Misteri Sepatu Kecil

Misteri Sepatu Kecil

1

"Udah selesai shalatnya?" tanya Rudi.

Sarah tidak menyadari bahwa dialah yang ditanyai Rudi, berlalu begitu saja menuju tempat penyimpanan sepatu. Dilihatnya sepatunya tak ada di tempatnya, dia terkejut.

"Ini sepatumu, kan?" suara seorang pria menambah keterkejutannya.

Dilihatnya pria itu sedang memegang sepatunya yang tak bisa dibilang bagus lagi.

"Ya," jawabnya singkat.

"Terima kasih." Sarah mengambil sepatunya dan segera pergi tanpa sedikitpun memperhatikan orang yang telah mengambil sepatunya itu.

Setengah berlari Sarah menuju ke unit kerjanya dan segera membuka bekalnya.

"Waduh, jam makan siang akan segera selesai," dengan terburu-buru dia menghabiskan bekalnya.

"Alhamdulillah." Segera dia membenahi wadah bekalnya.

***

Di tempat lain Rudi, seorang pria lajang berusia 34 tahun, CEO di perusahaan itu masih penasaran dengan Sarah, wanita yang selalu menarik perhatiannya.

"Siapa dia?" Pertanyaan itu selalu ada di kepalanya setiap kali keluar dari mushola kantornya.

**Flashback**

Seperti biasa setelah makan siang Rudi langsung menuju mushola untuk menunaikan shalat Dzuhur, tak sengaja dia melihat sepatu yang menurutnya unik karena ukurannya kecil dan modelnya seperti sepatu anak-anak.

"Mungkinkah ada karyawan yang membawa anaknya ke kantor?"

Dia segera berwudhu, dan memasuki mushola untuk shalat berjamaah dengan para pegawainya, tapi tak ditemuinya seorang anak pun di dalam mushola itu. Bahkan dia sempat melirik tempat jamaah wanita.

Selesai shalat dia melihat sepatu itu masih ada di sana. Seminggu berturut-turut dia melihat sepatu itu di rak sepatu mushola, lama-lama dia penasaran dengan sang pemilik sepatu yangi tak pernah sekali pun dia temui.

**flashback end**

"Mamaaa...!" seru Fabio berhambur dari dalam tempat penitipan anak.

"Hai, assalamualaikum anak mama yang sholeh," sapa Sarah sambil mencium anaknya.

"Wa'alaikumsalam mama yang cantik."

"Ayo salam dulu sama bunda Arini," Fabio menyalami pengurus penitipan anak itu.

"Sampai besok ya, Nak. Assalamualaikum," ucap Arini sambil mengelus kepala Fabio.

"Wa'alaikumsalam, Bunda. Bio pulang dulu, ya?" pamit Fabio pada Arini.

Sarah berpamitan dan segera membawa Fabio pulang. Rasanya lelah sekali, tapi setelah bertemu Fabio, lelah itu sedikit terobati. Dia sangat terhibur dengan semua ocehan Fabio. Anak laki-laki berusia 4 tahun itu sangat ceria, dialah yang selalu menjadi penyemangat hidup Sarah.

"Mama capek ya? Aku pijitin yaa..." segera dipijatnya kaki Sarah.

Meski pijatannya tak terasa, Sarah sangat bahagia mendapat perhatian dari anak lelakinya itu.

"Udah, kaki mama udah gak capek lagi. Makasih ya, sayang."

"Sama-sama, mama cantik." Fabio turun dari tempat tidur lalu mebganbil remote tv

Sarah segera ke dapur untuk mengambilkan sedikit makanan dan susu untuk Fabio. Dilihatnya Fabio sedang bermain sambil nonton tv acara film Upin dan Ipin kesukaannya.

"Sayang, dihabiskan, ya susunya, mama mau kerja dulu." Sarah meletakkan segelas susu dan setoples kue kering kesukaan Fabio.

Fabio meminum susunya sedikit lalu memakan kue kering yang telah disajikan ibunya di hadapannya sambil menonton film film kartun kesukaannya.

Sarah membuka laptopnya dan mulai mengerjakan pekerjaan sambilannya yang sudah hampir deadline. Tak terasa jam sudah menunjukkan jam 8 malam, dilihatnya Fabio sedang tidur nyenyak di kasurnya yang sebetulnya hanya cukup untuk satu orang.

Kasur itu seperti menggodanya untuk segera menyusul anaknya ke alam mimpi. Sarah pun ikut tertidur di samping anaknya.

Jam 2.30 dini hari Sarah bangun untuk mengerjakan shalat tahajud dan melanjutkan pekerjaannya yang ditinggalkannya semalam. Dia harus segera menyelesaikan tulisannya dan mengirimnya lewat email ke kliennya. Sarah memang mempunyai otak yang cukup cerdas, sehingga dia mampu mengerjakan beberapa pekerjaan lain di luar jam kantornya.

