Sherin menelan salivanya saat manik matanya menatap wajah pria yang sedari tadi menjadi bahan pergunjingan nya. Rasanya lidah yang sedari tadi begitu lihai bergumam menjadi kelu dan hilang energi. Baru hari pertama bekerja sudah akan mendapatkan musuh. Apalagi saat pria itu tersenyum seperti anjing bodoh, membuat tubuh Sherin menjadi gemetar. Ingin sekali dia lari dan meninggalkan Dokter tampan yang katanya sangat PERFECTTO itu. Tapi masalahnya tidak semuda itu kan? karena mau tidak mau dia akan bertemu lagi dengan Dokter itu. Sherin mencoba menundukkan pandangan agar tak begitu gerogi. Maklum saja, tanpa dia sadari dia terus menatap manik mata berwarna coklat milik Dokter itu.
" Selamat siang? anda Dokter Sherin yang baru di pindahkan itu? "
Sherin perlahan-lahan memaksakan senyumnya lalu menjawab pertanyaannya.
" I Iya. Salam kenal, semoga kita akan menjadi rekan yang kompak. " Sherin menundukkan kepalanya untuk memberi hormat tapi Kevin hanya menanggapinya dengan senyum miring yang tidak tahu apa maksud hatinya.
" Rekan? " Kevin tersenyum lalu meninggalkan Sherin disana. Sherin tentu saja terperangah tidak percaya. Bukan karena senyum manis dari Kevin, tapi sebelum pergi dia menyentuh bahu Sherin lalu menepuknya beberapa kali.
Sherin menepuk dadanya agar jantungnya berdetak normal seperti biasa. Entah karena takut atau merasa was-was karena ketahuan sedang menggunjingnya. Tidak mau seperti orang bodoh, Sherin bersiap untuk melajukan langkahnya menuju ruang kerjanya. Tapi langkahnya terhenti saat tak sengaja melihat beberapa perawat melirik kesal ke arahnya. Sherin mengeryit bingung dibuatnya. Dia mencoba untuk melemparkan senyum tapi dibalas dengan tatapan sinis. Sherin yang tambah kebingungan kini hanya bisa melanjutkan langkahnya sembari menebak-nebak apa yang terjadi dengan perawat tadi.
Sherin menghempaskan tubuhnya dengan posisi duduk di kursi kerjanya. Bingung memang dengan yang terjadi hari ini. Mulai dari mata indahnya yang melihat kesialan, kemudian menggunjing orang tapi diketahui secara langsung, ditambah tatapan sinis yang belum pernah ia lihat sebelumnya.
" Tadi perawat itu kenapa ya? matanya sakit atau bagaimana sih? kenapa juga dia melotot saat aku tersenyum? " Tanya Sherin kepada dirinya sendiri.
***
Waktu bekerja sudah habis. Sherin kini tengah berjalan menuju Lobby rumah sakit dengan perasaan bahagia karena akan segera menemui tetangga barunya. Sherin adalah gadis yang begitu senang memiliki sahabat dan menjalin hubungan dengan baik. Maklum saja, perceraian orang tua yang terjadi saat dia kecil membuatnya kesulitan menyesuaikan diri saat itu. Dan saat dia mulai hidup sendiri, dia berusaha menjadi orang yang baik dan mudah berbaur agar tak kesepian dan memiliki banyak orang yang menyayanginya.
" Babe, kita langsung ke apartemen mu? " Suara inilah yang terdengar di telinga Sherin.
Dan lagi-lagi, pria yang katanya Dokter tertampan dirumah sakit itu tengah memeluk manja kekasihnya. Mereka juga dengan tidak tahu malunya saling mengecup bibir tidak perduli banyaknya orang di sekitar mereka. Sherin yang berada disamping kiri sepasang manusia mesum itu akhirnya menyingkir lalu menjauh beberapa langkah dari sana.
Dasar gila! pulang sana dan lanjutkan dirumah kalian! dasar tidak tahu malu! memang kalian tidak kasihan ya dengan jomblo sepertiku yang bahkan tidak pernah berpegangan tangan dengan pria sekalipun.
Sherin mendengus kesal mengingat bahwa Berly ternyata lebih jago mendapatkan laki-laki dari pada dia. Bahkan ana laki-laki yang dia ajak berkenalan juga sangat tampan. Sherin mengeluarkan ponselnya lalu menyalakan kamera. Dia me oleh ke kanan dan ke kiri memeriksa sudut wajahnya.
padahal aku tidak sejelek itu loh. Kenapa aku tidak laku juga? apa aku harus mengobral diri? apa harus aku pasang plang harga tiga puluh lima ribu, dan seratus tiga begitu? cih! menyebalkan sekali! kenapa juga aku harus repot-tepot memikirkan ini sih?!
