2

"Halo, bisa bicara dengan saudari Sarah Indriani?" tanya suara di telepon.

"Ya, saya sendiri."

"Selamat sore, Mbak Sarah, besok pagi bisa datang ke kantor SLC media untuk menandatangani kontrak kerja?" tanya suara itu lagi.

"Bisa, mbak. Insha Allah saya akan datang."

"Baik, Mbak. Besok pagi kami tunggu kedatangannya jam 9 di kantor, ya? Mbak bisa menemui bagian HRD kantor kami. Terima kasih," kata suara wanita di telepon itu menutup pembicaraan.

"Yes! Alhamdulillah, ya Allah!" seru Sarah kegirangan karena akhirnya dia mempunyai pekerjaan tetap dan mulai ada kejelasan mengenai keuangan mereka.

Kegembiraan itu tidak bertahan lama saat dia menyadari bahwa harus ada yang menjaga Fabio saat dia bekerja. Dia berpikir keras untuk mencari jalan keluarnya karena dia tak punya sanak saudara di kota itu yang bisa dimintai bantuan untuk sekedar menjaga anaknya.

"Arini!" serunya sambil meraih ponselnya dan mencari nomor seseorang lalu dia meneleponnya.

"Assalamualaikum, Arini?"

"Wa'alaikumsalam. Maaf, ini siapa, ya?" tanya suara wanita di seberang sana.

"Ini aku, Sarah, Ar. Teman kamu waktu SMA."

"Masha Allah, Sarah. Apa kabar kamu? Kamu kemana aja, Sar? Aku kangen, tau. Kamu tinggal dimana sekarang?" Arini nyerocos tanpa memberi Sarah kesempatan bicara.

"Aku jawab yang mana dulu nih?" jawab Sarah sambil terkekeh.

"Alhamdulillah aku ada di sini, masih di kota ini. Langsung aja, ya Ar? Aku mau minta tolong sama kamu nih. Boleh nggak?." sambung Sarah

"Tentu saja boleh, asal jangan minta duit. Kamu mau minta tolong apa, sih?" tanya Arini.

"Kamu masih mengelola tempat penitipan anak, kan Ar? Aku mau minta tolong, aku mau nitip Fabio di Penitipan anak kamu, masih bisa nggak? Soalnya mulai besok aku harus kerja."

"Fabio? itu nama anakmu, Sar? Kapan lahirannya? Koq aku nggak tau? Suami kamu apa kabarnya?"

"Iya, panjang ceritanya Ar. Nanti aku ceritain, ya kalau kita ketemu."

"Oh gitu. Oke deh, besok kamu bawa aja Fabo ke sini. Pagian dikit, ya datangnya. Soalnya biasanya anak yang baru dititipin suka agak susah pisah sama ibunya."

"Siap, Bos. Besok, pagi sekali aku ke situ. Makasih ya, Ar? Assalamualaikum." Sarah menutup pembicaraannya dengan Arini.

Masalah Fabio sudah bisa diatasinya. Sarah membuka lemarinya dan dia mulai memilih dan memilah baju yang masih layak dipakai untuk bekerja kantoran.

"Ya Allah, aku gak punya sepatu. Ini sudah gak ada waktu untuk beli yang baru."

Dicarinya sepatu kesayangannya, Sepatu berukuran 35 yang sudah jarang sekali dipakainya, karena dia lebih sering memakai sandal.

"Masih muat dan enak dipakai." gumamnya sambil mencoba sepatunya.

Sepatu ukuran kecil yang dengan susah payah dicarinya di toko sepatu, karena sulit menemukan model sepatu wanita dewasa yang sesuai dengan ukuran kakinya yang mungil.

Mengingat sepatu itu, tanpa sadar dia mengingat seseorang yang pernah singgah di hatinya, Rizal, ayah Fabio.

Dengan sabar Rizal mengantarnya mencari sepatu yang cocok dengan ukuran kakinya dan saat mereka menemukan sepatu itu, dia tertawa dan mengatakan bahwa Sarah masih layak disebut anak kecil.

"Tau gitu kita pergi ke toko sepatu anak-anak aja tadi. Biar gak capek dan pegal begini."

"Jadi kamu gak ikhlas nganterin aku nih?" ucap Sarah sambil cemberut.

"Ikhlas, sayang. Mau nyari dimana pun Abang antar," sambil mengelus pucuk kepala Sarah yang berhijab.

Rizal memang selalu memanjakan Sarah, apalagi setelah Rizal memutuskan untuk menikahinya, meski tanpa sepengetahuan orang tua Rizal yang jelas-jelas menentang hubungan mereka.

