NovelToon NovelToon

SALAH JODOH

02.

"250.000 dolar kalo Tata sama Devan pelukan"ucap Amber mempertaruhkan uangnya dengan hal hal yang tidak berguna bagi hidupnya, tapi mempertaruhkan temannya, ciri-ciri teman sialan.

"500.000 dolar kalo sampe mereka ciuman" Salsa menaik turunkan alisnya, merasa percaya diri kalo hal itu bisa saja terjadi, karna sangat kentara mereka masih saling sayang, **** buat ikatan pernikahan mereka.

"1.000.000 dolar kalo sampe mereka balikan" Ucapan Pinkan mampu membuat mereka terperangah, taruhan yang Pinkan tawarkan benar benar terlalu tinggi hanya untuk candaan konyol seperti ini.

"Waw" Amber merasa sedikit terkejut sekaligus tertekan dengan nominal 1.000.000 dolar yang harus melayang melebihi tawarannya tadi. Bukannya Amber tidak punya uang, Amber adalah anak pertama di keluarga Carlos yang memegang peringkat orang kaya ke sebelas di dunia.

Tapi walaupun keluarga Amber kaya jika di depan teman temannya ia selalu merasa miskin, entah hal apa yang membuatnya sampai berpikir hal itu tapi memang begitulah faktanya.

"DEVAN" Teriak Amber saat melihat Devan yang sedang celingukan.

"Gila itu Devan kan?!" Pinkan dan yang lainnya merasa terkejut dengan perubahan Devan, definisi lelaki tampan, mapan dan berpendidikan yang sesungguhnya.

"Fiks! Nyesel juga ngajak Tata" Sasa sedikit berbisik karna Devan sudah dekat ke arah mereka, namun ucapan Sasa ada benarnya juga.

"Udah lama?" Tanya Devan yang langsung di balas dengan gelengan kepala oleh mereka.

Tatapan mereka saat ini bukan kepada Devan lagi, melainkan Pria yang bersama dengan Devan.

"Oh kenalin dia Ziden"Devan memperkenalkan temannya yang sedari tadi hanya diam, kedua matanya tertutup kaca mata hitam jadi mereka tidak bisa melihat keseluruhan wajahnya, tapi saat mereka melihat wajah nya yang tadi tertutup masker itu, kepala mereka bertiga terasa tertembak oleh hal hal gaib yang misterius.

Dalam hati mereka mengatakan satu rangkai kata yang sama.

'*Pantes di tutupin'

'Oh my God*!'

'Devan kaya gaada apa apanya di banding dia'

Itulah hal yang mereka pikirkan saat ini yang sampai membuat mata mereka membulat sempurna, bahkan telapak tangan mereka saja terasa dingin dan berkeringat.

Ya begitulah wanita, jika ada yang lebih tampan maka yang pertama tidak akan ada harga dirinya.

"Oh my god" ucapan tanpa sadar yang keluar dari mulut bodoh milik Amber mewakilkan ungkapan yang ingin mereka ucapkan namun tak bisa mereka ucapkan.

Manik mata yang berwarna kebiruan seakan menghipnotis mereka untuk pingsan ke pelukannya dan rasa ingin menculik pria ini terasa sangat kuat dan memikat.

Bagi perempuan dengan derajat kurang minim otak dan ahlak memang sangat sulit, di tambah tangan yang kekar dan tegas dengan aliran urat nadi yang menghiasi punggung tangannya membuat otak bodoh mereka melayang memikirkan hal-hal yang tidak-tidak.

"Sa, Hello" Devan melambaikan tangannya di depan wajah Sasa, menyadarkan dirinya dari lamunan maut miliknya.

"Ah ya" Sasa baru sadar dan langsung tersenyum dan menerima jabatan tangan pria itu.

"Mm Sasa, Sasa Feronica"ucap Sasa memperkenalkan dirinya.

"Ziden Xiao Erland, panggil aja Iden(di bacanya Ayden/Aiden)" Suara nya yang sedikit serak dan berat membuat Sasa langsung menarik tangannya dengan cepat.

Hal itu tidak baik bagi kesehatan jantungnya yang terus berdegup kencang seakan ingin melompat keluar.

Setelah mereka memperkenalkan diri mereka masing masing tak lama satu per satu teman teman mereka yang lain berdatangan secara bertahap.

Sedari tadi Iden hanya duduk terdiam, walaupun terlihat cuek yang kentara di wajah dingin dan tegasnya, tapi percaya lah sekali dia menatap langit pun terasa terbelah dan nyawa yang menjadi taruhannya.