Sherin masih saja berkaca melakui kamera ponselnya hingga ia tersentak karena ada satu wajah lagi di kameranya.
" Ya ampun Tuhanku! " Kaget Sherin lalu menoleh ke samping. Tempat dimana pria itu berdiri dan memperlihatkan wajahnya agar masuk ke kameranya.
" Dokter, " Sherin menghentikan ucapannya karena lupa lagi dengan nama Dokter itu.
" Kevin. Namaku Kevin. " Kevin tersenyum menatap Sherin yang terlihat kebingungan.
" Oh iya, Dokter Kevin. Maaf saya permisi dulu. Saya harus segera pulang. Anak saya sudah menunggu dirumah. " Sherin hendak melangkahkan kaki menjauh tapi terhenti saat kerah bagian belakangnya di cengkram oleh Kevin dan membuat Sherin mendadak berhenti dengan leher yang sempat tercekik.
" Uhuk uhuk! "
" Maaf. " Kevin melepaskannya tapi tersenyum dan tak terlihat menyesal sama sekali.
Maaf matamu! dasar sialan!
Sherin tersenyum untuk menghormati Kevin yang memang sangat populer di rumah sakit itu.
" Tidak apa-apa, saya baik-baik saja kok. "
" Benarkah? tadi kau bilang anak? kau sudah punya anak? "
" Iya. Sudah. "
Bukan urusan mu, dasar Dokter gila! kemana lagi kekasih mu? kenapa dia menghilang tanpa jejak?
" Aku membaca data mu loh. " Kevin tersenyum menatap Sherin.
Sherin yang melihat senyum itu justru bergidik ngeri, rasanya seperti ada sosok lain di belakang punggungnya tengah menggerayangi tubuh bagian belakangnya.
Dasar gila!
" Begitu ya? "
Kevin merebut paksa ponsel Sherin yang masih ada di genggamannya. Dia meraih tangan Sherin dan membuat tubuh mereka bertabrakan. Kevin menahan wajah Sherin dan mendekatkan wajahnya dengan wajah Sherin.
Cekrek.
Kevin mengambil photo dengan posisi wajah yang berdekatan. Kevin tersenyum lalu mengembalikan ponsel itu kepada Sherin yang masih melongo bingung. Dia bahkan mengerjapkan mata dan menekannya untuk menyadarkan dirinya.
" Jangan di hapus. Besok aku ingin melihat dengan jelas hasil photo itu. Kalau kau menghapusnya, akan ku pastikan kau membayarnya dengan sangat mahal. " Bisik Kevin di telinga Sherin.
Sherin menelan ludahnya dengan susah payah. Apalagi saat nafas hangat Kevin menyembur ke bagian telinganya, rasanya benar-benar panas hingga membuat wajahnya memerah.
" Babe, " Panggil gadis yang tadi bersama Kevin yang tak lain adalah Renata.
" Iya. " Jawab Kevin lalu menghampiri Renata yang tadi pergi ke parkiran untuk mengambil mobilnya.
Saat Kevin masuk kedalam mobil, Renata sempat menatap kesal ke arah Sherin dan melajukan mobilnya menjauh dari Sherin.
Apa-apaan tadi? kenapa dia menatap ku begitu? memang apa salah ku? melotot sampai sebesar itu, apa tidak takut bola mata mu menggelinding?
Sherin mendengus kesal lalu pergi melangkahkan kaki menuju apartemennya. Seperti biasa, dia kan menghabiskan waktu di perjalanan pulang. Dia akan menghirup segarnya udara malam sembari melihat-lihat keadaan sekitar.
Sherin melangkahkan kaki dengan senyum yang tak luntur dari wajahnya. Dia bahkan bernyanyi-nyanyi lirih untuk mengiringi langkah kaki nya yang selalu semangat.
***
Kevin tersenyum saat tak sengaja melihat Sherin berjalan kaki dengan raut wajah bahagia. Entah apa yang membuatnya begitu tertarik menggoda gadis itu.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
ENDAH_SULIS
uwekkkk dapet bekas kamu serin ...
2022-12-17
0
hobi satwa
othor mksi bgt, up lagi 😍
2021-10-21
0
Dinda Mutia
nextt
2021-09-28
0