Marry Me, Please

Marry Me, Please

In Work

Seorang pria tampan sekaligus Dokter kebanggan sebuah rumah sakit besar yang sudah terkenal dengan kemampuannya dalam mengobati pasien dan juga ketenarannya yang sudah melebar luas hingga ke telinga para gadis dari anak konglomerat dan tak sedikit yang mengagumi Dokter muda nan tampan itu.

Hari ini seperti biasa, Dokter tampan itu selalu memiliki kesibukan hingga tak ada waktu hanya untuk sekedar bertegur sapa atau bosa-basi tidak penting. Bahkan menyapa pun dia benar-benar hampir tidak pernah bisa melakukannya.

Namanya adalah Kevin Stevano. Anak tunggal dari pernikahan orang tuanya, tapi dia juga menjadi anak kedua Ayahnya setelah beberapa jam Ibunya meninggal dunia.

" Dok, anda sudah ada jadwal operasi tiga puluh menit lagi. "

" Baiklah. "

Beginilah hidupnya. Dia hampir tidak pernah memiliki waktu untuk bersantai-santai. Dan yang membuat Dokter tampan ini belum juga menikah tentu saja adalah kesibukannya yang tiada batas. Di usia ketiga puluh tahun dia sudah banyak menjalin hubungan dengan banyak wanita, tapi tak ada satupun dari mereka yang membuatnya ingin lebih lama menghabiskan waktu bersama terkecuali kekasih barunya yang bernama Renata. Gadis itu lumayan bagi Kevin. Kenapa? karena dia tidak manja apalagi merengek seperti gadis-gadis yang sebelumnya. Karena Kevin paling tidak mentolelir seseorang gadis yang selalu mengeluhkan dirinya tidak memiliki waktu untuk berkencan seperti kebanyakan pasangan lainya.

***

" Kakak, bawa aku bersama mu. Please.... "

Rengek seorang gadis kecil bernama Berly kepada kakaknya yang bernama Sherin. Sherin juga adalah seorang dokter bedah yang memiliki kemampuan di usianya yang terbilang muda. Beberapa bulan lalu, gadis itu genap berusia dua puluh enam tahun.

" Bagaimana aku bisa membawamu? orang-orang akan mengira kau anakku. Aku akan kesulitan mencari jodoh nantinya. " Tolak Sherin.

" Kakak, aku ini sangat malang sekali loh nasibnya. Ibu dan Ayah bercerai lalu Ibu sudah menikah lagi dan suami baru Ibu tidak mau mengurusku. " Rengek Berly sembari menarik-narik ujung baju Sherin.

Sherin menghembuskan nafas kasarnya.

" Kenapa Ibumu suka sekali menikah? " kesal Sherin.

Berly yang tadinya terlihat memelas kini menatap Sherin sebal.

" Jangan lupa kalau dia Ibumu juga! "

Sherin terperangah tak percaya yang jelas-jelas itu adalah kepura-puraan.

" Benarkah? ya ampun... aku baru tahu kalau dia adalah Ibu ku juga. "

Berly menjebikan bibirnya kesal. Dia sebenarnya ingin memaki kakak bodohnya itu. Tapi saat ini dia sedang membutuhkan seseorang untuk merawatnya dan memberi makan. Jadilah dia hanya bisa menahan segala makian yang terasa memuncak di ujung bibirnya.

" Kakak,... apa kau ingin melihat gadis cantik sepertiku tinggal dijalan? apa kau tidak merasa rugi adikmu menjadi gembel? sutradara film saja pasti akan menangis kalau melihat ku jadi gembel. "

Sherin hanya bisa menggeleng heran dengan mulut pedas Berly yang tiba-tiba begitu manis. Sebenarnya dia begitu marah dan kecewa kepada Ibunya yang benar-benar tidak bertanggung jawab. Dia se enaknya saja mengantar Berly ke apartemennya dan pergi sebelum dia membuka pintu. Terkadang Sherin sampai merasa ragu jika wanita paruh baya itu adalah seorang Ibu dari dua putri.

" Dengan berat hati aku akan mengizinkan mu tinggal. " Ucap Sherin dengan wajah malasnya.

Cih! sombong sekali kau kakak jelek! untung saja kau kakak ku. Kalau bukan, aku pasti sudah mengutuk mu menjadi babi.

Setelah perdebatan tak berarti itu, Sherin akhirnya memutuskan untuk segera berangkat ke rumah sakit meski ini masih terlalu pagi. Sesuai dengan jadwal, ini adalah hari terakhir Sherin bekerja di Rumah sakit itu karena mulai minggu depan, dia akan dipindahkan tugas ke Rumah sakit pusat.

