Demi Masa Depan

WARNING :

CERITA INI SEDANG DALAM PROSES REVISI YA. BEBERAPA PART KE BELAKANG AKAN BERBEDA

...****...

NOBIS

Chap 2

Krystal berjalan mantap dengan wajah merengut sebal. Penolakan Kai barusan membuatnya patah semangat. Masa ia harus merelakan kesempatan bagus ini begitu saja? Biaya kuliah gratis. Kan tidak selamanya dia bisa mendapatkan ini. Krystal terus menggerutu dalam hati hingga tanpa sadar ia telah tiba di depan ruangan kepala sekolah.

Beberapa menit yang lalu ada seorang siswa yang datang ke kelasnya dan mengatakan jika dirinya dipanggil ke ruangan kepala sekolah. Maka, di sinilah Krystal sekarang, sedang mengetuk pelan pintu berwarna coklat itu dan perlahan masuk ke dalam setelah mendapat izin.

Dari ambang pintu dia bisa melihat pak Darma sedang duduk berhadapan dengan seorang wanita tua yang berumur kira-kira pertengahan 60 tahun. Pak Darma tersenyum saat melihat Krystal. Beliau menyuruhnya masuk dan duduk di kursi tengah.

"Ini loh, Bu, Krystal yang saya ceritakan itu."

Krystal terkesiap saat mendengar ucapan pak Darma. Namanya baru saja disebut, bukan hal aneh memang, tapi terasa aneh saat pak Darma menyebutkan namanya di depan bapak tua yang tidak dia ketahui siapa sebelumnya.

"Krystal, perkenalkan ini Bu Yolanda, Ibu Pemilik Coex Store, penyumbang dana terbesar di sekolah setiap tahunnya." Reflek Krystal langsung menatap ke arah wanita tua itu yang terlihat lebih muda dari umurnya. Ia lalu mencium tangannya.

"Apa kabar Krystal?" tanya Ibu Yolanda lembut seraya menatap Krystal penuh senyuman.

"Baik, Bu." Ia tersenyum kaku, merasa sungkan pada wanita tua yang terlihat hangat dan baik, yang Krystal yakini juga sebagai Omanya Kaisar.

"Gimana Kai? Dia mau belajar sama kamu?"

Krystal sedikit bingung untuk menjawabnya. Jika dilihat-lihat, Ibu Yolanda ini sangat berbeda dengan Kaisar, sangat jauh. Suaranya lembut dan menenangkan, berbeda dengan Kai yang selalu memancarkan aura menakutkan.

"Saya udah bicara sama Kai, tapi ... dia gak mau, Bu."

Tidak ada keterkejutan sama sekali di wajah Ibu Yolanda. Wanita itu hanya menggeleng-gelengkan kepala pelan, dan Krystal yakin, beliau sudah terbiasa dengan kelakuan cucu satu-satunya itu.

"Kamu mau kan usaha bujuk anak itu?" Nada suaranya terdengar pelan dan penuh permohonan.

Mendengar itu, Krystal tersenyum kecil. "Saya akan coba, Bu."

"Terima kasih, Nak. Saya minta tolong sekali sama kamu." Krystal tersentak saat merasakan genggaman lembut pada tangannya. "Kai memang sedikit galak, tapi dia anak yang baik kok."

Dalam hati Krystal meringis. Betapa beruntungnya Kai memiliki Oma seperti Ibu Yolanda ini. Lembut, perhatian, dan sangat memikirkan masa depan cucunya. Siapapun yang menjadi cucunya pasti akan sangat beruntung.

"Harapan saya cuma kamu," Ibu Yolanda menjeda ucapannya sebentar. "Saya sudah tidak tahu lagi bagaimana caranya meminta anak itu untuk belajar. Kai sangat keras kepala, mirip seperti ayahnya."

Ada sedikit perasaan takut. Jika dengan Omanya saja Kai bisa seperti itu, apalagi dengan Krystal yang hanya seorang anak beasiswa. Namun, Krystal tidak boleh patah semangat, Ibu Yolanda benar-benar baik, dan wanita tua itu sangat berharap dengannya. "Saya usahain, Bu. Saya juga yakin Kai bisa memperbaiki nilai-nilai sekolahnya."

"Apa pun akan saya berikan, saya akan memberikan kamu hadiah. Kuliah di Universitas impian kamu, di luar Negri atau dalam Negri, apa pun itu kalo Kai bisa merubah nilai-nilai sekolahnya."

Tangan Krystal mengibas pelan sambil memberikan gelengan kecil. "Jangan seperti ini, Bu, saya pasti akan bantu Kai." Ia menyengir.

Ibu Yolanda menepuk-nepuk punggung tangannya lembut. "Pak Darma gak salah pilih kamu," ujarnya sembari melirik Pak Darma. "Terima kasih, Krystal, terima kasih. Saya banyak berharap sama kamu."

"Saya yang harusnya bilang makasih karena Ibu mau biayain kuliah saya."

"Kamu pantas dapat itu." Ibu Yolanda tersenyum, sungguh jika dilihat-lihat, mereka berdua memang berbeda, Kai bagaikan iblis dan Omanya bagaikan malaikat.