"Tata ga dateng ya" Devan berbica keluar barisan, memotong pembicaraan mereka sebelumnya.

"Dateng, kayanya dia kena macet"Amber menjawab dengan cepat dan matanya sesekali menatap kearah Iden yang sedari tadi sibuk dengan ponselnya.

Devan hanya tersenyum mendengar jawaban dari Amber, tapi tidak menutup kemungkinan rasa di hatinya yang sedikit rasa kesedihan dan kerinduan begitu pekat dan kuat, seakan saling menarik dan mendorong untuk meruntuhkan ego mana yang lebih mendominasi hatinya.

"Everyone....Please welcome...Tatalau..."Amber berdiri dan berteriak saat kedua mata jelinya menangkap sosok yang selalu membuat insecure itu.

Sontak mereka yang mendengar itu langsung berdiri dan menyapa Tata, siapa si yang ga tau Tata si Queen primadona saat sekolah yang selalu menjadi penguasa pengendali sekolah karna kuasa uang dan kecantikannya yang tidak akan pernah bisa di tolak siapapun bahkan berlaku untuk semua guru sekalipun.

Tata tersenyum ramah kearah teman teman nya, walau berbanding terbalik dengan isi hatinya saat ini yang ingin memakan Amber hidup hidup karna membuatnya malu menjadi pusat perhatian.

Tata bukan malu karna dia tidak percaya diri tapi kaya what the hell!.

Incaran manusia yang ingin Tata bunuh adalah Amber, orang yang tidak tau tempat dengan mulut comblang tidak terpelajar.

Tata berjalan ke arah kursi yang sudah mereka sisakan untuknya, posisinya di depan Iden di apit oleh Sasa dan Amber.

"Devan"Suara lembut dan manja Tata saat ia baru saja duduk, membuat Devan yang mendengarnya tersenyum senang.

Sedangkan ketiga teman bodohnya yang terasa mual tidak tertolong, tapi hal itu mereka kesampingkan dahulu momen lebay Tata demi pertaruhan mereka.

Sasa, Amber dan Pinkan sedari tadi saling berbicara dari mata ke mata seperti mengisyaratkan siapa yang akan menang taruhan kali ini.

Tata melayangkan tangannya untuk menjabat tangan Devan, Cekalan tangan Devan di tangannya masih terasa sama seperti dulu, membuat Tata merasa nyaman.

"Kamu sendirian?" Devan bertanya tapi pertanyaan itu terasa berat dan mengandung banyak arti di balik kata itu.

"Please.." Perasaan Tata terasa tercungkil keluar, menurutnya perkataan itu menyakitinya.

Apalagi mengetahui fakta bahwa pernikahan mereka seperti ini, tapi tentu saja mereka tidak ada yang tau terkecuali ketiga teman bodohnya itu.

"Sorry. Tapi kamu makin cantik"Devan masih tersenyum, senyuman yang halus dan mampu menyapu segala kebusukan di hatinya karna ulah Bara.

"Aku..Cantik?" Tata berpura pura terkejut dan tertawa seraya merendah karna ia tidak seperti itu, walau dalam hatinya 'Kapan jeleknya emang?'.

"Kamu baru pulang kemarin ya" Mata Tata masih menatap Devan, tak lupa senyuman manis milik Tata yang sedari tadi bertengger di bibirnya.

"Hm. Oh iya kenalin, dia Ziden" Devan memperkenalkan pria yang sedari tadi hanya diam dan fokus dengan ponselnya.

"Iden"

"Tata"

Perkenalan sekilas yang pernah Tata lakukan seumur hidupnya, sebenarnya Tata itu orangnya asik dan tidak jaim, tapi kali ini rasanya terasa berbeda dari sebelum sebelumnya.

Memang ia akui bahwa Iden memang tampan, jauh lebih tampan dari pria yang pernah ia temui, bahkan Bara dan Devan saja terasa tidak pantas untuk di saingi.

Jika wajah Bara tampan tapi terasa cantik, sedangkan Devan ia tampan tapi terlihat lembut, kalau Iden menurut pandangan Tata sangat sulit untuk di bayangkan, wajahnya yang tajam dan dingin, alis dan bulu mata yang tebal dan tertata rapi serta kulit wajah dan tubuhnya yang putih dan terawat, belum lagi bibirnya yang berwarna merah alami.

Tata pikir, Iden ini orang Amerika latin atau belahan Eropa lainnya benar benar campuran yang sempurna.

