"What!?" Pekikan kecil keluar begitu saja dari mulut Tata saat matanya menangkap sosok pria aneh itu di depannya.
"Apa aku sedang bermimpi" Tata menepuk nepuk pipinya pelan mencoba menghilangkan kesialan detik ini.
"Bukankah dia suamimu?" Amber sama terkejutnya, tidak tapi mungkin semua orang juga menatap heran sekaligus terkejut melihat sosok pria yang baru saja datang itu, ya dia tidak lain dan tidak bukan adalah Bara, suami Tatalau.
"Bukankah sekarang musim dingin? kenapa dia mengenakan kemeja hawai dan celana pendek?" Sasa sebenarnya antara ingin dan tidak ingin mengatakan hal itu, tapi persetan dengan perasaan Tata saat ini menurutnya Bara benar benar aneh, ia sangat ingin tertawa kencang namun karna solidaritas pertemanannya ia harus sedikit menahan ego ejekannya itu.
"UHUK" Tata terbatuk pelan rasanya ia seperti baru saja menelan batu besar yang menyangkut di tenggorokannya itu, berkali kali ia menepuk dadanya pelan.
Padahal ia sudah berdoa sedari tadi agar mahluk ini tidak mengganggunya hari ini, sial tapi ini benar-benar memalukan dan jauh dari dugaannya!.
Dan topi apa itu? sungguh Tata ingin mengubur dirinya hidup hidup saat ini.
Topi dengan beberapa jaring yang menghiasi pinggiran topi berwarna hitam sangat mencolok itu, belum lagi kacamata bulat yang Bara kenakan, dan sepatunya! Oh astaga Tata tidak habis pikir bagaimana bisa dia mengenakan sepatu pentofel yang biasa di gunakan saat pergi ke kantornya! Hell dan apa itu kaus kaki putih dengan warna pelangi di atasnya?! Wah apakah dia benar benar seorang CEO yang sering muncul di majalah dan televisi itu?.
"Ah sorry, bukankah kau istriku"Bara bertanya sebari berjalan mendekat kearah Tata.
Sedari tadi Tata sudah mengisyaratkan dengan kedipan mata mautnya agar Bara tidak berbuat hal-hal yang akan membuatnya malu.
"Ahhh, kau disini rupanya" Tata berdiri dengan senyuman terpaksa yang ia lontarkan.
"Wah, kau benar-benar cantik hari ini, bukankah begitu?" Tanya Bara namun matanya mengarah ke Devan.
Devan? Ya Devan.
"Ya?" Devan yang merasa bingung karna Bara yang tiba tiba bertanya padanya.
"Apa kau akan pergi ke pantai di musim dingin seperti ini?" tanya Amber seperti tidak yakin.
"Ah tidak. Aku hanya mengenakan barang limited editions yang baru saja aku beli"
"Ah begitu rupanya" Amber tersenyum kikuk mendengar jawaban Bara walau dalam hatinya saat ini 'Limited Editions? Hey yah apa kau pikir semua orang disini tidak dapat membelinya! selalu saja sombong kunyuk satu ini!'.
"Sepertinya aku harus pergi, ada urusan yang harus aku kerjakan"ucap Iden tiba tiba dan langsung pergi setelah berpamitan.
Devan menatap kearah Bara, karna sedari tadi mata mereka selalu saja bertemu secara tidak kebetulan, namun kali ini tidak, mereka saat ini saling bertatapan dengan sengaja, entah apa yang mereka lihat namun tidak ada ekspresi ataupun ungkapan yang mereka keluarkan, hanya sebuah tatapan biasa.
"Ah, aku lupa. Sayang bukankah ibu memanggil untuk makan malam hari ini" Tata menemukan alasan yang klise untuk menggusur keluar Bara dari hadapan Devan dan teman-temannya.
'Heh! sayang pantatmu'
Melihat mereka yang saling menatap membuat hati Tata sedikit tersentil karna takut sesuatu yang tidak di inginkan terjadi.
Apa Bara cemburu padanya? Hell no! tidak mungkin si brengsek ini memiliki hati, bahkan kata cemburu hanya sebuah angin lalu di hidup pria bodoh itu, tapi kenapa dia bertingkah aneh seperti ini, keanehannya semakin menjadi jadi setiap harinya.
