Bab 3.
Dengan tabungan yang di punyanya, Lilis membeli HP second. Dari HP-nya ia mulai mencari berita lowongan pekerjaan. Semua surat lamaran pun sudah dikirimkannya.
Kini Lilis sedang duduk di sebuah tempat duduk di halte Bis. Sambil memeriksa HP-nya kalau-kalau ada panggilan pekerjaan. Namun ia harus kecewa karena sampai sekarang belum ada juga panggilan pekerjaan untuknya. Lilis menghela nafas.
“Susah juga ya cari pekerjaan...” Gumamnya sendirian.
Dari kejauhan seorang gadis yang manis datang menghampiri Lilis.
“Hai Lilis...” Sapa gadis tersebut.
Lilis menoleh. Awalnya ia tak tanda siapa gadis tersebut. Namun setelah lama diperhatikan ternyata gadis itu sahabatnya dulu sewaktu dikampus.
“Hai juga..” Lilis tersenyum.
Tania Putri Siregar, sahabat Lilis sewaktu di kampus dahulu. Tapi pas semester ke-5 ia pindah keluar negeri. Sudah lama tak bertemu. Tak disangka bakal bertemu di tempat tak terduga.
“Kenapa duduk disini sambil termenung?” Tania duduk disebelah Lilis.
“Oh... nunggu Bis...” Lilis tersenyum.
“Bis??? Kok tidak dijemput supir mu saja Lis?” Tania heran dengan jawaban Lilis.
“Aku... Aku...” Lilis agak bingung. Bagaimana caranya memberitahukan keadaannya kepada Tania.
“Kenapa Lis?? Apakah kau sedang ada masalah? Lilis bisa ceritakan masalah Lilis kepadaku. Bagaimana pun dulu kita adalah sahabat baik kan...” Tania mencoba menyakinkan Lilis. Karena dilihatnya Lilis agak bingung.
“...” Lilis hanya bisa diam.
“Baiklah. Begini saja. Kita pindah tempat ke tempat yang lebih nyaman saja. Ok.” Tania mengajak Lilis. Tanpa perlu jawaban, Tania langsung meraih tangan Lilis dan membawanya untuk mengikutinya.
Tania membawa Lilis ke sebuah cafe. Dan memesan ruangan VIP. Memesan beberapa makanan minuman serta camilan. Didalam ruang tersebut, mereka diam dengan pikiran masing-masing. Karena sudah cukup lama diam-diaman. Akhir nya Tania kembali bertanya.
“Apa kabar mu Lis?” Tanya Tania.
“Aku baik. Kalau kau?” Lilis pun menanyakan kabar Tania.
“Aku juga baik. Aku sangat rindu denganmu Lis. Sudah lama kita tidak bertemu. Bahkan kabar dari mu sudah lama tidak ku dengar.” Tania tersenyum.
“Aku juga kangen denganmu Tan...” Lilis pun tersenyum.
“Oh iya. Tadi kenapa menunggu dan duduk dihalte Bis?” Tania mulai menanyakan pembicaraan mereka tadi yang terpotong.
“Aku...”
“Gak usah ragu Lis.... Kita sahabatan kan”
Akhirnya Lilis menceritakan semua kisahnya pada Tania.
Tania mendengarkan dengan penuh perhatian.
“Jadi siapa Pria itu tidak sama sekali bisa kau ingat Lis...” Tania penasaran.
“Aku tidak ingat wajahnya. Siapa dia sebenarnya pun aku tidak tau. Kondisi ku mabuk dan setengah sadar. Pandanganku pun samar-samar. Jadi aku tidak bisa ingat wajahnya. Apa lagi untuk mengenalinya pun aku tidak bisa.” Lilis menjelaskan.
“Baiklah. Kalau begitu untuk mencarinya pun kita tak bisa.”
“Aku tidak berniat untuk mencarinya” Jawab Lilis
“Kenapa? Dia harus bertanggung jawab kepada mu Lis...”
“Tidak. Pokoknya aku tidak mau kenal atau pun bertemu dengan Pria jahat itu lagi” Lilis membuang wajahnya melihat ke arah lain.
“Lis... jika mau pekerjaan, bekerjalah di salah satu restoranku. Kebetulan posisi manager di restoranku sedang kosong. Bagaimana?” tanya Tania kembali.
“Aku pilih pelayan biasa saja Tan... aku tak mau terlihat khusus.” Pinta Lilis. Ia sadar sudah ditolong jadi tak mau menerima yang terlalu berlebihan baginya.
“Baiklah kalau itu mau mu. Coba berikan CV dan surat lamaran mu biar di urus asistenku nanti. Oh iya kita tukeran nomer HP ya agar bisa ku kabarin lagi nanti kembali.”
“Ok. Baiklah. Terima Kasih Tan.” Lilis berterima kasih kepada Tania. Ia sangat bersyukur punya sahabat baik seperti Tania.
