My Sunshine
Upacara penyambutan untuk Raka di sekolah terlihat sangat ramai. Suara sorak gembira teman-teman yang bangga padanya juga tak kalah heboh.
Beberapa guru pembimbing sampai meneteskan air mata untuk bocah yang dikenal tak memiliki ayah sejak lahir ini.
Raka memang hanya hidup bersama sang ibu dan nenek asuhnya. Sedang keluarga yang lain ia tak tahu.
Selama ini Raka memang tak pernah menanyakan keberadaan sang ayah. Sebab sang ibu selalu bilang, bahwa ayah Raka ada di hati Raka. Ayah tidak ke mana-mana. Jadi tak perlu dicari.
Di dalam akte bocah tampan ini memang hanya tertulis nama ibu, tapi ia tak malu. Meskipun tak sedikit teman-teman dan tetetangga mengejeknya. Karena ia yakin, ibunya adalah wanita yang baik. Tidak seperti yang mereka gunjingkan selama ini.
Raka sangat terkenal dengan kecerdasannya. Ketangkasannya dalam berpikir dan juga kebaikan hatinya. Anak ini juga lihai dalam ilmu bela diri. Pandai bermain ketapel dan juga memanah.
Raka ingin sekali jadi atlet panahan. Itu sebabnya ia sangat rajin berlatih. Hobi Raka ini didukung dengan tempat berlatih yang lumayan strategis. Lahan yang luas milik nenek asuhnya, ia jadikan markas tempatnya menyalurkan hobi. Meski kadang-kadang tak jarang ia kena omel, sebab tanpa sengaja Raka sering merusak tanaman bunganya. Maklum, usaha sang nenek dan sang ibu adalah berjualan bunga sekaligus perlengkapan jenazah.
Raka anak yang baik hati. Meski sering menang dalam lomba, tak sekalipun ia besar kepala. Ia hanya tersenyum ketika ada yang memujinya dan diam ketika orang lain mengoloknya. Begitulah Raka dengan segala kesederhanaan dan kerendahan hati yang diajarkan oleh Nandita, ibudanya.
Kali ini, juara debat bahasa Inggris dan juga matematika, antar kecamatan berhasil dia sabet dengan mulus. Piagam, piala dan juga hadiah uang tunai ia dapatkan. Bukan hanya itu, Raka juga lulus seleksi untuk mengikuti lomba selanjutnya di Kabupaten.
Kabar gembira ini di sampaikan langsung oleh Pak Joko. Selaku kepala sekolah di mana bocah tampan ini menimba ilmu.
"Selamat kepada Raka Octaviant karena kali ini ada tiga kabar baik untuknya. Untuk kita, untuk sekolah ini dan untuk semuanya tentunya," ucap Pak Joko sembari memakai kaca mata bacanya.
Terdengar suara riuh tepuk tangan dan juga sorak-sorai dari semua murid yang ada di aula sekolahan tersebut.
"Ayo diam, diam semuanya. Bapak belum selesai membacakan apa saja yang menjadi kabar gembira hari ini," ucap Pak Joko lagi. Mengambil napas untuk mulai menyampaikan apa yang ia baca dalam hati. Selesai merekam baris demi baris kata ke dalam memorinya, Pak Joko pun langsung menyampaikan kabar gembira ini.
Serempak anak murid pun diam. Tanpa terkecuali Raka.
"Yang pertama ...." Pak Joko kembali membuka lembaran lain, sembari mengerutkan kening, masih manatap intens pada map berwarna merah yang ada di tangannya tersebut.
"Anak didik kita, teman kita, sahabat kita dan saudara kita, Raka Octaviant Abimayu berhasil menjadi juara umum dalam debat bahasa Inggris sekecamatan dan juga juara umum kategori Anak Genius dalam mata pelajaran Matematika serta lolos seleksi masuk dalam lomba Cerdas Cermat yang akan dilaksanakan di GOR Kabupaten yang di sponsori oleh PT Golden Gold dan jika menang maka .... hadiahnya sangat fantastis ini." ucap Pak Joko, suaranya terdengar lirih di akhir. Mungkin beliau sembari membaca dan mencermati sederetan hadiah yang tercantum dalam lomba tersebut.
Anak murid dan juga para guru pembimbing masih diam. Lalu Pak Joko pun kembali melanjutkan ucapannya.
"Eh, ayo tepuk tangan. Tepuk tangan untuk teman kita, mana?" tagih Pak Joko. Kemudian, barulah terdengar suara sorak sorai dan tepuk tangan itu lagi.
"Apakah kalian tahu Golden Gold itu apaan anak-anak?"
"Tidak, Pak!" jawab Mereka serempak.
"Bapak sendiri juga belum tahu ini perusahaan apa? Tapi kasih hadiahnya beasiswa sampai SI loh, wis keren pokoke iki joss, Raka. Kamu kudu iso iki yooo, Semangat!" Pak Joko diam sesaat, terlihat masih terlihat fokus dengan map yang ia pegang. Sayangnya seluruh anak-anak malah tertawa. Pak Kepala Sekolah satu ini terlihat lucu dan menggemaskan di mata mereka.
