Legenda Sang Dewi Bulan
...Untuk para pembaca, cerita ini hanyalah fantasi dan tidak ada sangkut pautnya dengan dunia nyata. Begitu pula untuk unsur nama, ras, makhluk dan sebagainya hanyalah pandangan Author sendiri mengenai imajinasi yang bersangkutan....
...Bila ada yang tersinggung, mohon kembali ingat. Ini hanyalah Fiksi. Dan tidak ada maksud untuk berkaitan dengan kepercayaan maupun golongan di Indonesia. Intinya, cerita ini tidak memiliki hubungan dengan dunia nyata, hanya sebatas fantasi belaka. Jadi, berpikirlah bijak dan positif 😊...
...****************...
...Warning! Masih ada beberapa yang Saya revisi. So, kalau ada dialog dan narasi yang berbeda dari awal-awal sebelumnya jangan kaget....
...Fyi, Author...
...-Marionatte Rose-...
...🍁ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ🍁...
Suara deru langkah para prajurit menggema di cakrawala mengalahkan kebisingan dari suara badai dan petir.
Tepat di suatu hamparan yang luas, tidak peduli tua, muda, anak kecil, perempuan, laki-laki, kaya dan miskin menjadi lautan mayat yang penuh darah.
Seakan dunia mulai runtuh, banyak wilayah yang dulunya indah kini telah menjadi tanah gersang yang hanya memiliki pasir tanpa dedaunan hijau. Beruntung, daerah-daerah utama tidak terimbas.
Bila dikatakan, dunia hanyalah sementara bagaikan keindahan bunga yang dapat menyihir mata manusia setiap kali pandang. Mempesona dan begitu indah, namun saat waktu bergerak terus maju semuanya akan menjadi layu, menguning lalu musnah.
Perumpamaan ini hampir mirip seperti peristiwa yang sedang berlangsung di Dunia Dewa. Penuh kekacauan tanpa kedamaian dan terus menerus memburuk bagi siapapun yang merasakannya.
Dunia Dewa merupakan alam tempat tinggal bagi para Malaikat dan juga para dewa yang ikut membantu dalam susunan hukum dunia.
Selama ini, Dunia Dewa tidak pernah mengalami gejolak yang begitu besar hingga menghancurkan perdamaian seperti ini.
Namun, sejak ribuan tahun terakhir terdapat pemberontakan dan juga kudeta yang mengusik baris piramida status para dewa.
Perkara status, beberapa dewata dan dewa berkomplot menghancurkan atau ingin merubah tatanan pemimpin demi hasrat mereka untuk mendapatkan kekuasaan duniawi.
Sejak saat itu, peperangan antar dua kubu tidak dapat terbantahkan. Perang antara kubu Dewa setia dan juga pemberontak menghiasi malam dan siang di Alam Surga, dan Alam dibawahnya yang masih berada dalam bagian Dunia Dewa.
“KALIAN DEWA SIALAN! BERANI SEKALI MEMBERONTAK TERHADAP PARA PENGUASA! MARI KITA LIHAT, BAGAIMANA KALIAN AKAN MATI HARI INI!!!!” Teriak salah satu Dewa tinggi dalam medan perang.
CLANK!!
CLANK!!
TRANG!!
CLANK!!
WOOSHH!!
BOOOMM!!
Lautan manusia terlihat saling menebas, membunuh, berkorban, maupun memburu. Mereka terus berperang tanpa henti tidak peduli rasa kelelahan dan juga bau amis yang menyerbak hingga ratusan ribu kilometer.
Tanpa sadar, selama ribuan tahun perang yang berlangsung demi kekuasaan ini tidak pernah berhenti. Bagi suku-suku Dunia Dewa terutama Suku Dewa, ribuan tahun merupakan waktu yang singkat dari kehidupan panjang mereka.
Hingga pada suatu saat, satu dari beberapa Dewa Agung terbunuh yang menggemparkan Dunia Dewa maupun Dunia lainnya.
...🍁………………🍁...
...Alam Surga...
...……………🍁……………...
BOOOMMMM...!!!
SWISH...
SWISH...
SWISH...
JDAR!! JDAR!!
"YANG MULIA! OH YANG MULIA!!" Teriak seorang pria muda nan tampan seraya berlari.
Ia tampak ketar ketir karena di luar istana, langit biru yang cerah telah berubah menjadi gelap mencekam. Hal ini tentunya membuat Ia merinding ketakutan. Bahkan, orang lain mungkin juga sama. Entahlah Ia tidak berani membayangkan. Intinya ini mengerikan!
