya Amber tidak punya uang, Amber adalah anak pertama di keluarga Carlos yang memegang peringkat orang kaya ke sebelas di dunia.

Tapi walaupun keluarga Amber kaya jika di depan teman temannya ia selalu merasa miskin, entah hal apa yang membuatnya sampai berpikir hal itu tapi memang begitulah faktanya.

"DEVAN" Teriak Amber saat melihat Devan yang sedang celingukan.

"Gila itu Devan kan?!" Pinkan dan yang lainnya merasa terkejut dengan perubahan Devan, definisi lelaki tampan, mapan dan berpendidikan yang sesungguhnya.

"Fiks! Nyesel juga ngajak Tata" Sasa sedikit berbisik karna Devan sudah dekat ke arah mereka, namun ucapan Sasa ada benarnya juga.

"Udah lama?" Tanya Devan yang langsung di balas dengan gelengan kepala oleh mereka.

Tatapan mereka saat ini bukan kepada Devan lagi, melainkan Pria yang bersama dengan Devan.

"Oh kenalin dia Ziden"Devan memperkenalkan temannya yang sedari tadi hanya diam, kedua matanya tertutup kaca mata hitam jadi mereka tidak bisa melihat keseluruhan wajahnya, tapi saat mereka melihat wajah nya yang tadi tertutup masker itu, kepala mereka bertiga terasa tertembak oleh hal hal gaib yang misterius.

Dalam hati mereka mengatakan satu rangkai kata yang sama.

'*Pantes di tutupin'

'Oh my God*!'

'Devan kaya gaada apa apanya di banding dia'

Itulah hal yang mereka pikirkan saat ini yang sampai membuat mata mereka membulat sempurna, bahkan telapak tangan mereka saja terasa dingin dan berkeringat.

Ya begitulah wanita, jika ada yang lebih tampan maka yang pertama tidak akan ada harga dirinya.

"Oh my god" ucapan tanpa sadar yang keluar dari mulut bodoh milik Amber mewakilkan ungkapan yang ingin mereka ucapkan namun tak bisa mereka ucapkan.

Manik mata yang berwarna kebiruan seakan menghipnotis mereka untuk pingsan ke pelukannya dan rasa ingin menculik pria ini terasa sangat kuat dan memikat.

Bagi perempuan dengan derajat kurang minim otak dan ahlak memang sangat sulit, di tambah tangan yang kekar dan tegas dengan aliran urat nadi yang menghiasi punggung tangannya membuat otak bodoh mereka melayang memikirkan hal-hal yang tidak-tidak.

"Sa, Hello" Devan melambaikan tangannya di depan wajah Sasa, menyadarkan dirinya dari lamunan maut miliknya.

"Ah ya" Sasa baru sadar dan langsung tersenyum dan menerima jabatan tangan pria itu.

"Mm Sasa, Sasa Feronica"ucap Sasa memperkenalkan dirinya.

"Ziden Xiao Erland, panggil aja Iden(di bacanya Ayden/Aiden)" Suara nya yang sedikit serak dan berat membuat Sasa langsung menarik tangannya dengan cepat.

Hal itu tidak baik bagi kesehatan jantungnya yang terus berdegup kencang seakan ingin melompat keluar.

Setelah mereka memperkenalkan diri mereka masing masing tak lama satu per satu teman teman mereka yang lain berdatangan secara bertahap.

Sedari tadi Iden hanya duduk terdiam, walaupun terlihat cuek yang kentara di wajah dingin dan tegasnya, tapi percaya lah sekali dia menatap langit pun terasa terbelah dan nyawa yang menjadi taruhannya.

"Tata ga dateng ya" Devan berbica keluar barisan, memotong pembicaraan mereka sebelumnya.

"Dateng, kayanya dia kena macet"Amber menjawab dengan cepat dan matanya sesekali menatap kearah Iden yang sedari tadi sibuk dengan ponselnya.

Devan hanya tersenyum mendengar jawaban dari Amber, tapi tidak menutup kemungkinan rasa di hatinya yang sedikit rasa kesedihan dan kerinduan begitu pekat dan kuat, seakan saling menarik dan mendorong untuk meruntuhkan ego mana yang lebih mendominasi hatinya.

