NovelToon NovelToon

Legenda Sang Dewi Bulan

1. Kematian Sang Ayah

...Untuk para pembaca, cerita ini hanyalah fantasi dan tidak ada sangkut pautnya dengan dunia nyata. Begitu pula untuk unsur nama, ras, makhluk dan sebagainya hanyalah pandangan Author sendiri mengenai imajinasi yang bersangkutan....

...Bila ada yang tersinggung, mohon kembali ingat. Ini hanyalah Fiksi. Dan tidak ada maksud untuk berkaitan dengan kepercayaan maupun golongan di Indonesia. Intinya, cerita ini tidak memiliki hubungan dengan dunia nyata, hanya sebatas fantasi belaka. Jadi, berpikirlah bijak dan positif 😊...

...****************...

...Warning! Masih ada beberapa yang Saya revisi. So, kalau ada dialog dan narasi yang berbeda dari awal-awal sebelumnya jangan kaget....

...Fyi, Author...

...-Marionatte Rose-...

...🍁ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ🍁...

Suara deru langkah para prajurit menggema di cakrawala mengalahkan kebisingan dari suara badai dan petir.

Tepat di suatu hamparan yang luas, tidak peduli tua, muda, anak kecil, perempuan, laki-laki, kaya dan miskin menjadi lautan mayat yang penuh darah.

Seakan dunia mulai runtuh, banyak wilayah yang dulunya indah kini telah menjadi tanah gersang yang hanya memiliki pasir tanpa dedaunan hijau. Beruntung, daerah-daerah utama tidak terimbas.

Bila dikatakan, dunia hanyalah sementara bagaikan keindahan bunga yang dapat menyihir mata manusia setiap kali pandang. Mempesona dan begitu indah, namun saat waktu bergerak terus maju semuanya akan menjadi layu, menguning lalu musnah.

Perumpamaan ini hampir mirip seperti peristiwa yang sedang berlangsung di Dunia Dewa. Penuh kekacauan tanpa kedamaian dan terus menerus memburuk bagi siapapun yang merasakannya.

Dunia Dewa merupakan alam tempat tinggal bagi para Malaikat dan juga para dewa yang ikut membantu dalam susunan hukum dunia.

Selama ini, Dunia Dewa tidak pernah mengalami gejolak yang begitu besar hingga menghancurkan perdamaian seperti ini.

Namun, sejak ribuan tahun terakhir terdapat pemberontakan dan juga kudeta yang mengusik baris piramida status para dewa.

Perkara status, beberapa dewata dan dewa berkomplot menghancurkan atau ingin merubah tatanan pemimpin demi hasrat mereka untuk mendapatkan kekuasaan duniawi.

Sejak saat itu, peperangan antar dua kubu tidak dapat terbantahkan. Perang antara kubu Dewa setia dan juga pemberontak menghiasi malam dan siang di Alam Surga, dan Alam dibawahnya yang masih berada dalam bagian Dunia Dewa.

“KALIAN DEWA SIALAN! BERANI SEKALI MEMBERONTAK TERHADAP PARA PENGUASA! MARI KITA LIHAT, BAGAIMANA KALIAN AKAN MATI HARI INI!!!!” Teriak salah satu Dewa tinggi dalam medan perang.

CLANK!!

CLANK!!

TRANG!!

CLANK!!

WOOSHH!!

BOOOMM!!

Lautan manusia terlihat saling menebas, membunuh, berkorban, maupun memburu. Mereka terus berperang tanpa henti tidak peduli rasa kelelahan dan juga bau amis yang menyerbak hingga ratusan ribu kilometer.

Tanpa sadar, selama ribuan tahun perang yang berlangsung demi kekuasaan ini tidak pernah berhenti. Bagi suku-suku Dunia Dewa terutama Suku Dewa, ribuan tahun merupakan waktu yang singkat dari kehidupan panjang mereka.

Hingga pada suatu saat, satu dari beberapa Dewa Agung terbunuh yang menggemparkan Dunia Dewa maupun Dunia lainnya.

...🍁………………🍁...

...Alam Surga...

...……………🍁……………...

BOOOMMMM...!!!

SWISH...

SWISH...

SWISH...

JDAR!! JDAR!!

"YANG MULIA! OH YANG MULIA!!" Teriak seorang pria muda nan tampan seraya berlari.

Ia tampak ketar ketir karena di luar istana, langit biru yang cerah telah berubah menjadi gelap mencekam. Hal ini tentunya membuat Ia merinding ketakutan. Bahkan, orang lain mungkin juga sama. Entahlah Ia tidak berani membayangkan. Intinya ini mengerikan!

"Yang mulia.. Ha.. Ha.... Di luar, langit-

"Aku tahu" Ujar sosok perempuan yang disebut sebagai Yang Mulia. Wajahnya yang cantik kini penuh dengan kesedihan dan amarah.

Perempuan itu bernama Xing Shi, seorang Dewi Suci. Ia amat cantik dengan keindahan atas sampai bawah dapat menggetarkan segala hati para pria.

Xing Shi kemudian menatap langit lagi. Tatapannya penuh ratapan. Apa yang terjadi sekarang merupakan hal yang tak pernah Ia bayangkan.