Penerjemah, content writer, transcriber, semua pekerjaan sampingan itu dia jalani tanpa hambatan berarti selain kantuk yang sering menggoda. Dia bertekad untuk mendapatkan uang banyak untuk membiayai anaknya. Dia tak pernah punya pikiran untuk meminta ataupun menerima bantuan dan berhubungan dengan ayah dari anaknya yang sudah meninggalkannya saat Fabio masih berada dalam kandungannya.

Tiga pekerjaan itulah yang menghidupinya saat dia mengandung Fabio. Tinggal di sebuah kontrakan kecil milik ibu Sani, seorang janda tua yang tinggal sendiri karena anaknya sudah berkeluarga dan anak laki-lakinya ditugaskan di luar kota. Ibu Sani pulalah yang menemaninya saat melahirkan. Sarah sudah dianggapnya seperti anaknya sendiri.

Rasanya sedih sekali saat harus melahirkan tanpa suami. Perawat dan orang-orang di rumah sakit menanyakan dimana suaminya, beruntung ibu Sani bisa membungkam mereka dengan mengatakan bahwa dia adalah ibu mertuanya dan suami Sarah sedang bertugas di luar negeri.

Beberapa kali anak lelaki Ibu Sani, Sandy, pulang untuk menemui ibunya dan tentu saja dia bertemu dengan Sarah dan Fabio yang kala itu masih sangat kecil. Sandy sangat menyayangi Fabio dan menganggapnya seperti anak sendiri. Dia pun beberapa kali melamar Sarah, tapi Sarah menolaknya secara halus. Sandy dan ibu Sani memahami keputusan Sarah untuk menunda mencari pendamping hidupnya yang baru. Meskipun begitu Sandi tak putus harapan untuk membina rumah tangga bersamai Sarah.

"Sar, kamu harus mengurus perceraianmu. Kamu sudah terlalu lama berpisah dengan lelaki itu. Kamu harus memperjelas statusmu," kata bu Sani suatu hari.

"Tapi Bu, Sarah gak tau caranya. Sarah juga gak tau dia tinggal dimana sekarang," jawab Sarah sedikit berbohong.

Dia tahu dimana suaminya dan keluarganya tinggal, hanya saja dia tidak mau bertemu lagi dengan lelaki itu. Meskipun begitu Sarah menuruti nasehat Bu Sani dan mengurus perceraiannya.

Karena selama sidang lelaki itu tak hadir dan surat panggilan pengadilan tak pernah diresponnya, hakim memutuskan cerai mati atas suaminya.

"Alhamdulillah." Sarah berucap syukur atas putusan hakim yang menutup peluang mantan suaminya untuk kembali padanya. Sarah merasa tujuannya semakin jelas sekarang dengan statusnya yang baru, yaitu membesarkan Fabio dengan sekuat tenaganya.

Sejak kepergian bu Sani yang mengikuti anaknya tinggal di luar kota, Sarah tinggal di rumah itu berdua dengan Fabio. Bu Sani dan Sandi mengijinkannya untuk tetap tinggal di rumah itu karena mereka tahu bahwa Sarah tak punya sanak keluarga di kota itu.

Sebetulnya Sarah merasa malu karena terus menyusahkan bu Sani dan Sandi. Dia tahu bahwa bu Sani ingin menjual rumah itu dan menetap bersama Sandi.

Karena itu Sarah memutuskan untuk mencari pekerjaan tetap agar bisa sedikit-sedikit mengumpulkan uang untuk menyewa atau membeli rumah kecil untuk dia dan anaknya

Setelah melamar ke sana-sini, akhirnya Sarah diterima bekerja sebagai seorang penulis di sebuah media online yang cukup bergengsi dengan gaji yang lumayan. SLC media, nama perusahaan tempatnya bekerja sejak 2 minggu yang lalu.

Terpopuler

Comments

Bunny🥨

Bunny🥨

Smngt thor! baca ceritaku juga yuk "Bosku adalah mantanku" kali aja suka sama ceritanya😍

2020-06-02

3

♡ Ñøť Wëâbœ ♡

♡ Ñøť Wëâbœ ♡

Nmpang promot thor, kuy mampir buat baca" novel karya saya. Jan lupa dilike & komen.

➡️️➡️Dibalik Kemirisan Ada Kemanisan⬅️⬅️

👉👉3 Sekawan👈👈

⚡MAGIC SCHOOL⚡

2020-05-28

1

Elfa Efrilia

Elfa Efrilia

semangat Thor🤙jangan lupa mampir ceritaku yah 🙏

_jodohku,gebetan temanku 🙏🤗

2020-05-27

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!