“Iya. Sama-sama. Tapi jangan sungkan-sungkan kepadaku ya Lis...” Tania tersenyum.
Malam itu Lilis bisa tidur dengan nyaman tentunya.
Esoknya. Ditempat kerja.
Lilis pun mulai bekerja. Awalnya ia nampak kelelahan. Maklum ia sedang hamil. Dan ini pengalaman pertamanya bekerja sebagai pelayan.
Di tempat kerja Lilis berkenalan dengan Dimas. Mereka pun berteman baik. Dimas juga kadang membantu Lilis ditempat kerjanya. Jika Lilis bingung, ia akan membimbingnya dan menolong Lilis.
Beberapa bulan kemudian. Setelah pulang kerja Lilis langsung berganti pakaian dan menuju ke rumah sakit untuk memeriksa kondisi janinnya. Kandungan nya kini memasuki usia 5 bulan.
“Gimana Dok?” Tanya Lilis setelah selesai pemeriksaan dan ia sekarang duduk di kursi pasien yang berhadapan dengan meja Dokter.
“Kandungannya sangat baik. Semuanya baik dan sehat. Bayi kembarnya juga sehat.” Dokter Rita tersenyum.
“Kembar Dok?? Bayi ku Kembar??” Tanya Lilis.
“Iya. Anak yang anda kandung Kembar. Apa tidak pernah periksa sebelumnya.”
“Tidak pernah dok. Selama 5 bulan kehamilan saya, saya gak pernah periksa.”
“Oh... Begitu. Lain kali seringlah cek kehamilannya. Dengan nama siapa?” Dokter menanyakan nama Lilis. Ia menulis sebuah catatan periksa dibuku kehamilan yang akan diberikannya ke Lilis.
“Lilis Dok. Lilis Hartono.”
“Baik. Lilis ya... Lilis harus sering cek ke dokter ya. paling enggak sebulan sekali ya... mulai sekarang harus rajin periksa.” Dokter Rita tersenyum
“Baik Dok.” Lilis pun pamitan ke dokter tersebut. Dan membawa catatan buku kehamilannya yang diberikan oleh dokter.
Sesampainya dirumahnya. Dikamarnya. Dipandanginya hasil Foto USG nya. Terlihat dua janin kembar. Ia terharu dan bahagia. Ia berjanji akan merawat anak-anaknya kelak dengan baik.
“Nak... tumbuh yang sehat ya... baik-baik dalam perut Mama ya sayang” Lilis mengelus perutnya yang nampak lebih membuncit. Lama-kelamaan Lilis pun terlelap tidur dengan pulas.
Waktu pun terus berlalu. Bulan demi bulan pun berlalu. Dan betapa terkejutnya Dimas karena ternyata Lilis hamil tanpa seorang suami. Namun ia tak banyak komentar saat Lilis menceritakan perihal Kehamilannya.
Akhirnya masa melahirkan tiba. Lilis dibawa kerumah sakit oleh Tania yang ditemani Dimas juga. Lilis pun melahirkan. Awalnya masa-masa kritis di alami Lilis. Karena saat melahirkan ia mengalami pendarahan yang sangat banyak. Akhirnya Dokter menyarankannya operasi. Tania mengiyakan. Dan membayarkan semua biaya operasi persalinannya.
Masa kritis pun lewat. Lilis selamat dan bayi kembarnya pun selamat.
Lima tahun pun berlalu....
Kini si kembar sudah berumur 5 tahun.
Lilis pulang dari tempat kerjanya. Dilihatnya rumahnya sudah berantakan. Ini pasti ulah si kembar.
“Rafa... Fatar...” Panggil Lilis kepada kedua anaknya.
“Iya Mama...” Rafa menyambut mamanya. Dan memeluknya.
“Dimana Fatar... tak kelihatan?” Tanya Lilis.
“Fatar.... sedang main Ma...” Rafa tersenyum.
Lilis mencari kekamar dimana Fatar mungkin berada. Dilihatnya Fatar sedang mengotak-atik sesuatu.
“Apa itu sayang...” Sapa Lilis Kepada Putra nya.
“Bukan apa-apa Mama.” Jawab Fatar sambil menyembunyikan sesuatu.
“Ayo makan bersama. Tadi Mama membawa makanan dari restoran”
“Hore...” Jawab si kembar bersamaan.
Semenjak ia punya anak kembar. Makanan direstoran yang masih ada atau tidak lagi ada yang mau selalu dibawa pulang Lilis. Lagian masih bagus. Daripada dibuang kan sayang, lebih baik dibawa pulang. Begitulah semenjak itu Lilis sering bawa makanan dari tempatnya bekerja.
Si kembar pun tak pernah rewel. Dan tak pernah susah dirawat. Dari bayi hingga berumur 5 tahun, Selalu baik, patuh dan penurut. Lilis bersyukur punya anak kembar yang baik.