"Everyone....Please welcome...Tatalau..."Amber berdiri dan berteriak saat kedua mata jelinya menangkap sosok yang selalu membuat insecure itu.

Sontak mereka yang mendengar itu langsung berdiri dan menyapa Tata, siapa si yang ga tau Tata si Queen primadona saat sekolah yang selalu menjadi penguasa pengendali sekolah karna kuasa uang dan kecantikannya yang tidak akan pernah bisa di tolak siapapun bahkan berlaku untuk semua guru sekalipun.

Tata tersenyum ramah kearah teman teman nya, walau berbanding terbalik dengan isi hatinya saat ini yang ingin memakan Amber hidup hidup karna membuatnya malu menjadi pusat perhatian.

Tata bukan malu karna dia tidak percaya diri tapi kaya what the hell!.

Incaran manusia yang ingin Tata bunuh adalah Amber, orang yang tidak tau tempat dengan mulut comblang tidak terpelajar.

Tata berjalan ke arah kursi yang sudah mereka sisakan untuknya, posisinya di depan Iden di apit oleh Sasa dan Amber.

"Devan"Suara lembut dan manja Tata saat ia baru saja duduk, membuat Devan yang mendengarnya tersenyum senang.

Sedangkan ketiga teman bodohnya yang terasa mual tidak tertolong, tapi hal itu mereka kesampingkan dahulu momen lebay Tata demi pertaruhan mereka.

Sasa, Amber dan Pinkan sedari tadi saling berbicara dari mata ke mata seperti mengisyaratkan siapa yang akan menang taruhan kali ini.

Tata melayangkan tangannya untuk menjabat tangan Devan, Cekalan tangan Devan di tangannya masih terasa sama seperti dulu, membuat Tata merasa nyaman.

"Kamu sendirian?" Devan bertanya tapi pertanyaan itu terasa berat dan mengandung banyak arti di balik kata itu.

"Please.." Perasaan Tata terasa tercungkil keluar, menurutnya perkataan itu menyakitinya.

Apalagi mengetahui fakta bahwa pernikahan mereka seperti ini, tapi tentu saja mereka tidak ada yang tau terkecuali ketiga teman bodohnya itu.

"Sorry. Tapi kamu makin cantik"Devan masih tersenyum, senyuman yang halus dan mampu menyapu segala kebusukan di hatinya karna ulah Bara.

"Aku..Cantik?" Tata berpura pura terkejut dan tertawa seraya merendah karna ia tidak seperti itu, walau dalam hatinya 'Kapan jeleknya emang?'.

"Kamu baru pulang kemarin ya" Mata Tata masih menatap Devan, tak lupa senyuman manis milik Tata yang sedari tadi bertengger di bibirnya.

"Hm. Oh iya kenalin, dia Ziden" Devan memperkenalkan pria yang sedari tadi hanya diam dan fokus dengan ponselnya.

"Iden"

"Tata"

Perkenalan sekilas yang pernah Tata lakukan seumur hidupnya, sebenarnya Tata itu orangnya asik dan tidak jaim, tapi kali ini rasanya terasa berbeda dari sebelum sebelumnya.

Memang ia akui bahwa Iden memang tampan, jauh lebih tampan dari pria yang pernah ia temui, bahkan Bara dan Devan saja terasa tidak pantas untuk di saingi.

Jika wajah Bara tampan tapi terasa cantik, sedangkan Devan ia tampan tapi terlihat lembut, kalau Iden menurut pandangan Tata sangat sulit untuk di bayangkan, wajahnya yang tajam dan dingin, alis dan bulu mata yang tebal dan tertata rapi serta kulit wajah dan tubuhnya yang putih dan terawat, belum lagi bibirnya yang berwarna merah alami.

Tata pikir, Iden ini orang Amerika latin atau belahan Eropa lainnya benar benar campuran yang sempurna.

Tuk Tuk Tuk Tu**k**

Suara langkah dari sepatu yang terdengar saat keadaan sunyi tidak ada yang berbicara itu, membuat mereka mengalihkan tatapannya kearah sumber suara.

"What!".

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!