Tuk Tuk Tuk Tu**k**

Suara langkah dari sepatu yang terdengar saat keadaan sunyi tidak ada yang berbicara itu, membuat mereka mengalihkan tatapannya kearah sumber suara.

"What!".

03.

"What!?" Pekikan kecil keluar begitu saja dari mulut Tata saat matanya menangkap sosok pria aneh itu di depannya.

"Apa aku sedang bermimpi" Tata menepuk nepuk pipinya pelan mencoba menghilangkan kesialan detik ini.

"Bukankah dia suamimu?" Amber sama terkejutnya, tidak tapi mungkin semua orang juga menatap heran sekaligus terkejut melihat sosok pria yang baru saja datang itu, ya dia tidak lain dan tidak bukan adalah Bara, suami Tatalau.

"Bukankah sekarang musim dingin? kenapa dia mengenakan kemeja hawai dan celana pendek?" Sasa sebenarnya antara ingin dan tidak ingin mengatakan hal itu, tapi persetan dengan perasaan Tata saat ini menurutnya Bara benar benar aneh, ia sangat ingin tertawa kencang namun karna solidaritas pertemanannya ia harus sedikit menahan ego ejekannya itu.

"UHUK" Tata terbatuk pelan rasanya ia seperti baru saja menelan batu besar yang menyangkut di tenggorokannya itu, berkali kali ia menepuk dadanya pelan.

Padahal ia sudah berdoa sedari tadi agar mahluk ini tidak mengganggunya hari ini, sial tapi ini benar-benar memalukan dan jauh dari dugaannya!.

Dan topi apa itu? sungguh Tata ingin mengubur dirinya hidup hidup saat ini.

Topi dengan beberapa jaring yang menghiasi pinggiran topi berwarna hitam sangat mencolok itu, belum lagi kacamata bulat yang Bara kenakan, dan sepatunya! Oh astaga Tata tidak habis pikir bagaimana bisa dia mengenakan sepatu pentofel yang biasa di gunakan saat pergi ke kantornya! Hell dan apa itu kaus kaki putih dengan warna pelangi di atasnya?! Wah apakah dia benar benar seorang CEO yang sering muncul di majalah dan televisi itu?.

"Ah sorry, bukankah kau istriku"Bara bertanya sebari berjalan mendekat kearah Tata.

Sedari tadi Tata sudah mengisyaratkan dengan kedipan mata mautnya agar Bara tidak berbuat hal-hal yang akan membuatnya malu.

"Ahhh, kau disini rupanya" Tata berdiri dengan senyuman terpaksa yang ia lontarkan.

"Wah, kau benar-benar cantik hari ini, bukankah begitu?" Tanya Bara namun matanya mengarah ke Devan.

Devan? Ya Devan.

"Ya?" Devan yang merasa bingung karna Bara yang tiba tiba bertanya padanya.

"Apa kau akan pergi ke pantai di musim dingin seperti ini?" tanya Amber seperti tidak yakin.

"Ah tidak. Aku hanya mengenakan barang limited editions yang baru saja aku beli"

"Ah begitu rupanya" Amber tersenyum kikuk mendengar jawaban Bara walau dalam hatinya saat ini 'Limited Editions? Hey yah apa kau pikir semua orang disini tidak dapat membelinya! selalu saja sombong kunyuk satu ini!'.

"Sepertinya aku harus pergi, ada urusan yang harus aku kerjakan"ucap Iden tiba tiba dan langsung pergi setelah berpamitan.

Devan menatap kearah Bara, karna sedari tadi mata mereka selalu saja bertemu secara tidak kebetulan, namun kali ini tidak, mereka saat ini saling bertatapan dengan sengaja, entah apa yang mereka lihat namun tidak ada ekspresi ataupun ungkapan yang mereka keluarkan, hanya sebuah tatapan biasa.

"Ah, aku lupa. Sayang bukankah ibu memanggil untuk makan malam hari ini" Tata menemukan alasan yang klise untuk menggusur keluar Bara dari hadapan Devan dan teman-temannya.

'Heh! sayang pantatmu'

Melihat mereka yang saling menatap membuat hati Tata sedikit tersentil karna takut sesuatu yang tidak di inginkan terjadi.

Apa Bara cemburu padanya? Hell no! tidak mungkin si brengsek ini memiliki hati, bahkan kata cemburu hanya sebuah angin lalu di hidup pria bodoh itu, tapi kenapa dia bertingkah aneh seperti ini, keanehannya semakin menjadi jadi setiap harinya.