Langit mendung dengan petir menyambar dimana-mana, retakan ruang yang terbuka tertutup di seluruh daratan surga, dan yang lebih parah bila awan-awan ditepiskan waktu pagi, siang, sore, dan malam berputar 100 kali lebih cepat.

Sangat mengerikan!

Ini adalah fenomena yang memang bencana. Namun bukan itu yang menjadi fokus utamanya. Perhatiannya teralih oleh akar penyebab yang menghasilkan bencana seperti sekarang.

Kematian..

Ya, itu karena Ayahnya tiada. Salah satu penopang Alam Surga yang penting tiada. Sosok yang begitu disegani dan dihormati oleh para dewa di Alam surga kini telah lenyap. Benar-benar menghilang dari dunia ini.

Xing Shi mengepalkan tangannya erat, matanya yang indah terlihat memerah dengan bulir-bulir air menetes deras dari matanya.

Jantungnya berdetak kencang. Ditambah ulu hatinya terasa begitu sakit seperti digenggam oleh sebuah tangan besar. Napasnya juga naik turun seolah ada sesuatu yang akan meledak dari dirinya.

"Tidak mungkin.."

"Ini.. ini.. ini tidak mungkin terjadi.. Tidak mungkin.. Tidak!!"

"Aku tidak percaya..! Tidak.. ini mustahil.." Ucapnya frustrasi dengan wajah yang penuh air mata.

"TIDAK..!! Tidak... INI TIDAK MUNGKIN!!" jerit Xing Shi parau.

"Siapa.... SIAPA YANG BEGITU BERANI MEMBUNUH AYAHANDAAAA!!!!" Teriaknya kencang hingga terdengar beberapa mil jauhnya. Aura membunuh yang pekat seketika melesat dari tubuhnya.

Matanya yang memerah berkilat marah. Sekilas rahangnya mengeras hingga urat-urat lehernya sedikit terlihat. Tapi, bulir-bulir air juga tidak bisa berhenti mengalir dari matanya. Hatinya terasa sangat sakit.

Bukti..? Ia tidak membutuhkan bukti.. Pemandangan yang terpampang di langit adalah bukti yang cukup untuk membuat Ia marah. Ini adalah tanda atas kematian Ayahnya!

Tanpa menghiraukan darah yang mengalir dari tangan yang Ia kepalkan, Xing Shi kemudian terbang menuju langit dengan kecepatan cahaya.

"CAHAYA SUCI BENTUK KE-7, CAKRAM CAHAYA!!"

Sebuah cakram seukuran 20 meter seketika keluar dari jari telunjuknya. Lalu Ia lemparkan menuju sebuah formasi yang berada di atas langit.

BOOMMM!!!

"ARGHH!!! S*AAAAL..!!" Teriaknya setelah terhempas dari langit hingga menghancurkan daratan menjadi Kubang besar yang cukup dalam.

Pria tampan yang bernama Bai Jun tersebut kaget setelah melihat apa yang dilakukan nonanya, menurutnya itu sangatlah gegabah.

"YANG MULIA!!"

Lalu Bai Jun berlari menuju Xing Shi yang terlihat duduk lemah di atas tanah dengan wajah yang penuh air mata. Itu sangatlah berantakan..

"Yang mulia..Yang mulia, bangunlah.... Kenapa anda melakukannya..? Anda tahu sendiri, jika formasi penyegelan yang melingkupi seluruh istana ini tidak dapat Anda hancurkan..!"

Ucapnya ikut sedih, memandang wanita didepannya yang selalu bersikap tenang dan anggun berubah menjadi begitu menyedihkan. Bahkan matanya juga ikut memerah seolah tertular oleh nonanya.

Xing Shi tak menggubris ucapan Bai Jun. Lalu bertanya tanpa menoleh, "Jun, kenapa Ayahanda harus tiada? Kenapa harus sekarang?? Kenapa....?" Lirihnya pelan dengan suara bergetar.

"AKU TAHU AKU SALAH, tapi.. tapi.. kenapa harus sekarang..?!" Lanjut Xing Shi yang sudah tidak bisa menahan tangisannya lagi.

Xing Shi menundukkan kepalanya penuh penyesalan. Ia sangat menyesal karena terakhir kali bertemu Ayahnya, Ia malah berselisih pendapat yang membuat hubungan antara keduanya retak.

Bai Jun yang mendengarkan pertanyaan nonanya segera ikut menundukkan kepala. Ia enggan untuk menjawab karena Dia sendiri bingung tentang kata apa yang pas untuk dikatakan.

Saat ini Ia hanya bisa menenangkan nonanya walau itu hanya sedikit saja. Pria ini menghembuskan napasnya pelan. Ia tidak ingin terlalu emosional, tapi tetap saja sangat sulit.

"Yang mulia, Hamba tidak tahu harus menjawab apa. Namun perlu Yang mulia ketahui, bahwa Kaisar akan selalu menyayangi Yang mulia dimana pun Anda berada...." Jawabnya lalu menatap langit dengan pilu.

"Kalau sayang mengapa Ia mengurung Ku disini??" Tanyanya lagi dengan suara serak yang bergetar.

Bai Jun tersenyum tipis, "Hamba tidak yakin Yang mulia, namun menurut hamba itu adalah bentuk perlindungannya agar Yang mulia tetap aman dari perang ini.."

