4

Rudi menatap punggung Sarah yang pergi begitu saja meninggalkannya. Ada rasa penasaran atas sosok yang baru saja ditemuinya yang pergi dengan tergesa-gesa tanpa menghiraukannya sama sekali. Saking seriusnya dia memikirkannya, Rudi tidak sadar bahwa Robi yang baru saja keluar dari toilet sudah berada di sampingnya dengan tatapan yang aneh.

"Ada yang ditunggu, Pak?" tanya Robi menyadarkan Rudi dari lamunannya.

"Oh, tidak, tidak. Ayo kita kembali ke kantor," ujarnya sambil melangkahkan kakinya menuju ruang kerjanya.

Sesampainya di ruang kerjanya, Rudi melihat makanan untuk makan siangnya sudah disiapkan di atas meja oleh Lily, sekretarisnya. Dia segera menyantapnya karena waktu istirahat akan segera berakhir.

Bayangan Sarah kembali berada di pikirannya dan membuat ritme makannya menjadi sedikit melambat.

Dia tak habis pikir, dan terheran-heran dengan apa yang baru saja dialaminya. Bagaimana mungkin ada orang yang sebegitu tak pedulinya dan tak mengenal siapa Rudi, mengingat jabatannya di perusahaan itu sangat penting dab terpandang.

"Siapa wanita itu? Sepertinya baru kali ini aku melihatnya. Wanita mungil itu, sedang apa dia di gedung ini? Apa dia salah satu karyawanku?" tanya Rudi dalam hati

Begitu banyak pertanyaan tentang wanita itu di pikirannya, namun tak satupun jawaban didapatinya.

"Ah sudahlah, bukan urusanku dia sedang apa di sini!" batinnya.

Selesai makan siang Rudi kembali ke meja kerjanya. Dan tak lama dari itu, Lily masuk untuk memberitahukan jadwal pertemuan Rudi dengan calon kliennya. Lalu dia membenahi peralatan makan siang bekas atasannya dan membawanya ke pantry.

"Pak Tanu sudah mengonfirmasi kedatangannya dan beliau sedang dalam perjalanan menuju ke sini," jelas Lily.

"Oke. Ruang meeting-nya sudah disiapkan?"

"Sudah, Pak. Pak Robi bahan sudah mengecek ulang kesiapannya."

"Bagus. Dokumen-dokumen pendukung sudah siap juga?"

"Sudah, Pak. Saya sudah serahkan semuanya pada Pak Robi."

Lily lalu keluar dari ruangan Rudi sambil membawa nampan berisi piring dan gelas kotor.

Dengan terburu-buru Rudi menyiapkan berkas-berkas di atas mejanya yang sekiranya diperlukan untuk meyakinkan calon kliennya. Dia harus nampak bonafid dan bisa memberi penjelasan pada calon kliennya yang sangat potensial itu.

Seperti biasanya, Rudi meminta Robi untuk membantunya dan menemaninya bertemu dengan calon kliennya.

***

Sarah kembali melanjutkan pekerjaannya, dia sangat larut dalam pekerjaannya sehingga dia tidak tahu bahwa Leni sudah ada di sampingnya.

"Hei, serius banget. Udah makan siang?" tanya Leni yang membuat Sarah terkejut.

"Ya ampun, Len. Kamu bikin aku kaget saja!" ujar Sarah sambil memegangi dadanya.

"Kamu sih serius banget, sampai aku ada di sini aja kamu gak sadar. Kamu udah makan?" tanya Leni.

"Udah. Eh, kerjaan kamu udah selesai, ya Len?"

"Belum. Referensinya masih kurang, aku harus nyari lagi, tapi aku lagi gak mood buat lanjutin," keluh Leni

"Kamu lagi ada masalah? Lanjutin aja dulu dengan referensi yang ada, nanti aku bantu deh kalau kerjaanku udah selesai. Tinggal dikit lagi, kelar tulisanku."

"Oke deh, kalau gitu aku tunggu kamu aja." Mata Leni berbinar-binar mendengar Sarah akan membantunya menyelesaikan tulisannya.

"Kayaknya aku mencium bau konspirasi di sini. Ngobrol gak ngajak-ngajak, udah lupa, ya sama gue," tiba-tiba Vina muncul.

Leni bertatapan dengan Sarah, lalu mereka tertawa.

"Ini orang bisanya cuma curiga. Siapa juga yang berkonspirasi?" Leni mencubit pipi Vina yang mulus dan sedikit tembem.