"Ah aku bahkan melupakan hal penting itu dan datang kesini tanpa tujuan" Mata Bara masih menatap mata Devan, bahkan setelah Tata menggusur menariknya untuk segera pergi dari tempat itu, Bara menyempatkan memberikan senyuman smirk kearah Devan dan berlalu pergi dengan tarikan Tata yang menyeretnya keluar.

"Sialan kau bajingan bodoh! Apa yang ada di dalam pikiranmu! Oh sial" Tata mengeluarkan umpatan yang sedari tadi ingin ia ucapkan namun ia harus menahannya karna tidak ingin mereka tau apa yang sebenarnya terjadi.

"Hei! Drama bodoh apa yang sedang kau mainkan saat ini!"

"Apa aku melakukan suatu hal?"

"Apa kau bertanya padaku!?"

"Tidak, aku berbicara dengan mobil di dekatku"

"Wah, sulit di percaya" Tata menyilangkan kedua tangannya di dada, mengantisipasi jika tangannya melayang tanpa kesadarannya.

"Hm. Bukankah dia mantan kekasihmu ?" Bara berjalan dan duduk di bagian depan mobil yang ada di dekatnya, mobil porsche yang cukup menarik menurutnya karna ini sepertinya keluaran terbaru.

"Ya. Dan karna kau hubunganku berakhir"

"Sepertinya kau tidak tau apa apa tentang dia"

"Hell. Perkataan bodoh apa lagi yang sedang kau ucapkan itu!"

"Aku tidak mengatakan apapun, apa aku mengatakan sesuatu? ah dimana aku, sepertinya aku tersesat" ucap Bara berpura-pura bodoh tentunya.

"Brengsek!" Tata menghentakan kakinya sebelum ia pergi, memang sudah salah dari awal, seharusnya ia tidak meladeni dan berbicara dengan manusia bodoh ini dan yah begitulah hasilnya!.

Bara masih duduk diam, mengamati Tata yang berlalu dengan kemarahan yang mengembang di lubuk hatinya.

"Astaga lihat wanita bodoh itu"

"Ckck. Hanya marah dan mengamuk saja yang ada di otaknya"

Bara berpikir untuk yang ke ribuan kalinya, mengapa dari jutaan wanita di dunia ini harus Tata? gadis bodoh dan pemarah yang tidak tau apapun selain kedua hal itu.

Bara menarik nafasnya kuat kuat dan menghembuskannya dengan kasar, skenario hidupnya belum berakhir dan ini menjadi semakin rumit dari pada dugaannya dan lagi menghadapi gadis bodoh itu saja terkadang membuatnya kelimpungan.

Bara melompat pelan, meregangkan tubuhnya rasanya sangat pegal sekali tubuhnya saat ini, Bara menepuk nepuk bagian mobil yang ia duduki tadi "Thanks" ucapnya sembari tersenyum kearah dalam mobil sebelum ia beranjak pergi dari sana.

Sebenarnya dari awal ia tau bahwa di dalam mobil itu terdapat pemiliknya walaupun tidak terlihat dari luar, Bara sudah tau milik siapa mobil ini.

Dan satu kesengajaan lagi yang Bara lakukan adalah berhenti berjalan saat Tata menariknya tadi tepat di dekat mobil ini, sebenarnya ada maksud dan tujuan lain kenapa Bara melakukan hal itu.

Sedangkan di sisi lain, Amber, Sasa dan Pinkan sedang melamun secara bersamaan.

Bukan karna apa yang baru saja terjadi, tapi itu juga ada sangkut pautnya sih, ya karna itu adalah masalah taruhan mereka tadi! Andai saja si brengsek kunyuk itu tidak datang mungkin ada suatu kemenangan di antara mereka.

Tapi nasi sudah jadi bubur, semua ini salah si kunyuk sialan itu!.

Sama halnya dengan Devan, ia juga merasa bingung dengan yang baru saja terjadi, hal yang ia tidak inginkan terjadi begitu saja dan itu persis seperti dugaannya sebelumnya.

Untuk menyesalpun itu tidak dapat Devan lakukan karna ia datang kesini pun, hal ini pasti akan terjadi walaupun seandainya tidak hari ini tapi mungkin saja hal itu akan terjadi di kemudian hari.

04.

Bara berjalan menyusuri tangga di rumahnya, hari ini ia tidak ingin menaiki lift sepertinya tubuh Bara memerlukan sedikit olahraga untuk membugarkan tubuhnya.