"Hah, oke baiklah anak-anak. Mari kita do'akan Raka dan juga Ibu Sonia selaku guru pembimbing, supaya bisa melewati ini semua dan bisa membawa harum nama baik sekolah. Mau menang mau kalah semangat Raka, kamu pasti bisa. Kalau bisa Bapak berharap kamu menang sih!" Pak Joko tertawa. Bukan hanya Pak Joko, para guru pembimbing yang lain juga ikut tertawa.
Sedangkan Raka hanya tersenyum. Bocah tampan ini terlihat antusias dan tak sabar ingin memberitahu ibu dan juga sang nenek akan kabar baik ini. Namun sebelum itu beberapa temannya langsung memeluk dan membopong Raka di pundak mereka. Sebagai wujud betapa bangganya mereka memiliki teman dan sahabat seperti Raka.
***
Keesokan harinya....
Mobil yang hendak mengantar Raka ke Kabupaten sudah siap. Kali ini ibu Sonia tidak sendiri, ia di temani satu guru lagi, yang khusus mengajar bahasa Inggris. Mereka terlihat tak sabar ingin segera berangkat dan menghadapi tantangan ini.
Antusias kedua guru Raka, tentu saja membuat Nandita merasa senang. Bukan hanya senang, ia juga merasa tenang memasrahkan putra semata wayangnya pada kedua guru tersebut.
Senyum merekah indah di bibir Nandita. Rasa bangga begitu menyelimuti hati wanita ayu ini. Bagaimana tidak? Selama ini Raka sama sekali tak pernah merepotkannya. Tak pernah meminta hal aneh padanya. Sang putra selalu bersikap santun dan peduli padanya. Entahlah, meskipun Nandita tahu, dan bahkan mengalaminya sendiri bagaimana proses hadirnya Raka dalam kehidupannya, wanita cantik ini tak pernah membencinya. Bahkan dia sangat sayang pada anak ini.
Nandita memang tak pernah mengenal ayah kandung Raka. Karena pria itu memaksanya dan wanita ini juga tak tahu apa alasan pria itu melakukan hal gila itu padanya. Sedangkan mereka sama sekali belum pernah bertemu. Semua terjadi begitu saja.
Nandita tersadar dari lamunanya ketika Raka menyenggol lengannya.
"Bun, Bunda!" panggil Raka lirih sembari menyenggol lengan tangan wanita ayu itu.
"Eh, iya apa Ka?" tanya Nandita gugup.
"Di sapa sama bu Sonia tu," jawab Raka sembari tersenyum menahan tawa, sebab ibunya terlihat linglung.
"Eh, Bu Sonia. Maaf Bu, terpesona sama Raka, saya!" Nandita terkekeh.
"Putra Ibu tampan ya!" ledek Bu Sonia.
Nandita hanya tersenyum sembari melirik gemas pada sang putra yang kini mulai terlihat dewasa.
"Selamat ya, Bun. Anak Bunda luar biasa," ucap Bu Ganita selalu guru pembimbing bahasa Inggris Raka.
"Terima kasih Bu Guru, ini semua tak lepas dari kerja keras bapak dan ibu di sekolah." Nandita tersenyum malu.
"Dasarnya putra panjenengan ini memang cerdas kok, Bun. Kita sih yakin Raka bakalan menang lagi," Bu Sonia dan Bu Ganita tertawa lirih. Sedangkan Nandita tetap bertahan dengan senyuman.
"Semoga saja, Bu Guru. Monggo silakan diminum dulu tehnya," ucap Nandita mempersilahkan.
"Ngapunten Bun, bukannya kita nolak. Ini jamnya sudah mepet. Takut telat, kan sayang kalau telat." Bu Sonia menunjukkan jamnya pada Nandita.
"Oh, ya sudah kalau begitu. Raka hati-hati ya Nak. Ingat pesan Bunda jangan merepotkan siapapun. Berdoa, berusaha lalu pasrah. Allah pasti bantu kamu," ucap Nandita sembari memeluk sang putra.
Suasana haru selalu terjadi ketika Raka hendak berjuang ke medan perang yang telah Tuhan sediakan untuknya. Namun tak lupa sebelum berangkat, ia pasti selalu mencium kaki sang ibu sebagai wujud meminta doa restu agar dipermudah segala urusan dan tujuannya.
Bersambung...
Jangan Lupa like komen dan krisannya ya... makasih sebelumnya🥰🥰🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Arwa Ingin Setia
belum apa sudah terharu sama Raka. 🥺
2023-05-04
1
Sri Widjiastuti
nyimak ni
2023-05-04
0
Kuro
wah ..part pertama Raka udah langsung besar,👍👍👍👍
2022-11-04
0