Sepulang dari rumah sakit, Sherin langsung menuju rumah meski sengaja dia memperlambat langkah kakinya untuk menikmati suasana malam di kota yang akan segera ia tinggalkan itu. Tak banyak yang harus dikemas, karena Sherin tidak memiliki banyak barang-barang seperti wanita pada umumnya. Bukanya tidak mampu untuk membeli, tapi dia lebih tertarik untuk menimpuk uangnya agar bisa hidup layak saat tua nanti. Dia juga menjadi Vegetarian karena ingin lebih menghemat uangnya. Maklum saja, perceraian kedua orang tuanya benar-benar membuatnya selalu memikirkan masa tuanya yang tidak boleh di abaikan. Dia juga tidak mau seperti Ibunya yang bergonta-ganti pasangan hanya untuk di hidupi oleh pria.
Setelah selesai berkemas, dia langsung merebahkan tubuhnya menatap langit-langit. Entah bagaimana dia akan merawat adik tirinya nanti. Memikirkan membuat Sherin menjadi sakit kepala. Mau tidak mau, dia harus memikirkan biaya sekolah dan hidup gadis kecil itu.
Ibu, kenapa begini? padahal aku sudah menarik diri dari Ibu dan Ayah. Aku tidak pernah meminta uang kan? kenapa Ibu memberiku beban dengan menitipkan putrimu padaku? bu, aku benar-benar tidak mau menjadi seperti dirimu.
Perlahan-lahan Sherin mulai memejamkan mata untuk merangkak ke alam mimpi.
" Kakak! "
Sherin terbangun dengan mata yang langsung membulat sempurna karena suara lantang Berly dan tubuhnya yang digoyangkan dengan kuat.
" Apa?! "
Sherin memegangi dadanya yang terasa begitu bergemuruh karena cara Berly membangunkannya sangat kasar. Apalagi Sherin selalu hidup sendiri dan jarang kedatangan tamu, tentu saja dia sangat kaget. Untung saja dia langsung mendapati akal sehatnya, kalau tidak dia pasti sudah menepak kepala Berly.
" Apa kau tidak bisa lebih lembut saat membangunkan ku? kau hampir membuat jantungku berlari meninggalkan tubuhku! "
Sherin menepuk-nepuk dadanya yang masih berdebar kencang.
Berly menatap sebal kakaknya itu. Dia sudah membangun kan Sherin dengan lembut untuk merebut hati Kakaknya, tapi dia malah tak bergeming, mulutnya juga sangat berisik saat tidur. Mau tidak mau dia menggunakan suara ekstra keras dan menggoyang-goyangkan dengan kuat tubuh kakaknya.
" Suara dengkuran kakak lebih keras loh dari suara ku memanggil kakak tadi. "
Berly kembali bertingkah sok imut. Sebenarnya dia amatlah kesal kalau harus berpura-pura manis seperti ini. Tapi, dia juga menyadari jika kakak nya pasti keberatan merawatnya. Jika tidak dengan kakaknya, lalu dengan siapa lagi? Ayah kandungnya sudah menikah dan tidak bisa mengurusnya. Lalu Ibunya juga sudah menikah kembali. Dia tidak memiliki siapapun sekarang ini selain Sherin. Kakak yang hanya sekali ia temui saat baru dilahirkan.
" Jangan omong kosong! mana mungkin aku mendengkur?! " Protes Sherin yang tak terima jika dia dikatai mendengkur oleh Berly.
" Baiklah, lain kali akan aku rekam kan. " Berly tersenyum.
Sherin menghela nafas lalu mengusap wajahnya. Sebenarnya penting juga untuk segera bangun, karena dia juga harus mempersiapkan barang-barang Berly lalu memesan taksi online untuk mengantarnya ke ibu kota. Tempat dimana rumah sakit pusat menunggunya.
" Baiklah, ayo kita bereskan barang-barang mu sembari menunggu sarapan. " Sherin bangkit menuju kamar Berly untuk mengemas baju Berly.
" Dimana baju mu? " Tanya Sherin kepada Berly yang masih berdiri mematung di belakangnya. Tak menjawab, Berly justru langsung membuka lemari dan mengeluarkan sebuah tas kecil berwarna coklat.
" Tidak perlu di kemas, kakak. Aku belum mengeluarkan bajuku. "
Sherin mengeryit bingung. Karena tas yang Berly pegang hanyalah sebuah tas yang berukuran sedang. Mungkin saja hanya empat atau lima setel baju saja yang tertampung disana.
" Hanya itu barang yang kau punya? "
Berly mengangguk.
" Ibu hanya memberikan empat baju ganti di dalam sini. "
Sherin benar-benar tak percaya dengan apa yang dia dengar. Dia masih tidak bisa mempercayai Ibunya yang seolah sedang membuang anaknya terang-terangan. Bahkan dia yang bukan seorang Ibu merasa tidak tega melihatnya.