Mendengar apa yang dikatakan Bai Jun membuatnya tersadar akan tindakan Ayahnya yang aneh beberapa bulan yang lalu.

Ia akhirnya mengerti, dan pada akhirnya Xing Shi diliputi oleh perasaan bersalah yang amat mendalam. Lalu Ia bertanya-tanya kenapa dirinya begitu bodoh saat itu?!!

Xing Shi Merasa dirinya tidak berguna!

Lebih baik Dia saja yang terbunuh untuk melindungi Ayahnya daripada Ayah tercintanya tiada. Baginya ini sepadan karena bagaimanapun juga hidupnya dapat lebih berarti karena ada seorang Ayah.

Dengan posisi terduduk lemah, Ia meremas tanah dengan kuat. Bulir-bulir air berjatuhan dari pelupuk matanya hingga tanah di bawahnya menjadi basah. Isak tangis juga perlahan terdengar.

Badannya bergetar mencoba menahan rasa sedih yang kuat sembari menggigit bibir bawahnya. Ia mencoba mengingat kembali kenangan masa lalunya bersama sang Ayah.

Itu begitu indah dan penuh tawa. Bersama saudaranya yang lain mereka bersenang-senang.

Dalam ingatannya, terpampang jelas Ia dan para saudarinya menari dengan secangkir arak tercantum di tangan mereka. Sedangkan para saudara pria, mereka memainkan musik sebagai pengiring seperti seruling, guzheng, guqin, dan harpa.

***Guzheng adalah kecapi tradisional asal Tiongkok yang cukup populer***. ***Sedangkan*** ***Guqin adalah alat musik yang juga berasal dari Tiongkok dan merupakan kerabat kecapi***. ***Keduanya hampir mirip namun memiliki sedikit perbedaan suara***.

***Jika terdapat perbedaan pendapat dengan anda. Silahkan cari di internet untuk lebih jelasnya***.

Semua itu dilakukan hanya demi menghibur sang Ayah yang selalu sibuk. Saat itu, Xing Shi mengingatnya dengan jelas. Pria tampan yang merupakan ayah mereka tersenyum lembut penuh kehangatan. Ayahnya terlihat bersenang-senang. Tawa canda yang Ia beri, membuat Xing Shi dan yang lainnya merasakan indahnya berkeluarga.

Mendadak leher Xing Shi terasa tersendat. Hidung dan kelopak matanya memerah dan terasa begitu panas. Sangat panas.

Sungguh cepat waktu berlalu, itu sangat tidak terasa. Perasaan hangat dan berwarna itu kini terlihat abu-abu. Terasa sangat jauh, seolah ada yang menarik tangan Xing Shi untuk pergi dari gambaran itu.

Masa-masa itu kini tidak akan terjadi lagi di masa depan. Yang ada hanyalah ingatan, kenangan, dan perasaan nostalgia yang telah merekat erat di dalam otaknya.

Gadis itu menangis lebih kencang saat memori itu datang. Ia tak percaya! Ayahnya, sang Kaisar terkuat.... Tiada?

"HAA...!! HAA...!! AYA-AYAHANDA JANGAN TINGGALKAN AKU..!! HAA..!!" Jeritnya parau.

"KAK-AK..!! AD-IK..!! A-AYAH..!! KEMBALIHII..!! JANGAN PERGI..!! HAA..!!" Ia memukul-mukul tangannya ketanah hingga berdarah. Ia tidak peduli. Rasa sakit hatinya jauh lebih menyiksa ketimbang tangannya yang terluka.

Sebelumnya, saudara/saudarinya yang tiada, kini Ayahnya juga? Bukankah takdir keluarganya amat menyedihkan? Apakah langit sangat senang mempermainkan takdir?

Ia benar-benar tidak terima. Ia menjerit dengan penuh tangis lagi. Perempuan ini tidak pernah sesedih ini sebelumnya. Namun, sekalinya sedih, kenapa begitu menyakitkan? pikirnya kacau.

Bai Jun yang berada disampingnya tidak tega, lalu Ia mengulurkan tangannya agar Xing Shi berhenti melukai diri sendiri.

"Yang Mulia.. Kumohon jangan seperti ini.. " Ujar pria itu dengan mata teduh. Sedikit berkaca-kaca. Jelas Ia ikut sedih melihat nonanya yang sekarang.

Coba pikirkan, siapa yang tidak sedih bila kehilangan seorang Ayah. Bahkan, jika itu dirinya sendiri pun tidak yakin bila tidak sedih. Menangis kehilangan orang tersayang adalah hal wajar. Pria ini mengerti. Dan dia juga mengerti, nonanya ini amat menyayangi keluarganya seperti sebuah harta yang tidak tergantikan.

Pria itu kemudian menarik tubuh nonanya. Walaupun lancang, Ia tidak bermaksud apa-apa. Ini murni hanya demi menenangkan Xing Shi.

Rambut peraknya berkibar, dengan tangannya yang secara perlahan menepuk punggung Xing Shi.

15 menit kemudian...

"Bai Jun. Lepaskan, Aku sudah lebih baik" Pria tampan ini lalu melepaskan dekapannya. Setelah melepaskan diri, Xing Shi kemudian berbalik.