"Yang mulia.. Ha.. Ha.... Di luar, langit-
"Aku tahu" Ujar sosok perempuan yang disebut sebagai Yang Mulia. Wajahnya yang cantik kini penuh dengan kesedihan dan amarah.
Perempuan itu bernama Xing Shi, seorang Dewi Suci. Ia amat cantik dengan keindahan atas sampai bawah dapat menggetarkan segala hati para pria.
Xing Shi kemudian menatap langit lagi. Tatapannya penuh ratapan. Apa yang terjadi sekarang merupakan hal yang tak pernah Ia bayangkan.
Langit mendung dengan petir menyambar dimana-mana, retakan ruang yang terbuka tertutup di seluruh daratan surga, dan yang lebih parah bila awan-awan ditepiskan waktu pagi, siang, sore, dan malam berputar 100 kali lebih cepat.
Sangat mengerikan!
Ini adalah fenomena yang memang bencana. Namun bukan itu yang menjadi fokus utamanya. Perhatiannya teralih oleh akar penyebab yang menghasilkan bencana seperti sekarang.
Kematian..
Ya, itu karena Ayahnya tiada. Salah satu penopang Alam Surga yang penting tiada. Sosok yang begitu disegani dan dihormati oleh para dewa di Alam surga kini telah lenyap. Benar-benar menghilang dari dunia ini.
Xing Shi mengepalkan tangannya erat, matanya yang indah terlihat memerah dengan bulir-bulir air menetes deras dari matanya.
Jantungnya berdetak kencang. Ditambah ulu hatinya terasa begitu sakit seperti digenggam oleh sebuah tangan besar. Napasnya juga naik turun seolah ada sesuatu yang akan meledak dari dirinya.
"Tidak mungkin.."
"Ini.. ini.. ini tidak mungkin terjadi.. Tidak mungkin.. Tidak!!"
"Aku tidak percaya..! Tidak.. ini mustahil.." Ucapnya frustrasi dengan wajah yang penuh air mata.
"TIDAK..!! Tidak... INI TIDAK MUNGKIN!!" jerit Xing Shi parau.
"Siapa.... SIAPA YANG BEGITU BERANI MEMBUNUH AYAHANDAAAA!!!!" Teriaknya kencang hingga terdengar beberapa mil jauhnya. Aura membunuh yang pekat seketika melesat dari tubuhnya.
Matanya yang memerah berkilat marah. Sekilas rahangnya mengeras hingga urat-urat lehernya sedikit terlihat. Tapi, bulir-bulir air juga tidak bisa berhenti mengalir dari matanya. Hatinya terasa sangat sakit.
Bukti..? Ia tidak membutuhkan bukti.. Pemandangan yang terpampang di langit adalah bukti yang cukup untuk membuat Ia marah. Ini adalah tanda atas kematian Ayahnya!
Tanpa menghiraukan darah yang mengalir dari tangan yang Ia kepalkan, Xing Shi kemudian terbang menuju langit dengan kecepatan cahaya.
"CAHAYA SUCI BENTUK KE-7, CAKRAM CAHAYA!!"
Sebuah cakram seukuran 20 meter seketika keluar dari jari telunjuknya. Lalu Ia lemparkan menuju sebuah formasi yang berada di atas langit.
BOOMMM!!!
"ARGHH!!! S*AAAAL..!!" Teriaknya setelah terhempas dari langit hingga menghancurkan daratan menjadi Kubang besar yang cukup dalam.
Pria tampan yang bernama Bai Jun tersebut kaget setelah melihat apa yang dilakukan nonanya, menurutnya itu sangatlah gegabah.
"YANG MULIA!!"
Lalu Bai Jun berlari menuju Xing Shi yang terlihat duduk lemah di atas tanah dengan wajah yang penuh air mata. Itu sangatlah berantakan..
"Yang mulia..Yang mulia, bangunlah.... Kenapa anda melakukannya..? Anda tahu sendiri, jika formasi penyegelan yang melingkupi seluruh istana ini tidak dapat Anda hancurkan..!"
Ucapnya ikut sedih, memandang wanita didepannya yang selalu bersikap tenang dan anggun berubah menjadi begitu menyedihkan. Bahkan matanya juga ikut memerah seolah tertular oleh nonanya.
Xing Shi tak menggubris ucapan Bai Jun. Lalu bertanya tanpa menoleh, "Jun, kenapa Ayahanda harus tiada? Kenapa harus sekarang?? Kenapa....?" Lirihnya pelan dengan suara bergetar.