Sudah dua hari sejak kejadian kemarin dan Tata masih marah padanya dan enggan menatapnya sedikitpun.

Awalnya Bara tidak peduli dan merasa lelah karna kelakuan kekanakan Tata itu padahal hal itu tidak akan membuat Bara merasa simpati atau bersalah sedikitpun, hanya saja ia merasa sedikit bosan tidak ada boneka hidup yang bisa ia mainkan karna bonekanya yang satu itu masih merajuk tak jelas, tapi tadi saat Bara sedang berada di perjalanan untuk pulang tiba tiba sebuah pesan masuk dengan nama 'Anjing gila' sebagai pengirimnya.

Di pesan itu, Tata menyuruhnya untuk membeli es cream sebelum ia pulang tadinya Bara enggan untuk membelikannya tapi biarlah saat ini Bara ingin menjadi manusia yang baik.

Bara menaiki tangga di lantai dua, karna tadi saat ia bertemu dengan sekertaris Kim ia mengatakan bahwa Tata berada di dapur lantai dua sedang makan.

Memang benar, Bara bisa melihat Tata yang sibuk makan dan memainkan ponselnya dengan duduk santai di meja bar, bahkan kedatangan Barapun tidak ia lirik sedikitpun membuat Bara berdecih karna kebaikannya ini.

Bara berjalan kearah kulkas untuk menyimpan es cream itu agar tidak mencair, namun baru saja ia membuka pintu kulkas suara ketus Tata memasuki indra telinganya dan membuat tubuhnya sedikit terlonjak kaget.

"Apa aku menyuruhmu menyimpannya di kulkas?"

"Tidak"

"Lalu apa yang sedang kau lakukan"

"Bukankah kau sedang makan?"

"Aku bisa memakannya secara bersamaan!"

"Dasar wanita serakah!"

"Aku tidak ingin berdebat dengan manusia bodoh sepertimu! cepat bawa kemari!"

"Cih kurang ajar" Bara dengan ogah ogahan berjalan dan menaruhnya dengan kasar di depan Tata dan langsung melenggang pergi tanpa berbicara satu patah katapun.

Sebenarnya Bara ingin meluapkan kekesalannya karna masalah pekerjaannya kepada Tata tapi sepertinya Tata sedang datang bulan terlihat adanya jerawat yang muncul di dahi miliknya.

Dugaan itu juga semakin di pertegas dengan kegalakan Tata yang semakin bertambah dari biasanya, biasanya apapun yang Bara katakan selalu menjadi angin lalu atau membalas ucapannya jika membuatnya tak nyaman, tapi Bara yakin kali ini Tata sedang datang bulan jadi ia mengurungkan niatnya untuk meluapkan emosi di dalam hatinya, mungkin di simpan dahulu lebih baik.

Pernah kejadian bulan lalu, saat itu Bara tidak tau kalau Tata sedang mens jadi ia memukul pundak Tata dengan kencang saat dirinya sedang makan sampai membuatnya tersedak dan terbatuk sampai menangis dan saat itupula mata berharga milik Bara hampir buta karna Tata yang hampir menusuknya dengan garpu saat Bara sedang tertawa. Bara berhutang mata kepada sekertaris Kim kalau bukan karnanya mungkin saat itu juga bola matanya sudah pecah.

Jangan kalian pikir kalau Tata itu memiliki hati nurani, hell no, bahkan Tata bisa saja benar-benar membunuhnya jika wanita itu menginginkannya, tidak ada yang tau dengan isi hati dan pemikiran wanita gila itu yang membuat Bara selalu waspada di setiap tidurnya.

"Itu tempat dudukku!"

Bara yang baru saja akan duduk di sofa single di kamarnya membuatnya spontan bangun karna rasa terkejutnya.

Di ambang pintu sudah ada Tata dengan wajah semrawutnya tak lupa satu cup es cream yang tadi Bara belikan untuknya dan lagi handphone kesayangannya yang bertengger di tangan satunya lagi.

"Bukannya tadi kau sedang makan"

"ckck.Aku bisa makan disini!"

"Kau pikir ini tempatmu! Ini rumahku kalau kau lupa!"

"Ya. Dan aku adalah istrimu kalau kau lupa"

"Jadi ini semua...aku punya! Apa kau mengerti" Lanjut Tata lagi sembari mendorong tubuh Bara untuk menjauh dari tempat duduk miliknya.

"Oh ya, Bisakah kau mengambil barangmu..tuan?"Tata berbicara dengan penuh ledekan yang kentara di wajah bodohnya itu.

