Bab 2.
“Mulai sekarang kau diam di dalam Kamar saja. Jangan pernah untuk keluar lagi. Dengar itu Lilis.” Bentak ayahnya. Lalu bangkit dan beranjak pergi meninggalkan kamar Lilis.
“Sabar ya Putri ku. Papa mungkin sedang kecewa. Berilah ia waktu. Sekarang istirahatlah di kamar mu Lis.” Ibunya mencoba menenangkan Lilis.
“Iya Ma.” Lilis hanya menurut.
Ibu nya pun beranjak pergi dan keluar dari kamar Lilis.
Di Ruang lain. Ibu Wenny tergesa-gesa berjalan dan masuk ke kamar Wenny.
“Wen... kamu tau apa yang baru saja Mama dengar..”
“Nggak Ma... emangnya apaan?”
“Lilis, Papanya dan Mamanya sedang berbicara di dalam kamar Lilis. Karena Nampak aneh. Mama dekatin dan coba nguping. Kamu tau apa yang mama dengar...” Hesti Hartono, Ibu kandungnya Wenny mulai mengatakan apa yang di dengarnya.
“Apa sih Ma... cepatan katakan?” Wenny mulai tak sabar ingin mendengar berita apa yang diketahui Ibunya.
“Lilis diperkosa....” Senyum jahat terlihat diwajah Hesti Hartono.
“Apa? Serius Ma?” Wenny seakan mendengar berita yang menghebohkan.
“Tentu saja, Bukankah ini kesempatan bagus untuk mu mengambil hati Om Bram... Dan mengambil posisi Lilis..” Hesti Hartono memandang Putrinya.
“Mama.. Untuk ambil hati Om Bram itu bisa kulakukan tapi menggantikan Lilis itu tak mungkin Ma...”
“Tentu saja bisa. Dengan cara bertunangan dengan Panji. Dengan kondisi Lilis. Mana ada lelaki manapun yang sudi menerimanya lagi. Walau dia cantik pun tapi sudah tercela dan tak suci lagi...” Senyum ibunya ke putrinya.
“Hhhmmm... Aku mengerti maksud Mama.. Kita akan hancurkan Lilis. Aku akan menggantikan posisi Lilis selamanya.” Wenny dari kecil sudah cemburu dengan Lilis. Dia tidak suka Lilis. Lilis Putri satu-satunya dari Om Bram dan pewaris satu-satunya. Semuanya dimiliki oleh Lilis yang tak dimiliki Wenny. Jadi ini kesempatan bagus untuk mengambil semuanya dari Lilis.
“Bagus Putriku... Kau memang cerdas” Hesti Hartono saudara angkat dari Bram Hartono. Keluarga Hartono tidak punya saudara atau sanak keluarga yang lainnya. Hesti Hartono diangkat/di adopsi dari panti asuhan lalu dijadikan saudara angkatnya Bram hartono oleh Kakek dan Nenek keluarga Hartono. Meninggalnya Kakek dan Nenek Lilis, semua harta warisan ditinggalkan kepada anak kandungnya yaitu Bram Hartono.
Hesti Hartono sangat sakit hati karena ternyata orang tua angkatnya tidak meninggalkan harta warisan apapun kepadanya. Ia sadar, kalau ia hanya anak angkat tapi kenapa mereka tidak menganggap nya. Sehingga ia sangat sakit hati dan membenci keluarga Hartono.
Hesti hartono pun menikah dengan Bambang Herlambang seorang pengusaha yang cukup sukses. Setelah menikah, lahirlah Wenny Herlambang. Awalnya semua baik-baik saja, tapi kemudian Bambang Herlambang jatuh bangkrut dan kena serangan jantung hingga meninggal. Mereka mengetahui dibalik kematian suaminya gara-gara kalah tender. Kekalahannya disebabkan Tander tersebut dimenangkan oleh Bram Hartono. Pukulan berat bagi Bambang Herlambang yang jatuh bangkrut hingga akhirnya meninggal. Hesti Hartono yang ditinggal mati oleh suami nya jadi jatuh miskin. Karena kemiskinan dan tak punya apa pun, Hesti meminta belas kasihan pada Bram Hartono. Bram Hartono yang masih menganggap nya saudara pun menerima nya. Hingga akhir nya Hesti dan Putrinya dapat tinggal dirumah Mewah nya. Dan Hesti pun mencari kesempatan untuk membalaskan dendamnya. Ia berfikir mungkin sekarang saatnya dimulai. Kesempatan ini tak boleh di sia-siakannya.