Sambil memakan makanannya. Lilis memperhatikan anak-anaknya.
“Kenapa Mama?” Tanya Rafa sang Kakak.
“Tidak apa-apa sayang” jawab Lilis
“Bilang saja Mama. Mama mau kerja lagi ya. kami akan diam dirumah dengan baik.” Fatar sang adik menyahut. Mamanya memang punya kerjaan sambilan lain juga di cafe minuman selain direstoran.
“Bukan begitu anak-anak mama. Kalian sudah berusia 5 tahun. Sudah waktunya sekolah. Apa mau Mama sekolahkan? Masuk ke TK ya...” Lilis menatap kedua anaknya.
Rafa dan Fatar saling pandang.
“Kami tidak perlu sekolah Ma.” Jawab Rafa.
“Iya Ma. Nanti Mama makin lama pulangnya jika harus bekerja cari uang untuk kami sekolah” Tambah si Fatar juga.
Lilis bengong menatap kedua anaknya. Dia heran. Kenapa anak-anaknya bijak sekali. Umur 5 tahun sudah lancar ngomongnya. Saat umur 9 bulan sudah mulai belajar jalan. Umur setahun sudah pandai jalan. Dua tahun sudah lari-lari. Tiga tahun mulai belajar ngomong. Dan sekarang lima tahun seperti semuanya sudah bisa. Terkadang anak-anaknya sangat bijak. Lilis terkadang berpikir anak-anaknya seakan berpikiran seperti orang dewasa saja. Jika seumur mereka banyak anak-anak yang lasak dan susah diatur juga selalu minta perhatian Mamanya. Tapi anaknya sangat pintar dan mandiri. Padahal baru berusia 5 tahun.
“ya sudah habiskan makannya dulu ya. Masalah sekolah nanti kita bicarakan ya... Habis itu beresin mainan dan tidur ya” Jawab Lilis sambil tersenyum.
“Ya Ma...” Jawab Rafa dan fatar. Mereka mulai kembali makan dengan lahapnya.
Selesai makan. Lilis mengajak anak-anaknya merapikan mainan yang berantakan lalu tidur. Dikiranya anaknya sudah tertidur. Ia pun bergeser dan mulai masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Rafa yang belum tidur kembali membuka matanya. Ia memanggil Fatar.
“Fatar...”
“Iya Kak” Jawab fatar.
“Kasian Mama.” Kata Rafa.
“Kenapa?” Fatar bertanya.
“Mama pasti sedang memikirkan biaya untuk kita sekolah. Sebaiknya gimana?” terdengarlah bisik-bisik Rafa dan Fatar. Kedua bocah sedang berbicara.
“Sepertinya begitu. Sebaiknya kita tidak usah sekolah. Biaya hidup bertiga saja Mama sudah sampai dua pekerjaan. Kalau ditambah kita sekolah. Pasti Mama cari kerja lagi.”
“Tapi apa kau tidak mau sekolah?” Tanya Rafa.
“Aku Ingin... tapi...”
“Kita cari Papa saja gimana? Biar bantu Mama rawat Kita...”
“Bagaimana cari Papa... Mama tidak pernah cerita tentang Papa.”
“Oh iya. Bener juga. Tidak mungkin juga mintak tolong tante Tania. Mama pasti tidak setuju.”
“Apa lagi Om Dimas. Mama mana mau juga.”
“Iya. Karena Mama gak mau merepotkan Om Dimas dan Tante Tania.” Si kembar sudah lama kenal dengan Dimas dan Tania juga. Karena sering main kerumah Lilis untuk melihat si kembar.
“Lalu Bagimana???”
“Kita Hipnotis Mama yuk... Biar bisa tanya-tanya tentang Papa?”
“Gila. Belajar dimana hal kayak gitu?”
“Lihat di TV terus coba cari buku Hipnotis”
“Kebanyakan Nonton TV lah... Logika sedikit”
“Dicoba dulu kek... ini aku sempat browsing di internet... cara menghipnotis.” Si kecil mengambil HP mama nya dan mencoba melihat informasi dari internet.
“Secepat itu... Wow” jawab kembarannya.
Tiba-tiba Mamanya muncul.
“Hey... Kalian berdua kenapa belum tidur??? Lagi bahas apa?” Tanya Lilis kepada kedua anak kembarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 138 Episodes
Comments
AYU DANI
apa kbar keluarganya tunangan sm bpaknya anak" thor ga krasa dah 5tahun aj emang nya g pd nyariin apa
2021-09-24
3
𝓡𝓐𝓣𝓨 𝓣𝓮𝓻𝓪𝓳𝓲𝓷 𝓝𝓣
semangat aku dah mampir bom like juga meluncur, jangan lupa mampir juga ya😉
2021-09-01
1
Lovely
Oke, mulai asik
2021-09-01
1