Tak terasa dua minggu sudah berlalu. Sejauh ini Sarah menikmati bekerja di perusahaan media itu, meski pada awalnya dia mendapat beberapa komplain dari editor dan harus merevisi tulisannya, baginya tak masalah, dengan begitu dia bisa mendapatkan tambahan ilmu tentang penulisan. Dibantu oleh kedua temannya, pekerjaannya menjadi lebih ringan dan terasa menyenangkan menjalaninya.
"Nanti kita makan di tempat biasa, ya?" kata Vina.
"Oke," jawab Sarah dan Leni bersamaan.
"Tapi kalian pergi duluan ya, nanti aku nyusul, tolong pesankan makananku."
"Oke, Sar. Menu yang biasa, kan?" tanya Leni.
"Emang lu mau kemana dulu, Sar?" tanya Vina penasaran.
"Biasa. Mau menghadap Tuhan dulu," jawab Sarah.
"Heh, nyebut Sar, maksud lo mau bunuh diri? Jangan gila lu, Sar!"
"Aish, ngaco aja kamu, Vin. Aku mau shalat Dzuhur dulu. Kan tau sendiri kalau kita makan, pasti ngabisin waktu lama buat ngobrolnya daripada makannya," jelas Sarah.
"Betul itu, makannya cuman bentaran, ngocehnya yang lama. Apa aja dibahas, sampe orang lewat aja ikut-ikutan dibahas." Mereka bertiga tertawa mengingat kelakuan mereka yang hobi berghibah tentang apa saja.
Vina dan Leni sudah duluan pergi ke kantin favorit mereka. Kantin itu memang selalu penuh saat jam makan siang, jadi kalau terlambat sedikit, maka rak akan ada bangku yang tersisa untuk mereka, alhasil harus antri dan menunggu lama, mau beli dibungkus pun rasanya akan tetap lama, karena pelayan kantin itu harus melayani pelanggan yang sudah datang lebih dulu.
Sarah segera berwudhu setelah meletakkan sepatunya di rak sepatu. Mushola masih sepi karena adzan belum berkumandang, dan karyawan lain masih mengisi perut di kantin favorit masing-masing. Segera diambilnya Al quran, dan mulai membacanya. Tak lama adzan berkumandang, Sarah menghentikan mengajinya dan segera berdiri dan memulai shalat. Iseng-iseng dia mengintip shaf pria, ternyata baru ada 2 orang.
"Tak apalah, ikut berjamaah dengan mereka saja", gumamnya.
Tak lama masuk beberapa karyawan dan OB untuk shalat berjamaah.
Setelah selesai shalat, Sarah segera menyusul kedua temannya yang sudah menunggunya di kantin.
***
**Flashback**
Seperti hari biasanya begitu adzan berkumandang Rudi segera menuju ke mushola kantornya. Saat menuju rak sepatu, ada hal yang menarik perhatiannya. Sepasang sepatu kecil. Beberapa hari ini dia melihat sepatu itu, biasanya hanya ada sepatu beberapa orang karyawan dan OB di sana.
Segera dia berwudhu dan memasuki mushola yang masih sepi. Dia juga tak memerhatikan sosok yang ada di tempat jamaah wanita.
Rudi dan asistennya Robi berdiri menunggu adzan selesai di atas sajadah mushola. Tak lama beberapa pria masuk dan berdiri di belakangnya.
Selesai shalat tak sengaja dia melirik rak sepatu jamaah wanita. Sepatu kecil itu sudah tak ada di tempatnya.
Hari-hari berikutnya Rudi melihat sepatu kecil itu ada di rak sepatu itu lagi tanpa pernah tau siapa pemiliknya dan dia pun berusaha untuk tak peduli dengan hal itu.
**Flashback end**
***
Lelah merasuki sekujur tubuh Sarah. Mulai pekan ini Sarah diberi tugas sedikit lebih banyak dari sebelumnya karena beberapa tulisannya berhasil lolos editing, dan dianggap layak terbit.
Editor memberikan laporan mingguan pada ketua tim bahwa Sarah layak mendapat pembinaan penulisan lanjutan, jika minggu ini tulisan Sarah bisa lolos editing lagi. Ketua tim menyampaikan hal itu pada Sarah saat briefing mingguan.