“Jadi Putriku mulai sekarang kita harus menjalankan niat balas dendam kita” Kata sang Ibunya yaitu Hesti Hartono.
“Baik Ma...” Wenny tersenyum licik.
Sebulan telah berlalu.
DiDalam kamar Lilis masih mengurung diri. Ia tak diperbolehkan kemana pun. Rencananya ia akan bekerja setelah lulus kuliah, namun sekarang Ia hanya bisa mengurung diri dikamarnya.
Lilis merasa pagi ini perutnya seakan mual... Kemudian dia teringat. Bulan ini belum datang bulan. Ada rasa khawatir di hatinya. Ia pun muntah-muntah di toilet.
Pintu diketuk dan Ibunya masuk membawa sarapan.
“Pagi Sayang. Ini Mama bawakan sarapan.”
“Iya Ma.” Lilis menerima nampan makanannya. Tapi saat baru memegang nampannya, perut Lilis mual kembali. Ia muntah-muntah kembali di toilet.
“Kenapa Lis? Gak enak badan ya? Mama panggilkan dokter ya..” Mamanya berjalan keluar dan ingin menelpon dokter kepercayaan dari keluarga Hartono.
“Jangan Ma...” Lilis ingin mencegah tapi Ibunya sudah keluar dari kamarnya. Ia hanya bisa terduduk lemas di kamar mandi. Lalu mulai menangis.
Tak lama kemudian datang seorang dokter. Ibunya membawa ke kamar Lilis. Saat ini Lilis sudah terbaring di ranjangnya. Ia terlihat lemas. Dokter datang memeriksa. Setelah diperiksa dan mencoba memeriksa sekali lagi akhirnya dokter bertanya.
“Maaf Nona Lilis... Apa anda sudah telat datang bulan?” Dokter bertanya.
“...” Lilis tak bisa berkata apa-apa.
“Baiklah. Ini alat tespek. Cobalah dicek dengan ini. Jika kurang pasti bisa ke dokter kandungan” Dokter berkata kembali.
“Apa dok... Apa kata anda?” Ibu Lilis Nampak syok. Ia paham betul apa maksud si dokter.
“Sepertinya Putri Nyonya sedang hamil. Untuk lebih jelas bisa diperiksa dengan tespek ini atau diperiksakan ke dokter kandungan. Agar diketahui berapa usia kandungannya. Tapi bukankah Nona Lilis belum menikah? Lalu bagaimana bisa...?” Dokter tak jadi melanjutkan. Ia hanya menyerahkan alat tespek ke Nyonya Hartono. Kemudian Dokter pamit pulang.
Kini diruang itu hanya ada Ibunya dan Lilis.
“Lis.. Apakah? Apakah? Kau sedang hamil..?” Ibunya Nampak ragu menanyakan. Ia ingat kalau putrinya sudah diperkosa. Apa karena itu sekarang putrinya hamil... ya ampun cobaan apa lagi ini.
Lilis hanya menangis. Namun tiba-tiba terdengar suara ayahnya.
“Apa!! Hamil!!” Bram Hartono syok sekali, baru sebulan lalu ia kaget dengan lilis yang diperkosa sekarang malah hamil.
“Papa... Maafkan aku.” Lilis menangis kembali.
“Cepat periksa dengan ini” kata sang ayah, mengambil alat tespek dari tangan istri nya.
“Tapi Pa...”
“Cepat...” Bentak ayahnya.
Ayah menunggu di luar kamar mandi dengan perasaan gelisah. Ibunya pun sama.
Lilis keluar dari kamar mandi. Dan ayahnya segera mendekat.
Ayahnya segera mengambil alat tespek ditangan Lilis dan betapa terkejutnya sang ayah seperti tersambar petir rasanya. Ia terduduk lemas. Ibunya pun ikut melihat dan mulai menangis. Dua garis muncul. Pertanda Lilis memang Hamil.
“Enggak. Ini gak boleh terjadi dengan keluarga Hartono. Gugurkan segera kandungan mu Lis... Janin mu pasti masih kecil. Masih bisa kita gugurkan.” Pinta sang Ayah yang pikirannya sudah kacau.