"Astaghfirullah, kenapa pikiranku jadi kemana-mana." segera dia mengambil wudhu dan melaksanakan shalat Isya.

Sarah ingin tidur lebih awal karena besok harus berangkat pagi sekali ke penitipan anak milik Arini, lalu pergi ke SLC media

***

"Udah dapat penulis baru?" tanya Rudi pada bawahannya.

"Sudah, pak. Ada beberapa orang yang sepertinya kompeten, lulus tes dan sesuai kriteria. Besok mereka akan datang."

"Ya sudah, besok langsung diberi pengarahan dan sudah bisa mulai bekerja."

"Baik, pak."

Rudi Antara adalah pemimpin sekaligus pemilik SLC media. Pria berusia 34 tahun itu masih melajang, dia memokuskan pikirannya pada usaha yang dirintisnya mulai dari nol.

Sebelum dia merintis media itu, Rudi bekerja di kantor penerbitan majalah, dan di sana pula Rudi bertemu dengan Sinta, mantan kekasihnya yang sekarang sudah menikah dengan atasan Rudi saat bekerja di majalah itu. Sinta tidak setuju jika Rudi resign dari kantor itu dan menentangnya untuk mendirikan usaha baru. Tanpa diketahui Rudi, Sinta ternyata memiliki hubungan asmara dengan Hardi, atasannya.

Sepandai-pandainya menyimpan bangkai, akhirnya ketahuan juga. Rudi memergoki Sinta sedang bermesraan dengan Hardi, yang saat itu sudah punya istri dan memiliki 2 anak.

***

Setelah menitipkan Fabio, Sarah bergegas ke kantor SLC.

"Pyuh, masih ada waktu setengah jam, masih bisa sarapan sebentar", gumamnya. Segera dia membuka bekalnya dan melahap isinya.

"Wah, sepertinya sudah waktunya masuk." Segera dia menemui resepsionis dan meminta untuk diarahkan pada ruang HRD.

Kontrak kerja sudah ditandatangani, sekarang dia sedang mendapat pengarahan tentang pekerjaan yang harus dilakukannya.

"Oke, briefing hari ini sudah selesai. Mari saya tunjukkan ruang kerja kalian Kalian sudah mulai bekerja hari ini. ID dan salinan kontrak kerja sedang kami siapkan."

Sarah menghampiri meja kerja yang ditunjukkan padanya.

"Hai, baru masuk yaa? Kenalin aku Vina, ini Leni, kami juga belum lama koq kerja di kantor ini." Mereka mengulurkan tangan.

"Aku Sarah, senang berkenalan sama kalian. Nanti tolong dibantu ya kalau aku kesulitan."

"Kesulitan apa? Jangan bilang kesulitan uang ya?" Mereka tertawa.

Jam istirahat makan siang sudah tiba, karyawan berbondong-bondong keluar ruangan.

"Sar, makan yuk? Lapar nih", ajak Vina.

"Ayo. Kantinnya dimana?"

"Nanti aku tunjukkin. Aku sama Leni punya kantin favorit. Tempatnya enak, dan yang paling penting makanannya murah, pas buat kita-kita yang pegawai baru."

"Ayo." sahut Sarah mengajak Vina dan Leni

Sambil makan mereka saling berbagi cerita tentang diri masing-masing.

"Serius Sar, udah punya anak?" tanya Leni. Sarah mengangguk.

"Gak kelihatan udah punya anak lho, asli. Suami kerja dimana?" tanya Vina penasaran. Sarah hanya bisa menggeleng lesu.

"Udah cerai, apa meninggal?" tanya Leni sekali lagi.

"Nanti aja aku ceritanya ya, jangan sekarang", jawab Sarah.

"Oke, oke. Sorry ya kalau kita udah bikin lo sedih." kata Leni sambil bertatap-tapan dengan Vina.

"Eh ada cowok ganteng tuh sebelah sana" Vina berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Kayaknya karyawan kantor sebelah tuh, gue sering lihat wara wiri di kantor itu."

"Cakep juga, ya? 8/10 deh nilainya." kata Vina. Sarah hanya bisa senyum melihat ulah teman-temannya.

Terpopuler

Comments

gaby

gaby

Novel lama tp baru ketemu, jadi aq baru gabung. Awal menarik smoga konsisten sm ending

2023-08-13

0

Mutie Cutie

Mutie Cutie

aku mampir yhormampir balik ya

2020-05-30

0

Naili_clarista

Naili_clarista

life must go on sarah

2020-05-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!