"Bai Jun, bantu aku keluar dari sini" Ucap Xing Shi yang wajahnya masih berantakan karena tadi banyak menangis.

"Tapi Yang mulia-

"Apa kau ingin dunia hancur? Ayahanda memang meninggal, tapi Aku tidak bisa mengecewakannya. Sebagai anak sekaligus dewi Suci, Aku masih memiliki tanggung jawab untuk menjaga dunia dewa. Jika Ayah hidup, pasti Ia lebih memprioritaskan dunia daripada dirinya sendiri.." Jelas Xing Shi panjang lebar tapi masih ada nada sedih dibalik kata-katanya.

Sebenarnya Ia masih dalam suasana hati yang buruk, hanya saja menangis tidak akan menyelesaikan apa pun. Lebih baik Ia melepaskan amarah daripada menangis seolah ini adalah akhir hidupnya. Tapi, nyatanya itu begitu sulit.

Bai Jun menghela napas panjang. Baiklah, ini adalah keputusan Nonanya. Mau Ia merengek atau sampai meringkuk di bawah kaki Xing Shi, nonanya ini tidak akan merubah keputusan yang sudah dibulatkan.

Bai Jun benar-benar harus meminta ampun kepada mendiang Kaisar karena tidak becus menjaga Xing Shi. Bukannya melindungi dan menahan Nonanya agar tetap berada di istana yang telah dipasang formasi penyegelan, yang terjadi kini malah Dia diminta Xing Shi untuk membuka formasi, dan pria ini jelas tidak bisa menolak jika sudah begini jadinya.

Oh, Kaisar maafkan Hamba...

...__________________...

...🍁[Bersambung....]🍁...

...………………………………………...

...Ini novel pertama Saya di Noveltoon/Mangatoon. Berharap, kalian enjoy bacanya~...

...Kalau ada saran, kalian bisa beri tapi menggunakan kalimat yang baik ya. Dan jika kalian suka, jangan lupa like dan komennya. Itu saja, mudah kok....

...See U~...

...-Marionatte Rose-...

2. Mencoba Keluar Dari Istana

Oh, Kaisar Maafkan Hamba...

Wajahnya yang tampan itu terlihat tertekan.

"Yang mulia, Anda yakin?? Ini bukan permainan..Jika salah sedikit, Anda, Saya dan bahkan semuanya akan mati.." Ucapnya mengacu pada inti dunia dewa yang menyebabkan bencana yang terjadi sekarang.

Sudut bibir Xing Shi berkedut. Jelas Ia tahu tentang hal ini. Ia menghirup udara segar mencoba menenangkan pikirannya.

"Aku tahu" Jawabnya ringan seraya berjalan mendekati dinding formasi. Terlihat dinding formasi transparan didepannya.

Ia berjalan dengan gontai dan hampir saja terjatuh jika bukan karena Bai Jun menahannya. Bai Jun menatapnya sedih, lalu berkata: "Yang mulia, haruskah Anda keluar dari sini. Jika benar-benar keluar, takutnya nyawa anda dapat dipastikan terancam"

"Tidak masalah" Asalkan Ia bisa menebus kesalahannya terhadap sang Ayah dengan menyelamatkan Dunia yang begitu disayangi Kaisar, itu tidak masalah.

Nyawanya adalah kecil. Mungkin saja tidak masuk di mata Tuhan pencipta, pikirnya. Kemudian Ia menatap dinding transparan didepannya, lalu Ia sentuh.

Begitu kuat dan tebal. Bagaimana Xing Shi harus menerobosnya? rasanya ini cukup mustahil dan hanya mimpi di siang bolong agar bisa keluar dari tempat ini.

Alisnya berkerut, kemudian menatap Bai Jun yang juga sedang kebingungan untuk mencari jalan keluar dari tempat yang disegel ini.

Bai Jun yang sedang mengelus-elus dagunya pun melihat balik Xing Shi dan menggelengkan kepalanya.

"Benarkah tidak ada cara?" Tanya Xing Shi.

"Yang mulia, dinding formasi penyegelan ini dibuat khusus oleh Kaisar sebelum pergi perang. Dan tentu sangat sulit untuk menerobosnya.."

"Tapi...kita dapat mencari dinding formasi yang memiliki energi spiritual yang lemah untuk membuat retakan agar kita bisa keluar" Jawabnya menjelaskan.

"Kalau begitu apalagi. Mari cari!"

"Yang mulia tunggu-! Saya belum selesai menjelaskan..memang caranya terdengar mudah. Namun ini formasi buatan Kaisar, tentu sangat sulit untuk menemukannya"

"Berapa kemungkinannya?"

"Dua banding seratus"

Xing Shi mengangguk puas. Asalkan masih ada harapan walaupun hanya kecil, sekecil butiran pasir bukan masalah besar untuknya.

Bai Jun yang melihat Xing Shi sedikit bersemangat hanya bisa mendesah tidak berdaya. Alhasil, Ia juga membantu mencari titik lemah dari formasi penyegelan.

Butuh waktu berjam-jam untuk berhasil menemukannya. Di saat itu pula badai, retakan ruang, serta lainnya menjadi lebih besar dan berkali-kali lipat lebih berbahaya dari sebelumnya.