Ckck. Yang benar saja! Wanita ini semakin menjadi-jadi setelah ia dan Bara lebih sering berinteraksi walaupun 99% nya adalah perkelahian dan penuh ancaman.

"Ah aku lupa. Kau terlihat lebih bodoh dengan jerawat sialan di keningmu itu HAHAHA" Tawa puas bagi Bara saat melihat reaksi Tata.

"APA! Cih yang benar saja" Tata menyunggingkan bibir sembari meletakkan ponsel dan es creamnya lalu menarik-narik baju lengannya agar berdiam diri di pundaknya, Tata juga meregangkam sedikit bagian tubuhnya sepertinya kali ini tidak akan selesai lebih cepat dari biasanya.

"Haa. Apa...Hm" Bara sedikit memundurkan tubuhnya saat melihat kilat kemurkaan di mata Tata, apa dia pikir ia akan takut padanya!.

"BAJINGAN SIALAN....PERGI SAJA KAU KE NERAKA!" Bara yang belum memasang tameng terkejut saat tiba tiba Tata melompat ke tubuhnya dan membuatnya terjatuh ke kasur, hal itu masih terbilang lebih baik dari pada harus jatuh kelantai.

"Apa kau pikir aku akan takut padamu hah..kau pikir aku akan bersikap lunak padamu! Berani sekali kau ****** sialan" Bara ikut membalas menarik rambut panjang milik Tata, jangan harap Bara akan meminta maaf dan memohon ampunan darinya, itu tidak akan pernah terjadi! Sampai kapanpun.

PLAK.

Suara tamparan yang terdengar nyaring dan perih itu membuat mereka berhenti selama sepersekian detik sebelum Bara meraba pipi kirinya yang kini terasa perih dan panas.

PLAK.

Lagi, suara tamparan yang terdengar lebih kencang dari sebelumnya, kali ini Bara yang menampar pipi Tata dengan sangat keras, ada jejak telapak tangannya di sana yang kentara di kulit putihnya itu.

Tata bangun dan beranjak ke arah meja rias miliknya dan menatap seberapa parah wajahnya saat ini.

"Ah sialan, kau merusak wajah cantikku" Tata berdecak pelan sebelum ia berbalik dan menerjang Bara lagi.

Ini adalah perkelahian terhebat yang pernah mereka lakukan selama setahun menikah ini, dan lagi tidak ada sekertaris Kim disini yang mengawasi mereka saat berkelahi seperti biasa.

KEMARIN DI TEMPAT PARKIR.

"Apa kau sudah mengambil beberapa dokumen yang ku sebutkan tadi" Seseorang yang berada di dalam mobil itu tengah berbicara di telfon dengan seseorang yang ia hubungi tadi.

"Aku sudah menyiapkan semuanya bos dan semua yang akan kau pakai kali ini"

"Baiklah aku akan sampai di sana dalam 30 menit, tolong siapkan semuanya saat aku tiba"

"Baik bos"

Ia memutuskan sambungan telfonnya, sebelum ia pergi ia melihat beberapa pesan dan email yang masuk terlebih dahulu karna sedari tadi ponselnya terus bergetar.

Mata elangnya yang ia gunakan untuk melihat ponselnya kini berubah saat merasakan mobilnya yang sedikit bergerak, disana terdapat dua orang yang sepertinya sedang bertengkar.

Ia menyunggingkan bibirnya melihat pria yang duduk santai di depan mobilnya itu.

"Sialan apa yang sedang mereka lakukan!" ia mendesis pelan karna sudah 3 menit ia menunggu dan mereka masih belum juga selesai.

Ia menatap jam yang bertengger di pergelangan tangannya, waktu semakin berlalu dan beberapa menit waktunya terbuang dengan sia sia seperti ini yang bahkan tidak ada hubungannya dengan dirinya sama sekali.

Saat ia akan membuka pintu, ia langsung mengurungkan niatnya saat telinganya mendengar kata.

"Sepertinya kau tidak tau apa apa tentang dia"

Kata-kata itu membuatnya berfikir lagi tentang kejadian dua tahun lalu dan ia mengingat jelas siapa pria yang duduk di depan mobilnya itu yang tidak lain dan tidak bukan adalah Bara dan tentang apa yang terjadi kepada temannya itu, Devan.

Semuanya terasa lebih masuk akal baginya sekarang.

Oh dan lagi, perempuan bernama Tata itu cukup menarik baginya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!