"Sarah, laporan mingguan dari tim editor menyatakan bahwa ada banyak kemajuan dalam tulisan kamu. Lebih ditingkatkan lagi kinerjanya, agar kamu bisa mengikuti pelatihan penulisan lanjutan dan selanjutnya bisa masuk ke dalam tim inti. Ini juga berlaku untuk yang lainnya, berikan tulisan terbaik kalian. Selamat siang dan selamat bekerja," kata Pak Anwar menutup briefing hari itu.
"Kamu hebat, Sar. Baru dua minggu kerja udah dapat pujian dari Pak Anwar," puji Leni.
"Lu ajarin kita dong, Sar. Kita juga mau dapat pujian dari pak Anwar," sambung Vina.
"Biasa saja, Vin, Len. Yang penting kalian selalu ingat dan memerhatikan catatan review dari para editor, trus perbaiki deh apa yang salah menjadi sesuai dengan apa yang diinginkan mereka."
Sarah bertekad untuk menunjukan kemampuan dan kinerjanya secara maksimal.
Untuk menghemat waktunya, Sarah memutuskan untuk tidak ikut makan siang bersama kedua temannya dan sebagai gantinya dia akan membawa bekal makan siang dari rumah.
Rencananya selesai shalat Dzuhur, Sarah akan segera kembali ke mejanya untuk melanjutkan pekerjaannya yang tertunda setelah menyantap bekal makan siangnya.
Hari ini hari Jum'at, hari penentuan penilaian kinerja mingguannya. Tulisan terakhirnya untuk minggu ini masih belum selesai. Bahan dan referensi sudah dia dapatkan, riset pun sudah dilakukannya, hanya tinggal merangkai kata-kata terbaiknya untuk menyelesaikan tulisan itu.
"Sedikit lagi kelar, tapi ini sudah masuk waktu Dzuhur. Aku shalat dulu saja, setelah itu baru dilanjutkan", gumam Sarah.
Segera dia menuju mushola dan berwudhu. Mushola sedikit lebih ramai karena dia terlambat datang. Adzan sudah berkumandang sejak tadi dan shalat berjamaah sudah memasuki raka'at terakhir.
"Wah, terlambat. Shalat berjamaahnya sudah mau selesai."
Sarah menjalankan shalat Dzuhurnya sendirian, tak lupa dia juga berdoa beberapa saat setelah shalatnya selesai. Lalu dia merapikan mukenanya dan bergegas keluar dari mushola. Dia menuju rak sepatu, dan betapa terkejutnya dia karena sepatunya tak ada di tempatnya.
Dicarinya sepatu itu di rak lainnya, tapi tetap nihil. Hampir putus asa dia mencari sepatu itu. Dia mengingat-ingat dimana terakhir dia meletakkan sepatunya.
"Tadi aku letakkan di sini. Tapi kenapa sekarang bisa gak ada, ya? Aduuhh, mana aku sedang buru-buru ini," batin Sarah.
Mushola sudah hampir kosong, tapi Sarah belum berhasil menemukan sepatunya.
"Gimana ini? Apa mungkin ada yang iseng? Atau salah ambil sepatu?" batin Sarah lagi.
Tiba-tiba matanya melihat sesosok tubuh di ujung area mushola sedang memerhatikan, atau lebih tepatnya menjaga sepatunya. Seorang pria yang tak dikenalnya sama sekali sedang duduk sambil mengawasi sepatu itu.
Segera dia mendekati pria itu dan mengambil sepatunya tanpa memerhatikan siapa dan apa yang dikatakan pria yang ada di hadapannya itu.
Dengan tergesa-gesa dia memakai sepatunya, namun sebelum pergi Sarah tak lupa untuk mengucapkan terimakasih pada pria itu karena bagaimanapun dia sudah menjaga sepatunya.
Setengah berlari dia kembali ke meja kerjanya untuk makan siang, lalu melanjutkan pekerjaannya yang tertunda. Gara-gara harus mencari sepatunya, dia harus rela kehilangan waktu berharganya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Hana Me
👍
2020-05-26
1
Seni Nurhidayati
semakin menarik👍🥰
2020-05-19
1