"Yang mulia, bencana ini jauh berbeda dari sebelumnya..." Ucapnya sambil menyipitkan matanya. Bai Jun bisa melihat, petir-petir mulai mengecil namun warnanya yang tadinya hanya biru menjadi ungu. Yang artinya kadar kekuatannya lebih besar dan lebih mengerikan.

Xing Shi mengangguk sambil menghela napas resah. Ia bisa membayangkan apa yang akan terjadi bila ada makhluk hidup yang terkena sambaran petir. Dapat dipastikan makhluk itu akan berubah menjadi debu dalam waktu satu detik bila berada di bawah ranah dewa tertentu.

"Baiklah, titik ini merupakan yang terlemah daripada bagian yang lain." Ucap Xing Shi mulai serius.

Lalu keduanya menyerang satu titik tersebut dengan teknik yang cukup kuat bagi mereka.

"Cahaya Suci tahap ke-4, pedang cahaya!" Seketika pedang ukuran 40 meter muncul di atas Xing Shi. Pedang tersebut mengeluarkan warna emas yang begitu mendominasi dan agung, lalu Ia mengibaskan tangannya dan seakan memiliki jiwa, pedang tersebut mulai bergerak cepat ke arah dinding formasi.

Tidak ingin mengambil banyak kesempatan, Bai Jun juga mengerahkan kekuatan andalannya.

"Cakar Harimau kuno, Sayatan kegelapan!"

Lima garis berupa sayatan keluar dari tangan Bai Jun. Ukurannya hampir mencapai pedang cahaya milik Xing Shi dengan warna hitam yang menjadi ciri khasnya.

BOOMMM..!!!

KRAK!

Serangan tersebut berhasil terkena dinding formasi, hanya saja...

"Dibilang lemah dari yang lain namun tetap saja cukup keras dan lihat! Hanya sedikit terlihat retakan?!" Cibir Xing Shi kesal.

Bagaimana tidak? serangan yang cukup untuk membumi hanguskan sebuah kerajaan di Dunia Fana hanya terlihat sedikit kerusakan pada dinding formasi, dan retakannya hanya berukuran 3 cm, 3 cm!!!

Bai Jun hanya tersenyum kecut. Ia sudah menduga akan seperti ini. Bagaimanapun juga ini adalah buatan Kaisar. Mahakarya Kaisar! tentu bukan mainan....jelas juga bukan sesuatu yang bisa dianggap enteng oleh Kultivator seukuran mereka.

Nama Kaisar juga bukan hanya embel-embel, itu adalah julukannya yang diberi oleh para suku dewata, bukan omong kosong!

"Yang mulia, ini akan berlangsung agak lama... Apakah tidak apa?" Tanya Bai Jun berjalan mendekati Xing Shi.

"Yah...Ya......Asalkan bisa keluar tidak apa" Jawabnya sembari menggidikkan bahunya acuh.

Mereka lalu kembali menyerang formasi penyegelan hingga ratusan kali dengan berbagai teknik.

25 menit kemudian....

Sesaat Xing Shi kembali akan menyerang, Ia sedikit mengerutkan keningnya. Samar-samar Ia bisa merasakan aura familiar yang mendekat.

"Apa kau merasakannya?"

"Hm-? Ya Saya juga merasakannya" Jawab Bai Jun mengangkat salah satu alisnya.

Tiba-tiba di depan mereka muncul kabut hitam dengan ratusan titik seperti bintang. Detik berikutnya kabut mulai menipis yang menampilkan pria muda dengan wajah sangat tampan.

Pria tersebut memiliki warna rambut hitam dengan pupil mata selaras. Ia begitu dingin dan dingin, berbeda dengan Bai Jun yang memiliki warna abu-abu pada rambut dan matanya. Bai Jun terlihat ramah dan berwibawa sedangkan pria tersebut dingin dan seperti bintang yang tidak dapat dijangkau oleh orang biasa.

"Long Wanshang?" Kata Xing Shi sedikit tertegun karena sudah lama tidak melihat pria didepannya setelah awal mula perang terjadi.

Sorot matanya yang tajam menatap Xing Shi dengan erat. "Xing Shi, Yang mulia Kaisar pernah memberi titahnya bahwa kau tidak diperbolehkan keluar dari sini dan sekarang, Apa yang kau dan Bai Jun lakukan..?" Ucapnya datar, namun memiliki kekhawatiran tersendiri saat melihat Mata Xing Shi yang sembab ditambah juga wajah cantiknya agak pucat.

Ia mencoba menetralisir kan hasratnya untuk tidak memeluk Xing Shi. Tangannya yang ada di belakang punggungnya terlihat terkepal dan sedikit bergetar. Ia merasa bersalah karena datang terlambat disaat Kaisar berada di keadaan genting.

"Kami..Kami hanya ingin keluar-!" Ujar Xing Shi.

"Tidak. Kau tidak bisa keluar, disini adalah tempat paling aman untukmu. Jika kau keluar, nyawamu akan terancam!" Ucap Long Wanshang sedikit menggertak.

Xing Shi mengeraskan rahangnya hingga kedua daerah giginya bergesekan. Perempuan itu lalu menatap Long Wanshang dengan tajam, "Jika Aku tidak keluar.. Apakah Aku harus menunggu dunia ini dihancurkan oleh inti dunia dewa itu!!"