Sherin tersenyum menikmati sinar matahari dari kota yang sudah empat tahun dia tinggali. Dia tidak menyangka jika karirnya akan begitu mulus setelah drama pahit di dalam hidupnya.

Hei, sun. Aku Sherin Farinda. Besok aku akan pindah ke pusat kota untuk menjalankan tugas ku sebagai Dokter disana. Buatlah aku bahagia dengan sinar matahari mu yang selalu akan menyinari ku di manapun aku berada.

Mungkin hariku akan berbeda setiap hari seperti sebelumnya. Tapi aku berharap, bahagia ku selalu ada di setiap hariku.

Begitulah Sherin. Dia adalah gadis polos yang sama sekali tidak memiliki waktu untuk berkencan. Sebenarnya dia merasa iri dengan kebanyakan teman seprofesi nya yang sering mengeluh kan kekasih mereka. Mulai dari rasa sebal karena pertengkaran kecil, saling cemburu, berkencan dan menonton film, apalagi saat mereka menceritakan hal-hal intim seperti berciuman dan melakukan hubungan badan. Tentu saja cerita itu membuatnya panas dingin dan begitu penasaran akan rasanya pacaran. Tapi mau bagaimana lagi? biaya hidup jaman sekarang sungguh sulit di minimalisir, membuatnya mau tak mau harus bekerja keras untuk menghidupi dirinya sekarang dan esok saat tua. Maklum saja, karena tak kunjung mendapatkan pasangan, lama-lama ia menjadi rendah diri dan mengantisipasi seandainya dia tidak menikah sampai tua nanti, setidaknya dia sudah memiliki tabungan yang cukup.

Sesampainya dirumah sakit, Sherin langsung menemui pimpinan untuk mengambil surat keterangan pindah tugas. Sebelum keluar dari ruangan pimpinan dia sedikit berbosa-basi seperti biasanya. Menanyakan kabar ataupun kegiatan hari ini.

Sherin menghela nafas dengan bibir yang tersenyum. Sebenarnya dia memiliki luka hati yang cukup dalam. Tapi yang membuatnya sadar adalah kenyataan yang selalu tak sesuai dengan harapan yang selalu indah di pikirannya. Perlahan gadis itu bangkit dan mulai fokus untuk belajar agar mendapat beasiswa dan menempuh pendidikan hingga S1 tanpa bantuan dari orang tuanya yang sudah lama bercerai. Dia memutuskan untuk hidup mandiri sejak usia delapan belas tahun dengan nekat tanpa persiapan apapun. Dan siapa yang bisa menebak kalau tindakan nekat itu membawanya kedalam ke suksessan.

Sherin masuk kedalam ruangannya. Memang masih berat rasanya meninggalkan ladang uang yang selama ini menopang hidupnya. Tali kepergiannya ke Rumah sakit pusat adalah sebuah prestasi baginya, karena itu berarti, kemampuannya sudah di akui oleh Rumah sakit besar itu.

Tiga puluh menit kemudian, beberapa pasien yang sudah mengantri untuk berkonsultasi sudah mulai berdatangan dan membuatnya sibuk seperti biasanya. Apalagi beberapa jam setelah itu dia sudah memiliki jadwal operasi yang padat.

Pukul dua puluh satu malam. Sherin sudah bersiap untuk pulang. Dia meraih ponselnya untuk menanyakan perihal adik tirinya yang tadi ia titipkan kepada tetangga apartemennya. Dia langsung menghubungi wanita paruh baya yang adalah tetangganya, setelah memastikan gadis bermulut ketus itu baik-baik saja, dia bisa bernafas lega dan bisa pulang dengan santai dan tenang seperti biasanya.

" Tidak tahu bagaimana memperlakukan gadis kecil yang seperti preman itu. Dari dia lahir aku jarang sekali bertemu dengannya. Dan tiba-tiba aku harus merawatnya? oh ya ampun! Ibu ku pasti terlalu banyak menguyah kemenyan dan membuat otaknya koyak. "

TBC

Terpopuler

Comments

Windarti08

Windarti08

anak tunggal kedua orang tuanya, dan anak kedua ayahnya setelah ibunya meninggal dunia, maksudnya?🤔🤔🤔

2023-02-19

2

hope

hope

otor ini orang mna,,, pakek bahasa koyak LG ,,, kek orang Medan aj

2022-12-25

0

delissaa

delissaa

like fav 😍

2021-11-11

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!