"Awww, pipi gue sakit. Lu jahat, ntar kalau pipi gue luka lu tanggung jawab, ya?"

"Mana mungkin luka, yang ada juga tambah tembem tuh pipi!" jawab Leni.

"Sssttt, kalian berisik aja. Gak ada kapoknya diomelin orang. Lihat tuh, yang lain masih pada kerja. Sana kalian kerja, jangan gangguin orang melulu," bisik Sarah.

"Iya nih, jangan berisi, Vin. orang lagi pada kerja!"

"Ih koq gue. Lo yang berisik gue yang disalahin!"

"Sudah, sudah. Kalian ini sama aja. Udah sana pada balik ke meja kalian. Kerjain tuh tulisan kalian. Kalau dianggurin nggak bakalan kelar-kelar tuh tulisan!" omel Sarah.

"Iya deh. Ayo, Vin. Kita kembali ke habitat kita!" ajak Leni pada Vina yang nampak belum mau beranjak dari meja Sarah.

"Iya, iya. Tapi kasih tau gue dulu konspirasi apa yang kalian rencanakan tadi?"

"Ya ampun, Vin. Denger, ya? Tadi Sarah bilang kalau dia mau bantuin kerjaanku, soalnya aku lagi gak mood banget. Rasanya males banget buat nyelesain tuh tulisan. Kayaknya butuh refreshing nih."

"Iya juga sih. Kita ini udah kayak emak-emak kurang piknik. Kerja mulu tiap hari, sekali-kali kita jalan bareng, yuk? Biar pikiran kita tercerahkan." Vina membenarkan ucapan Leni.

"Tapi kita kan belum gajian, entar malah jadi gondok gara-gara gak bisa beli barang yang kita mau," ujar Leni.

"Kalau gitu, ntar abis gajian aja kita jalannya. Gimana Sar?" tanya Vina pada Sarah yang kelihatan tak begitu tertarik dengan rencana mereka.

"Iya deh. Atur aja, tapi jangan hari Minggu, ya? itu hari buat anakku," jawab Sarah.

"Siap, bos!" ujar Vina dan Leni bersamaan.

***

"Ah, akhirnya selesai juga," gumam Sarah.

Sarah merasa punggungnya sedikit kaku, dia menggerakkan tubuhnya memutar ke kiri dan ke kanan. Tiba-tiba dia teringat bahwa dia berjanji untuk membantu Leni menyelesaikan tulisannya.

Sarah beranjak menuju meja Leni yang berdekatan dengan meja Vina, lalu dia membantu Leni mendapatkan beberapa referensi tambahan untuk tulisannya.

"Akhirnya selesai juga, fyuh!" kata Leni sambil membenahi mejanya yang berantakan.

"Yaelah, kayak lu ngerjain sendiri aja! Lu enak dibantuin Sarah. Gue nih kerja sendiri," timpal Vina.

"Emang kamu udah selesai, Vin?" tanya Leni penasaran, karena dia tak merasa melihat Vina mengerjakan pekerjaannya.

"Belum, kan gue nunggu giliran biar dibantuin Sarah", Vina memainkan alisnya ke atas ke bawah sambil menyeringai.

"Ah sama aja, kamu minta dibantuin Sarah juga!" ledek Leni.

"Ayo, Sar. Sini. Jangan ragu-ragu buat bantuin gue. Gue nggak keberatan koq." Vina menarik tangan Sarah yang saat itu masih berada di samping Leni.

"Kalian berdua ini sama aja, selalu gak fokus kalau sudah ketemu hari Jumat. Pasti yang ada di otak kalian berdua cuma hari libur," kata Sarah.

"Anda benar. Seratus untuk anda." Vina meniru gaya pembawa acara kuis di tv.

Tak lama pekerjaan Vina pun selesai. Ketiganya menarik napas lega karena akhirnya mereka bisa menjalani akhir pekan tanpa beban pekerjaan yang belum usai.

"Udah ya, aku mau shalat Ashar dulu. Dah", kata Sarah.

Kali ini Sarah tak memakai sepatunya, dia meminjam sandal jepit salah satu office girl yang berpapasan dengannya saat Sarah sedang menuju mushola.

Sepatu kecilnya terparkir cantik di bawah mejanya.

***

Hai, kalo kalian suka tulisanku ini, tolong klik tombol like, favorit, dan vote, yaaa. Terima kasih.....💓💓💓

Terpopuler

Comments

Seni Nurhidayati

Seni Nurhidayati

suka

2020-05-19

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!