"Lalu apa? Apakah Kau bisa mengatasinya?! Kau tahu, kau hanya sedang mengantarkan nyawamu ke arah maut!!!" Balas Long Wanshang tidak kalah sengitnya.

"AKU TIDAK PEDULI!" Teriaknya kesal. Tanpa sadar, Xing Shi telah berada satu jengkal lagi dari Long Wanshang. Mereka berdua terlihat saling menatap dengan tajam.

"Kau tidak peduli..Tapi AKU PEDULI!!" Balas Long Wanshang meninggikan suaranya di akhir kalimat.

Xing Shi menggigit bibir bawahnya, lalu Ia lepaskan kembali, "Ini adalah nyawaku, kenapa kau yang repot. Nyawaku hanyalah kecil, untuk apa kau pedulikan!" Ketus Xing Shi lalu Ia berjalan melewati Long Wanshang untuk menyerang dinding formasi lagi.

Bai Jun yang melihat perdebatan keduanya hanya bisa mundur selangkah demi selangkah. Ia hanya tidak ingin disalahkan atau ikut tercampur oleh perdebatan Nona dan temannya.

Sungguh, kalau bisa Ia ingin lari dan biarkan keduanya menyelesaikan urusan.

Long Wanshang yang mendengar ucapan Xing Shi tersentak kaget. Ia menatap punggung Xing Shi dengan tatapan yang sulit diartikan. Kemudian Ia menghilang dari pandangan, dan muncul lagi didepan Xing Shi.

Xing Shi yang melihat jubah Hitam dengan pola emas didepannya merasa agak kesal. Orang ini, apa yang diinginkannya? Tidak cukupkah membuatnya emosi?

Long Wanshang tidak peduli dengan Xing Shi yang terlihat menggerutu, kali ini Ia tidak menatapnya dengan dingin. Terlihat cukup kehangatan Ia pancarkan dari dua pupil hitamnya.

Xing Shi terkejut bukan main, Long Wanshang...

Long Wanshang memeluknya?!!

...__________________...

...🍁[Bersambung....]🍁...

...…………………………………………...

...Readers~ Jangan lupa like dan komennya, it's easy guys~...

...See U~...

...-Marionatte Rose-...

3. Dosa Xing Shi Dan Kesengsaraan Hati

Saat melihat Xing Shi berjalan memunggunginya, Long Wanshang merasakan hatinya seperti tergelitik oleh bulu halus.

Dan pada akhirnya saat melihat sorot mata tegas Xing Shi yang sebenarnya terluka, tanpa sadar Long Wanshang mendekapnya.

Xing Shi terkejut bukan main, "Apa.. Apa yang sedang kau lakukan?!" Ucapnya seraya meronta-ronta agar bisa terlepas dari pelukan pria tersebut. Wajahnya memerah malu tapi Ia berusaha untuk tetap tenang.

Bai Jun yang melihat Long Wanshang mendekap nonanya segera berdehehem dan memalingkan wajahnya kearah lain. Ia bersiul dengan penuh senandung ringan.

Tak menghiraukan tindakan aneh Bai Jun, Long Wanshang segera bertanya: "Xing Shi, apakah pilihanmu tidak bisa dirubah? Kenapa tidak biarkan mereka yang menyelesaikan?" Tanya pria itu seketika mempererat pelukannya. Ia bisa menebak apa yang sedang direncanakan Xing Shi, begitu berbahaya Ia tidak bisa membiarkannya.

"Tidak. Aku tidak bisa....Dan juga, mereka tidak akan dapat berhasil" Jawabnya setelah berhenti untuk meronta-ronta didalam dekapan Long Wanshang.

Mendengar jawaban Xing Shi yang berkata tanpa banyak berpikir, Long Wanshang segera melepaskan tangannya dari punggung perempuan itu. Wajahnya menjadi kusam.

Ada perasaan sedih dihatinya. Ia tidak berharap bahwa Xing Shi begitu keras kepala. Ia tahu Xing Shi kuat, hanya saja.... Apakah bisa? Dia sendiri tidak yakin jika Xing Shi mampu.

Ia menatap erat iris coklat Xing Shi, "Kenapa?"

"Kau bertanya kenapa? Alasanku hanya simpel. Menebus dosa.." Jawabnya dengan tenang namun wajahnya terasa panas.

"Dosa? Apa yang kau maksud?"

Mendengus dingin, lalu Ia menjawab dengan nada bergetar, "Dosa karena telah salah paham terhadap Ayah, dosa karena tidak membantu Ayah, dosa karena tidak bisa berbuat apa-apa disaat para saudara berperang, dosa karena tidak bisa menyelamatkan Ayah, dosa karena membiarkan banyak orang-orang tiada, dan dosa menjadi pengecut yang hanya bisa bersembunyi di balik istana di saat kaum dan keluargaku sedang mempertaruhkan nyawanya.." Jawab Xing Shi yang merasa seperti diguyur air panas. Padahal Ia sudah berusaha keras agar tidak menangis, tapi tetap saja Tubuhnya sulit untuk diajak kompromi.

Bulir-bulir air mengalir pelan dari matanya lalu Ia usap dan berkata lagi, "Apakah sudah jelas? Yang Aku lakukan memang tidak bisa merubah apa yang telah terjadi. Setidaknya... dengan 'cara itu' Aku bisa merasa lega.."

