Sherin mengembangkan senyu dan membuatnya agar terlihat semanis mungkin. Lama dia berkaca mengatur senyum agar terlihat elegan dan manis. Sebenarnya pengalaman mengajarkannya betapa penting tersenyum dengan manis dan tulus agar orang mudah menerima nya. Setelah beberapa saat sibuk dengan senyumnya, Sherin berjalan dan menyambar mini bag nya sebelum meraih handle pintu dan pergi meninggalkan kamar barunya. Ini adalah hari pertama baginya di tempat kerja yang baru, teman-teman yang baru dan suasana yang sudah pasti baru.
Kini kaki Sherin sudah berpijak di Lobby rumah sakit. Saat dia akan kembali melangkahkan kaki, dia begitu merasa aneh karena tatapan mata kebanyakan orang mengarah kepadanya. Tidak mau begitu percaya diri, Sherin langsung memutar kepalanya kebelakang. Benar saja, seorang pria tampan yang sudah pasti seorang Dokter dilihat dari baju yang ia kenakan. Sherin yang tak mengabiskan waktu percuma, langsung saja melanjutkan langkah kakinya dan memenuhi beberapa prosedur sebelum mulai bertugas.
Tidak membutuhkan waktu yang lama, sekarang dia sudah di antar ke ruangannya. Memang begitu berbeda dari ruangan kerjanya terdahulu. Ruangannya sekarang benar-benar rapih, bersih, wangi dan yang pastinya lebih luas. Sherin memeriksa satu persatu peralatan medisnya. Sungguh dia dibuat terkagum-kagum dengan kelengkapan ruang prakteknya.
Sherin meraih kursi yang akan ia gunakan sebagai meja ke besarannya saat bekerja nanti. Perlahan dia mulai menduduki kursi itu.
" Oh ya ampun! empuk sekali ya kursinya. Kalau saja aku duduk di kursi seperti ini dari dulu, pantat ku pasti tidak akan tipis seperti sekarang ini kan? "
Sherin memutarkan kursinya ke kanan dan ke kiri dengan perasaan bahagia yang tidak bisa ia gambarkan. Dia benar-benar bahagia dan berharap semua rekan kerjanya akan menerimanya dengan baik.
" Ah,... memiliki banyak teman sepertinya benar-benar menyenangkan. "
Sherin kembali bangkit lalu memakai seragam yang sudah ia siapkan didalam bag tenteng yang ia bawa tadi. Dia kembali tersenyum bangga melihat seragam itu. Dia bisa sampai disini benar-benar dengan usahanya sendiri. Kerja paruh waktu, tidak perduli hujan atau panas demi memenuhi kebutuhan pribadinya. Untunglah rasa terpaksa nya membuat ia menjadi pintar dan mendapatkan beasiswa karena tidak ada yang mau membiayai sekolahnya.
Tidak banyak yang bisa ia kerjakan selain membereskan beberapa barang-barangnya. Setelah merasa rapih dan sesuai dengan yang ia inginkan, Sherin melirik jam yang melingkar dipergelangan tangannya.
" Eh? sudah jam satu siang ya? pantas saja perut ku lapar. "
Sherin keluar dari ruangannya untuk mencari kantin rumah sakit. Memang sempat kebingungan, tapi seorang perawat menunjukkan jalan menuju kantin dan akhirnya sampailah Sherin disana. Sherin menghembuskan nafas melihat ramai nya kantin rumah sakit. Terlebih tidak ada tempat yang tersisa untuknya duduk dan menikmati makan siangnya disana.
" Sudahlah, lebih baik aku pergi ke kafe sebelah rumah sakit ini saja. Beli saja makanan yang paling murah. Kalau tidak ada yang murah, ya sudah minum saja air keran sampai kenyang. " Dengan rasa kecewa yang nampak di wajahnya, Sherin melangkahkan kaki menuju Lobby lalu berjalan sedikit lagi untuk sampai di kafe tujuan nya.
Akhirnya Sherin bisa bernafas dengan lega sekarang. Kafe itu benar-benar memiliki begitu banyak tempat kosong rupanya. Sherin memesan satu porsi roti bakar dan segelas jus mangga kesukaannya. Setelah pesanannya datang, Sherin yang sudah merasa dahaga langsung menyedot jusnya dengan rakus hingga tersisa setengah dari tinggi gelasnya.