"AKU TAHU AKU SALAH, tapi.. tapi.. kenapa harus sekarang..?!" Lanjut Xing Shi yang sudah tidak bisa menahan tangisannya lagi.
Xing Shi menundukkan kepalanya penuh penyesalan. Ia sangat menyesal karena terakhir kali bertemu Ayahnya, Ia malah berselisih pendapat yang membuat hubungan antara keduanya retak.
Bai Jun yang mendengarkan pertanyaan nonanya segera ikut menundukkan kepala. Ia enggan untuk menjawab karena Dia sendiri bingung tentang kata apa yang pas untuk dikatakan.
Saat ini Ia hanya bisa menenangkan nonanya walau itu hanya sedikit saja. Pria ini menghembuskan napasnya pelan. Ia tidak ingin terlalu emosional, tapi tetap saja sangat sulit.
"Yang mulia, Hamba tidak tahu harus menjawab apa. Namun perlu Yang mulia ketahui, bahwa Kaisar akan selalu menyayangi Yang mulia dimana pun Anda berada...." Jawabnya lalu menatap langit dengan pilu.
"Kalau sayang mengapa Ia mengurung Ku disini??" Tanyanya lagi dengan suara serak yang bergetar.
Bai Jun tersenyum tipis, "Hamba tidak yakin Yang mulia, namun menurut hamba itu adalah bentuk perlindungannya agar Yang mulia tetap aman dari perang ini.."
Mendengar apa yang dikatakan Bai Jun membuatnya tersadar akan tindakan Ayahnya yang aneh beberapa bulan yang lalu.
Ia akhirnya mengerti, dan pada akhirnya Xing Shi diliputi oleh perasaan bersalah yang amat mendalam. Lalu Ia bertanya-tanya kenapa dirinya begitu bodoh saat itu?!!
Xing Shi Merasa dirinya tidak berguna!
Lebih baik Dia saja yang terbunuh untuk melindungi Ayahnya daripada Ayah tercintanya tiada. Baginya ini sepadan karena bagaimanapun juga hidupnya dapat lebih berarti karena ada seorang Ayah.
Dengan posisi terduduk lemah, Ia meremas tanah dengan kuat. Bulir-bulir air berjatuhan dari pelupuk matanya hingga tanah di bawahnya menjadi basah. Isak tangis juga perlahan terdengar.
Badannya bergetar mencoba menahan rasa sedih yang kuat sembari menggigit bibir bawahnya. Ia mencoba mengingat kembali kenangan masa lalunya bersama sang Ayah.
Itu begitu indah dan penuh tawa. Bersama saudaranya yang lain mereka bersenang-senang.
Dalam ingatannya, terpampang jelas Ia dan para saudarinya menari dengan secangkir arak tercantum di tangan mereka. Sedangkan para saudara pria, mereka memainkan musik sebagai pengiring seperti seruling, guzheng, guqin, dan harpa.
***Guzheng adalah kecapi tradisional asal Tiongkok yang cukup populer***. ***Sedangkan*** ***Guqin adalah alat musik yang juga berasal dari Tiongkok dan merupakan kerabat kecapi***. ***Keduanya hampir mirip namun memiliki sedikit perbedaan suara***.
***Jika terdapat perbedaan pendapat dengan anda. Silahkan cari di internet untuk lebih jelasnya***.
Semua itu dilakukan hanya demi menghibur sang Ayah yang selalu sibuk. Saat itu, Xing Shi mengingatnya dengan jelas. Pria tampan yang merupakan ayah mereka tersenyum lembut penuh kehangatan. Ayahnya terlihat bersenang-senang. Tawa canda yang Ia beri, membuat Xing Shi dan yang lainnya merasakan indahnya berkeluarga.
Mendadak leher Xing Shi terasa tersendat. Hidung dan kelopak matanya memerah dan terasa begitu panas. Sangat panas.
Sungguh cepat waktu berlalu, itu sangat tidak terasa. Perasaan hangat dan berwarna itu kini terlihat abu-abu. Terasa sangat jauh, seolah ada yang menarik tangan Xing Shi untuk pergi dari gambaran itu.
Masa-masa itu kini tidak akan terjadi lagi di masa depan. Yang ada hanyalah ingatan, kenangan, dan perasaan nostalgia yang telah merekat erat di dalam otaknya.
Gadis itu menangis lebih kencang saat memori itu datang. Ia tak percaya! Ayahnya, sang Kaisar terkuat.... Tiada?
"HAA...!! HAA...!! AYA-AYAHANDA JANGAN TINGGALKAN AKU..!! HAA..!!" Jeritnya parau.