Jika harus jujur, di lubuk hatinya yang terdalam, terdapat keinginan untuk membalaskan dendam kematian ayah dan saudara-saudarinya. Hanya saja... Ia belum bisa, rasanya seperti terbelenggu oleh sesuatu.

Ia merasa menebus dosa jauh lebih penting ketimbang memenuhi keinginan balas dendamnya.

Long Wanshang termenung untuk beberapa saat. Ia mendesah pelan lalu menatap Xing Shi yang masih mengusap-usap air matanya. Matanya menatap sedih untuk perempuan cantik itu.

"Apakah bagimu itu adalah dosa?" Tanyanya lagi hanya untuk memastikan.

Balik menatap mata Long Wanshang, Ia mengangguk lemah "Ya...Dosa" Jawabnya pelan.

Menghela napas berat, Long Wanshang agak frustrasi tapi yah...Sudahlah, biarkan Ia juga ikut menanggung dosanya. Bagaimanapun juga jika diperhatikan lagi, Ia juga berdosa. Dan dosa ini sayangnya jauh lebih besar ketimbang Xing Shi.

Kaisar, Maafkan Saya karena melanggar janji.

"Bai Jun! kemari, Ayo kita keluar!" Ajak Long Wanshang dengan suara beratnya kepada Bai Jun yang berada cukup jauh dari mereka.

Mendengar Long Wanshang, mata sembab Xing Shi berbinar. Lalu Ia berbalik menatap Bai Jun agar lebih cepat berjalannya.

"Hm-? Keluar? tapi...kami masih belum berhasil membobol dinding formasi" Ujarnya bingung sambil berjalan mendekati mereka.

"Itu benar" Xing Shi juga baru sadar.

"Lalu, kenapa Aku bisa ada disini?" Tanya Long Wanshang memutar pupil nya malas.

Bai Jun sedikit terperanjat. Itu dia! kenapa dia lupa?! Pria serba abu-abu itu seketika segera berjalan dengan cepat.

"Apa kau memilikinya?" Tanyanya.

Long Wanshang hanya mengangguk-angguk sebagai timbal balik. Lalu Ia mengeluarkan sebuah giok biru berbentuk lotus.

"Bag-Bagaimana kau bisa memilikinya?" Tanya Xing Shi mengerutkan keningnya aneh.

"Kaisar yang memberinya" Kemudian Ia membiarkan giok lotus itu terbang di udara hingga berada di atas mereka. Segera sinar biru keemasan mencuat dari giok dan menyinari ketiganya hingga tidak terlihat saking silaunya cahaya yang keluar.

WOSHH......

Sapuan angin halus Segera berputar setelah mereka menghilang dari halaman taman. Mereka menghilang seakan tertelan oleh bumi dan keadaan sekitar mulai sunyi seperti sebelumnya tidak pernah terjadi apapun.

.

.

.

Jarak 3 mil dari istana, tiga sosok tiba-tiba muncul dengan cahaya biru. Ya, mereka adalah Xing Shi, Long Wanshang, dan Bai Jun yang tadi berhasil keluar dari istana.

Telerportasi? Hampir mirip hanya saja giok tadi memiliki darah dari sang pembuat formasi sehingga mereka bisa keluar masuk istana dengan bebas.

Lalu jika Xing Shi mencoba telerportasi tanpa giok teratai biru? tentu hasilnya tidak sama. Ia akan terpental atau tidak terjadi apa-apa.

Mendengar penjelasan Long Wanshang, Xing Shi hanya manggut-manggut Ia tahu itu karena Ia dan Bai Jun juga pernah mencobanya tapi tidak berhasil. Jadi, ketika melihat Long Wanshang memiliki giok teratai biru Ia sedikit kaget karena Ia tahu fungsinya.

Bagaimana bisa pria ini memilikinya? Pikir Xing Shi bingung.

Long Wanshang yang bisa tahu apa yang dipikirkan Xing Shi hanya tersenyum tipis. Menggelengkan kepalanya, Xing Shi lalu terbang dengan kecepatan cahaya meninggalkan kedua pria tampan tersebut di tengah badai petir dan ratusan retakan dimensi.

"XING SHI TUNGGU-!"

"YANG MULIA TUNGGU-!"

Teriak keduanya serempak lalu terbang menyusul Xing Shi yang sudah bermil-mil jauhnya.

Menuju tujuan lebih penting daripada memikirkan hal-hal sepele, pikir Xing Shi dengan wajah serius. Xing Shi tidak bisa berlama-lama hanya demi terbang dengan kecepatan mereka. Jadi, Ia melesat seperti cahaya dengan kemampuan tertingginya agar lebih cepat. Sesekali Ia juga akan berbelok agar tidak terkena sambaran petir ataupun retakan ruang yang berbahaya.

Ia akan balik menyerang petir bila hampir tersengat. Xing Shi juga memasangkan pelindung di sekujur tubuhnya agar tidak basah akibat hujan yang bisa terbilang deras itu.

Ia benar-benar khawatir. Ini sudah lebih dari setengah hari bila dihitung dari awal bencana. Inti dunia dewa tidak akan mudah ditaklukkan. Apalagi untuk mereka, ini hanya akan ada kata mustahil!