“Apa Pa?” Lilis seakan tak percaya dengan yang didengarnya.
“Kita gugurkan saja sekarang. Ayo kerumah sakit dan gugurkan” Ajak ayah nya.
“Nggak Pa... Lilis gak mau.” Lilis menolak. Bagaimanapun ini adalah anaknya. Walau hasil pemerkosaan dan tak tahu siapa pelakunya tapi sekarang janin itu sudah ada di rahimnya. Ia tak tega membunuh janin tersebut.
“Apa kau bilang Lis... Enggak? Putri dari Bram Hartono Hamil tanpa suami. Dan tak jelas siapa yang menghamili. Bagaimana mungkin itu. Itu akan mencoreng nama baik keluarga kita Lis... Dan nanti apa kata keluarga Panji, calon tunanganmu Lis. Mereka pasti sulit menerimanya.” Bentak sang ayah sudah sangat marah.
“Nggak Pa... Pokoknya enggak.”
“Kalau begitu kau bukan lagi Putri ku. Pergi dari rumah ini. Keluar dari keluarga Hartono.” Bentak Bram Hartono ke Putrinya.
“Papa...” Lilis menangis kembali.
“Pergi ku bilang. Jangan pernah kau injak kakimu di rumah ini lagi. Pergi...!!!” Bram sama sekali tak mau melihat Lilis.
Sakit dan hancur rasanya Lilis. Ia memandang ke ayah dan Ibunya. Ibunya hanya bisa menangis sedangkan sang ayah membuang muka. Lilis mengemasi pakaiannya dan beberapa barangnya. Ia membawa koper besarnya. Kemudian melihat ke orang tuanya untuk terakhir kali.
“Mama... Papa... Maafkan Lilis.” Lilis pun pergi keluar.
“Lilis... jangan pergi” Ibunya hendak mengejar. Tapi ayahnya melarang.
“Kalau kau mengejarnya maka kau pun bukan istriku lagi. Paham itu.” Bram memang sangat keras. Ajeng Ayu Hartono hanya bisa menatap kepergian sang putri.
Di dekat pintu kamar, Hesti dan Wenny sudah mendengar semuanya. Mereka hanya menatap Lilis yang terus berjalan keluar.
“Wen... lihat Tuan Putri sudah diusir. Peran mu sudah bisa dimainkan” Kata Hesti kepada Putrinya.
“Tentu Ma...” Wenny tersenyum melihat keluarga Hartono hancur.
Semenjak keluar dari rumah keluarga Hartono, Lilis tak punya fasilitas apa pun. Ia mencari kontrakan rumah kecil-kecilan dengan harga murah. Cukuplah satu kamar tidur. Satu ruang tamu. Satu ruang dapur kecil dan kamar mandi di dalamnya. Walau kecil dan sederhana tapi tak apa baginya. Baginya ini sudah lebih dari cukup. Kecil, sederhana dan murah.
Ia melihat isi kopernya. Beberapa pakaian dan alat make up sederhana. Ia baru sadar kalau ia tak punya HP lagi. Kartu ATM dan uang pun tak ada. Cuma ada buku tabungannya. Dilihatnya isi tabungannya. Bagaimanapun ia adalah anak yang hemat. Semua uang dan fasilitasnya tak pernah dipakainya dengan boros. Dilihatnya tabungannya di buku tabungan itu sepertinya lumayan banyak. Ia akan mulai membayar untuk sewa rumah kontrakannya untuk satu tahun. Lalu mempersiapkan keperluan sehari-hari dan biaya melahirkan. Bagaimana pun tak bisa mengandalkan tabungannya saja. Karena nanti pasti habis. Jadi dia harus mulai cari pekerjaan. Ia harus memikirkan apa yang harus dilakukan nya nanti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 138 Episodes
Comments
Anisatul Azizah
domoet siapakah yg tertinggal dan ditemukan Fatar??? jangan2 punya Wenny
2021-10-08
1
AYU DANI
hah emang udah biasa kalo nolongin orang pasti ujung" nya yg d tolong ga tau diri...
2021-09-24
4
Aquilaliza
Semangat kak💪. Jangan lupa mampir ya. 😊
2021-08-19
4