" Ibu mu memberi uang? "
Berly menggeleng. Sherin lagi-lagi memukul dadanya sedikit lebih kuat. Dia benar-benar tidak habis pikir dengan cara berpikir Ayah dan Ibunya Berly. Memanglah, Ibunya Berly juga adalah Ibunya. Tapi kenapa selaku terulang hal yang seperti ini? menikah dengan tujuan ingin dibiayai hidupnya. Tapi setelah tidak nyaman dengan mudahnya meminta cerai tanpa perduli apa pun tentang anaknya. Sebenarnya bukan hanya Sherin dan Berly korban dari ke egoisan Ibunya. Sebelum menikah dengan Ayah kandungnya Sherin, Ibu juga sudah memiliki anak degan mantan suaminya. Tapi karena perceraian yang tidak jelas apa maksudnya, lalu menjadi berkepanjangan dengan segala drama di dalamnya, anak mereka menjadi korban. Untunglah ada seorang tetangga yang mau merawatnya dan sekarang sudah menjadi anggota keluarganya. Sherin dan kakaknya Memnag jarang berkomunikasi, tapi setidaknya hubungan mereka ada di batas baik-baik saja.
" Baiklah, berikan tas itu padaku. Aku akan memasukkannya ke koper ku. Setelah sampai di ibu kota, baru nanti kita beli baju untukmu. "
Berly mengangguk dan menyerahkan tasnya. Dia tak mengatakan apapun dan hanya diam sembari menatap nanar punggung kakaknya yang menjauh dan meninggalkannya sendiri di kamar.
Terimakasih, kakak. Saat dewasa nanti, aku akan membalas kebaikan yang sudah kakak berikan kepadaku. Aku janji.
Beberapa jam telah berlalu.
Sherin dan Berly sudah sampai ke sebuah apartemen yang ia pesan melalui online. Apartemen yang bisa dibilang mewah dan memiliki fasilitas lengkap dengan pelayanan yang baik.
Tak membutuhkan bantuan, Sherin membawa barang-barangnya sendiri bersama Berly. Bukan tidak mau membuang uang, hanya saja barang yang mereka bawa hanyalah baju dan beberapa sepatu dan tas milik Sherin. Semua itu bisa Sherin kemas hanya dengan dua koper besar.
Sherin tersenyum lalu bernafas lega karena akhirnya sudah sampai di pintu unit miliknya.
" Ayo Berly. " Ajak Sherin. Gak mendapat jawaban, Sherin memalingkan wajah agar bisa melihat apa yang dilakukan oleh Berly.
Sherin terperangah melihat Berly yang bersemu merah pipinya karena entah sejak kapan matanya dan mata anak laki-laki super tampan itu saling bertatapan dan sama-sama tersenyum.
Ya ampun!!!! dua anak ini kenapa menatap penuh cinta?! hei! hei! aku saja belum pernah merasakan ada di posisi kalian. Bagaimana mungkin anak ingusan seperti kalian saling jatuh cinta?!
Merasa tak terima dengan apa yang dia lihat, Sherin langsung berdehem agar dua cecunguk itu berhenti saling melempar senyum malu-malu itu. Bukanya berhenti menatap, Berly justru berlari menghampiri anak laki-laki tampan itu.
" Hai "
Anak laki-laki itu tersenyum sebelum menjawab salam dari Berly.
" Hai juga. "
" Kau tinggal disini? " Tanya Berly sembari menunjuk pintu unit yang ada di dekat anak laki-laki itu.
" Iya. Kau tinggal disana? " Tanya anak laki-aki itu. Berly mengangguk.
" Kami baru pindah. "
" Oh, begitu ya. " Berly kembali mengangguk.
" Siapa namamu? " Tanya Berly lalu mengulurkan tangannya.
" Namaku Nathan. " Nathan menerima uluran tangan Berly lalu tersenyum.
" Aku Berly. Senang berkenalan dengan mu. Mulai saat ini kita berteman ya? dan siapa tahu kita akan menikah saat dewasa. "
Sherin menutup bibirnya dengan telapak tangan. Sungguh dia begitu iri dengan rasa tidak tahu malu yang Berly miliki. Kalau saja dia seperti Berly, pasti dia sudah memiliki kekasih saat ini.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
novivia
kasian ya si beryl
2021-10-03
0
Eka ELissa
ini sherin tetangga nya vanya ibu nya nathan kn thor....
bner egk..aku kyak fmiliar gtu...
maaf 🙏🙏🙏lok aku slh ya thor....🙏🙏🙏😁
nex...😘😘😘
2021-09-27
0
Anak Sultan
next
2021-09-10
0