Tapi, Ia harus berharap bahwa mereka sanggup menahannya untuk beberapa waktu ke depan sebab Ia masih jauh dari tujuan. Dan, semoga mereka tidak mati. Pikirnya yang kemudian mempercepat kecepatan terbangnya dengan tergesa-gesa.

.

.

.

"SEMUANYA, SERANG LAGI BERSAMA-SAMA!!" Teriak seorang pria paruh baya kepada para dewa dan dewi di sana.

"BAIK!!" Jawab para dewa/dewi tersebut. Sedari tadi mereka telah berusaha keras untuk menahan serangan ganas dari inti dunia dewa.

Hampir separuhnya tidak cukup kuat untuk menahan serangan spiritual dari inti dunia dewa dan berakhir tiada dengan cara yang mengenaskan.

Sedangkan yang masih hidup tidak ada bedanya dengan mayat bergerak. Mereka semua yang berjumlah 5000 orang kini ditubuhnya penuh dengan darah.

Baik itu karena luka internal maupun fisik, darah segar selalu mengalir di setiap sudut tubuh mereka. Jika diumpamakan para dewa/dewi adalah seekor harimau yang disiksa secara perlahan oleh naga, dan naganya merupakan inti dunia dewa.

Keagungan dan martabat mereka yang dikenal luas oleh makhluk lainnya kini sungguh hilang karena ketidakberdayaan mereka terhadap inti dunia dewa yang hanya berbentuk kristal sepanjang satu mil.

Inti dunia dewa ini bisa dibilang memiliki rohnya sendiri, sehingga setelah Kaisar tiada benda ini mengamuk karena pada dasarnya hanya Ayah Xing Shi yang mampu mengendalikan inti dunia dewa.

Dan bila itu orang lain? Sangat tidak mungkin, sebelum menyentuhnya mungkin akan langsung menghilang dari dunia saking besarnya energi spiritual yang dimiliki inti dunia dewa.

Para suku dewa atau dewa/dewi tersebut benar-benar memiliki keadaan yang sangat parah. Mereka sangat ingin angkat tangan untuk inti dunia dewa yang mengamuk ini, karena mereka sudah tidak sanggup lagi.

SRINGG!!

"AKHH!"

BOOMMM..!!

Sesosok pria muda yang berpartisipasi dalam kejadian ini diterbangkan dengan mudahnya oleh sulur transparan inti dunia dewa.

Dapat dilihat Ia tampak terkapar di daratan hingga menghancurkan tebing besar yang ada dibelakangnya. Dengan tersengal-sengal, pria ini mencoba bangkit. Ia menopang tangannya di tanah dengan pedang sembari menatap kristal putih itu tajam.

"Ha... ha.. ha.."

"PANGERAN!!" Teriak semua orang yang ada di sana. Wajah mereka jelas melukiskan rasa khawatir. Mereka juga takut bila diterbangkan dengan kasar seperti orang yang dipanggil pangeran tersebut.

Pria paruh baya yang sebelumnya memerintah segera menghampiri sang pangeran. Ia tampak pucat karena tubuh pangeran benar-benar terluka parah tidak lebih baik darinya.

"Pangeran, Apa Anda baik-baik saja?"

Pangeran yang bernama Xing Liang tersebut segera berdiri. Ia mengusap darah yang merembes dari sudut mulutnya dengan sedikit kasar.

Matanya ia pejamkan untuk sesaat lalu Ia balik menatap pria paruh baya yang merupakan sahabat Ayahnya itu.

"Aku tidak apa-apa Paman. Aku baik-baik saja" Jawabnya mencoba untuk tersenyum. Namun tetap saja tubuh tidak dapat membohongi orang, detik berikutnya Ia mengeluarkan seteguk darah segar yang lebih banyak.

"Uhk..Urk.."

"Pangeran!" Gelisah nya seraya menepuk punggung Xing Liang.

Dewa/dewi yang melihat betapa parahnya luka yang diderita sang pangeran seketika merasa bahwa ini adalah akhir hidup mereka. Perasaan putus asa menjalar disetiap hati orang-orang. Mereka telah bertarung dengan inti dunia dewa selama setengah hari, dan dalam durasi itu juga mereka kehilangan banyak orang.

"Apakah ini adalah akhir riwayat kita" Ujar salah seorang dewa seraya menatap langit gelap yang masih bergemuruh.

"Mungkin..Memangnya kita masih memiliki harapan..?" Sahut yang lain sembari mengusap matanya yang sedikit berlinang air mata.

"Setelah Kaisar tiada, apalah arti dari dunia dewa..." Balas yang lainnya.

"Haha... Apakah ini hanya mimpi?" Ujar yang lain juga menangis seraya menatap langit dengan sangat pilu.

"Kita tidak bisa menang melawan inti dunia dewa. Saudara kita saja banyak yang tiada apalagi kita" Ucap yang lain tersenyum kecut dengan tampang sedih.

Seketika ribuan orang itu murung. Ditambah dengan derasnya suara hujan menambah kesan menyedihkan yang mereka alami.

...____________________...

...🍁[Bersambung..]🍁...

...………………………………………………...

...Readers~ Jangan lupa like dan komennya, it's easy guys~...

...See U~...

...-Marionatte Rose-...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!