Dia kembali tersenyum saat merasa berhasil menghilangkan dahaganya. Tak mau membuang waktu, dia langsung menyergap roti bakar itu hingga habis tak tersisa. Entahlah, perasaannya benar-benar bahagia saat ini hanya karena satu porsi roti bakar dan segelas jus mangga. Atau mungkin, karena hari ini dia benar-benar bahagia jadi semua hal terasa indah?
" Ugh! " Baru saja selesai menelan makan super nikmat, serang malah ingin keluar lagi gara-gara tidak sengaja melihat sepasang manusia sedang berciuman dengan lidah yang saling melilit.
Sepasang kekasih itu terganggu dengan suara menahan muntah Sherin dan kompak menatap ke arahnya. Sherin yang menyadari tatapan kedua manusia itu terarah padanya, dia melotot kaget dan langsung mengubah posisi duduknya agar membelakangi mereka.
Eh? mereka dengar ya? lagi pula bukan salah ku juga kan? aku hanya jijik melihat cara mereka berciuman. Ih! kenapa sih lidah mereka harus seperti itu?
Sherin benar-benar tidak berani lagi menatap sepasang manusia yang tidak tahu malu itu, berciuman kok di tempat umum.
Tunggu! bukanya itu Dokter tampan yang tadi pagi? sungguh Dokter yang luar biasa mesumnya. Dia itu tidak waras atau apa sih?! kalau tadi aku sampai muntah, rugi sekali jadinya kan? roti bakar saja sudah hampir dua ratus ribu. Kalau aku jadi Ibunya, sudah aku jewer telinga mereka sampai putus.
Setelah mencuri pandang dan memastikan mereka sudah get out, barulah Sherin bangkit dan kembali ke gedung rumah sakit. Sialnya dia tidak sengaja bertemu dengan Dokter pria itu lagi di Lobby. Suasananya Memang berbeda, karena Dokter tampan itu tengah dikerubungi para suster cantik. Sherin yang memang tidak tertarik, lebih memilih untuk kembali ke ruangannya dan mengacuhkan tatapan Dokter tampan itu yang seolah ingin menjitak kepalanya.
Ih seram sekali tatapannya. Aku kan tidak sengaja ingin muntah tadi. Aku tidak berniat mengganggumu loh. Maaf ya? by!
Pria yang tak lain adalah Kevin, menatap ke arah Sherin yang berlalu begitu saja. Dia memang sempat kesal saat dia dengan jelas menahan muntah tadi. Tapi kini ia dibuat makin kesal karena Sherin tidak terlihat tertarik kepadanya seperti kebanyakan para gadis lainya.
Sebelum masuk ke ruangannya, Sherin sempat menegur beberapa suster dan sedikit ikut mengobrol dengannya. Tapi sayang, yang sedang mereka obrolkan adalah pria yang sedang dikerumuni di Lobby. Yah, akhirnya dia tahu nama pria itu dari obrolan para perawat. Sebanarnya sangat malas mendengar Nama Dokter itu terus keluar dari mulut mereka, tapi demi mendapat teman dan agar bisa berbaur, Sherin terus memaksakan bibirnya untuk tetap tersenyum seolah-olah dia begitu tertarik. Sudah tak tahan lagi, Sherin beralasan lalu meminta izin untuk menuju ruangannya.
" Yang benar saja, mana ada manusia sesempurna itu? mungkin benar kalau Dokter itu hebat. Tapi please... kenapa mereka memuja-muja Dokter, Dokter siapa ya namanya tadi? " Sherin menggaruk kepalanya dengan jari telunjuk tapi tak menghentikan gerak kakinya yang terus melangkah.
" Ah namanya saja aku sudah lupa. Dokter tertampan dan idola rumah sakit? Pft....! " Sherin menutup bibirnya menggunakan punggung tangannya.
" Lucu sekali. Apa kalian tidak rugi mengidolakan Dokter mesum itu? kupingku saja pegal saat mendengar namanya, Dokter, Dokter siapa sih aku lupa. "
" Kevin. "
Sherin menghentikan langkah dan langsung membalikkan tubuhnya ke arah belakang. Matanya melotot sempurna dengan bibir yang terbuka.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Warda kholila Nasution
🥰🥰🥰
2021-11-24
0
Eka ELissa
nah....lhooo...
yg di umpatiiin nongo tu.....
hayo...sherin....😄😄😄😄😁
nex...
2021-09-27
1
Rio Herdian Heru
seru seru next
2021-09-01
0