"KAK-AK..!! AD-IK..!! A-AYAH..!! KEMBALIHII..!! JANGAN PERGI..!! HAA..!!" Ia memukul-mukul tangannya ketanah hingga berdarah. Ia tidak peduli. Rasa sakit hatinya jauh lebih menyiksa ketimbang tangannya yang terluka.
Sebelumnya, saudara/saudarinya yang tiada, kini Ayahnya juga? Bukankah takdir keluarganya amat menyedihkan? Apakah langit sangat senang mempermainkan takdir?
Ia benar-benar tidak terima. Ia menjerit dengan penuh tangis lagi. Perempuan ini tidak pernah sesedih ini sebelumnya. Namun, sekalinya sedih, kenapa begitu menyakitkan? pikirnya kacau.
Bai Jun yang berada disampingnya tidak tega, lalu Ia mengulurkan tangannya agar Xing Shi berhenti melukai diri sendiri.
"Yang Mulia.. Kumohon jangan seperti ini.. " Ujar pria itu dengan mata teduh. Sedikit berkaca-kaca. Jelas Ia ikut sedih melihat nonanya yang sekarang.
Coba pikirkan, siapa yang tidak sedih bila kehilangan seorang Ayah. Bahkan, jika itu dirinya sendiri pun tidak yakin bila tidak sedih. Menangis kehilangan orang tersayang adalah hal wajar. Pria ini mengerti. Dan dia juga mengerti, nonanya ini amat menyayangi keluarganya seperti sebuah harta yang tidak tergantikan.
Pria itu kemudian menarik tubuh nonanya. Walaupun lancang, Ia tidak bermaksud apa-apa. Ini murni hanya demi menenangkan Xing Shi.
Rambut peraknya berkibar, dengan tangannya yang secara perlahan menepuk punggung Xing Shi.
15 menit kemudian...
"Bai Jun. Lepaskan, Aku sudah lebih baik" Pria tampan ini lalu melepaskan dekapannya. Setelah melepaskan diri, Xing Shi kemudian berbalik.
"Bai Jun, bantu aku keluar dari sini" Ucap Xing Shi yang wajahnya masih berantakan karena tadi banyak menangis.
"Tapi Yang mulia-
"Apa kau ingin dunia hancur? Ayahanda memang meninggal, tapi Aku tidak bisa mengecewakannya. Sebagai anak sekaligus dewi Suci, Aku masih memiliki tanggung jawab untuk menjaga dunia dewa. Jika Ayah hidup, pasti Ia lebih memprioritaskan dunia daripada dirinya sendiri.." Jelas Xing Shi panjang lebar tapi masih ada nada sedih dibalik kata-katanya.
Sebenarnya Ia masih dalam suasana hati yang buruk, hanya saja menangis tidak akan menyelesaikan apa pun. Lebih baik Ia melepaskan amarah daripada menangis seolah ini adalah akhir hidupnya. Tapi, nyatanya itu begitu sulit.
Bai Jun menghela napas panjang. Baiklah, ini adalah keputusan Nonanya. Mau Ia merengek atau sampai meringkuk di bawah kaki Xing Shi, nonanya ini tidak akan merubah keputusan yang sudah dibulatkan.
Bai Jun benar-benar harus meminta ampun kepada mendiang Kaisar karena tidak becus menjaga Xing Shi. Bukannya melindungi dan menahan Nonanya agar tetap berada di istana yang telah dipasang formasi penyegelan, yang terjadi kini malah Dia diminta Xing Shi untuk membuka formasi, dan pria ini jelas tidak bisa menolak jika sudah begini jadinya.
Oh, Kaisar maafkan Hamba...
...__________________...
...🍁[Bersambung....]🍁...
...………………………………………...
...Ini novel pertama Saya di Noveltoon/Mangatoon. Berharap, kalian enjoy bacanya~...
...Kalau ada saran, kalian bisa beri tapi menggunakan kalimat yang baik ya. Dan jika kalian suka, jangan lupa like dan komennya. Itu saja, mudah kok....
...See U~...
...-Marionatte Rose-...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Ambarsari
👍
2023-02-15
2
AK_Wiedhiyaa16
Udh ke save lama di list favorite, baru skrng nyempetin baca karena gw tertarik dgn tipe MC wanita yg overpower & kejam utk melindungi orng2 tersayangnya..
Awal yg menarik,
NEXTTT PLEASE!
TETAP SEMANGATTTT
2022-01-27
1
Isnanto Fajar Nugroho
overall bagus, 👍 kurang sreg aja ama onomatope-nya, tapi selera orang beda-beda.
2021-10-26
2