"Ah aku bahkan melupakan hal penting itu dan datang kesini tanpa tujuan" Mata Bara masih menatap mata Devan, bahkan setelah Tata menggusur menariknya untuk segera pergi dari tempat itu, Bara menyempatkan memberikan senyuman smirk kearah Devan dan berlalu pergi dengan tarikan Tata yang menyeretnya keluar.
"Sialan kau bajingan bodoh! Apa yang ada di dalam pikiranmu! Oh sial" Tata mengeluarkan umpatan yang sedari tadi ingin ia ucapkan namun ia harus menahannya karna tidak ingin mereka tau apa yang sebenarnya terjadi.
"Hei! Drama bodoh apa yang sedang kau mainkan saat ini!"
"Apa aku melakukan suatu hal?"
"Apa kau bertanya padaku!?"
"Tidak, aku berbicara dengan mobil di dekatku"
"Wah, sulit di percaya" Tata menyilangkan kedua tangannya di dada, mengantisipasi jika tangannya melayang tanpa kesadarannya.
"Hm. Bukankah dia mantan kekasihmu ?" Bara berjalan dan duduk di bagian depan mobil yang ada di dekatnya, mobil porsche yang cukup menarik menurutnya karna ini sepertinya keluaran terbaru.
"Ya. Dan karna kau hubunganku berakhir"
"Sepertinya kau tidak tau apa apa tentang dia"
"Hell. Perkataan bodoh apa lagi yang sedang kau ucapkan itu!"
"Aku tidak mengatakan apapun, apa aku mengatakan sesuatu? ah dimana aku, sepertinya aku tersesat" ucap Bara berpura-pura bodoh tentunya.
"Brengsek!" Tata menghentakan kakinya sebelum ia pergi, memang sudah salah dari awal, seharusnya ia tidak meladeni dan berbicara dengan manusia bodoh ini dan yah begitulah hasilnya!.
Bara masih duduk diam, mengamati Tata yang berlalu dengan kemarahan yang mengembang di lubuk hatinya.
"Astaga lihat wanita bodoh itu"
"Ckck. Hanya marah dan mengamuk saja yang ada di otaknya"
Bara berpikir untuk yang ke ribuan kalinya, mengapa dari jutaan wanita di dunia ini harus Tata? gadis bodoh dan pemarah yang tidak tau apapun selain kedua hal itu.
Bara menarik nafasnya kuat kuat dan menghembuskannya dengan kasar, skenario hidupnya belum berakhir dan ini menjadi semakin rumit dari pada dugaannya dan lagi menghadapi gadis bodoh itu saja terkadang membuatnya kelimpungan.
Bara melompat pelan, meregangkan tubuhnya rasanya sangat pegal sekali tubuhnya saat ini, Bara menepuk nepuk bagian mobil yang ia duduki tadi "Thanks" ucapnya sembari tersenyum kearah dalam mobil sebelum ia beranjak pergi dari sana.
Sebenarnya dari awal ia tau bahwa di dalam mobil itu terdapat pemiliknya walaupun tidak terlihat dari luar, Bara sudah tau milik siapa mobil ini.
Dan satu kesengajaan lagi yang Bara lakukan adalah berhenti berjalan saat Tata menariknya tadi tepat di dekat mobil ini, sebenarnya ada maksud dan tujuan lain kenapa Bara melakukan hal itu.
Sedangkan di sisi lain, Amber, Sasa dan Pinkan sedang melamun secara bersamaan.
Bukan karna apa yang baru saja terjadi, tapi itu juga ada sangkut pautnya sih, ya karna itu adalah masalah taruhan mereka tadi! Andai saja si brengsek kunyuk itu tidak datang mungkin ada suatu kemenangan di antara mereka.
Tapi nasi sudah jadi bubur, semua ini salah si kunyuk sialan itu!.
Sama halnya dengan Devan, ia juga merasa bingung dengan yang baru saja terjadi, hal yang ia tidak inginkan terjadi begitu saja dan itu persis seperti dugaannya sebelumnya.
Untuk menyesalpun itu tidak dapat Devan lakukan karna ia datang kesini pun, hal ini pasti akan terjadi walaupun seandainya tidak hari ini tapi mungkin saja hal itu akan terjadi di kemudian hari.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Elin Elin jenong
nyimakk
2022-02-13
0