"Panggil Oma saja, biar sama seperti Kai. Biar kita bisa lebih dekat."

Krystal menyengir kaku. Sungguh, untuk pertama kalinya dia benar-benar menginginkan berada di posisi orang lain. Krystal tidak pernah berpikiran untuk memiliki keluarga lengkap, hidup bersama adik-adik panti asuhan dan Bunda saja rasanya sudah membuatnya bahagia. Tapi, kali ini Krystal merasa sangat iri dengan Kaisar, cowok itu memiliki Oma yang baik dan berhati malaikat. Entah mengapa sifat seperti itu tidak melekat sedikit pun pada sosok Kaisar.

"Iya ... Oma."

• • •

Bel jam istirahat berbunyi, ini waktu yang pas untuk Krystal bertemu dengan Kai. Walaupun masih ada rasa kurang yakin untuk membicarakan ini dengan Kai, tapi Krystal tidak punya pilihan lain, ini demi masa depannya dan juga Oma Yolanda yang sudah dia anggap seperti Omanya sendiri. Wanita berhati malaikat yang sudah berbaik hati mau menanggung semua biaya sekolahnya.

Krystal melangkahkan kaki di sepanjang koridor kelas, tujuannya saat ini adalah lapangan basket di sekolah. Tempat yang sering Kai gunakan untuk menghabiskan waktunya bersama teman-teman saat jam istirahat. Jika Kai sudah berada di tengah lapangan basket, pasti seluruh murid perempuan langsung bergerombol berdiri di pingir lapangan hanya untuk melihat Kai.

Benar saja dugaan Krystal, dari jarak sejauh ini dia sudah melihat Kai yang sedang bermain basket dengan Chandra, Bara, dan Sean. Lalu perhatiannya jatuh pada semua murid perempuan yang berada di pinggir lapangan.

"Kenapa harus serame ini sih?" Krystal bergumam gugup, bibirnya digigit pelan.

Semoga saja si manusia iblis itu dalam kondisi hati yang baik.

Menghembuskan napas pelan, perlahan Krystal mendekati keempat cowok itu. Kembali membuang napasnya berulang-ulang guna mencari keyakinan yang sempat menghilang.

"Oke, kali ini saya harus pastiin Kai gak punya pilihan lain selain mau belajar sama saya." Mata Krystal tertuju pada satu objek di depan sana, yaitu tubuh atletis Kai.

Cowok itu begitu terlihat mempesona dengan seragam yang sudah dikeluarkan dan dua kancing teratasnya dibuka, lalu keringat yang membanjiri dahi Kai perlahan turun menuju lehernya.

Dia tampan. Wajar banyak murid perempuan di sekolah yang bertekuk lutut di depannya, bahkan sebagian dari mereka rela memberikan mahkota pertamanya untuk Kai.

"Selamat siang ..." Krystal menarik bibirnya lebar, hingga memamerkan deretan giginya yang putih. "Bisa bicara sebentar?"

Kai berhenti tiba-tiba saat Krystal sudah berdiri tidak jauh dari tempatnya. Sorot mata tajam dan menakutkan dari cowok itu kini bisa Krystal lihat. Dia merasa terganggu dengan kehadiran cewek itu di tengah-tengah lapangan.

"Siapa sih ni cewek?" tanya Kai dengan raut tidak suka.

Bara menimpali, "gebetannya Chandra kali."

"Buruan deh suruh cabut, ganggu, ******!" sungut Kai.

Chandra merengut mendengar tuduhan itu. "Kapan gue punya gebetan?" sahutnya tidak terima, lalu beralih mentap Krystal. "Tapi kayak pernah lihat gue," tambahnya.

"Lo Krystal, kan? Cewek yang tadi pagi ngajakin Kai belajar bareng?" Sean menimpali.

Tercengang. Bukan hanya ketiga cowok lainnya yang menoleh terkejut karena Sean mampu mengingat nama murid cupu di sekolah mereka, Krystal yang sejak beberapa menit lalu berdiri di depan mereka pun tersentak lantas menoleh ke arah Sean.

Cewek itu mengerjap kaget saat namanya disebut. Ini kejadian yang sangat langka, untuk bisa diingat oleh teman sekelasnya saja, Krystal sudah merasa bersyukur, tapi ini Sean? Sean mengingatnya, Sean menyebut namanya.

"Woi!" Teriakan Kai sontak menghancurkan bunga-bunga yang bersarang di hati Krystal begitu saja. "Mau ngapain lo?"

Kembali, perhatiannya kini beralih pada Kai. Memang tujuan awal Krystal adalah bertemu dengannya, maka untuk itulah dia berdiri di sini, menatap tanpa takut ke arah cowok itu.

"Saya masih mau ngajak kamu belajar bareng!"

"Pfftt..." Sean, Bara, dan Chandra menutup mulutnya untuk menahan tawa mereka yang sebentar lagi akan pecah.

"Masih lanjut, brew," seloroh Sean yang diangguki oleh Chandra dan Bara.

Kai mendengus, mendelik ke arah tiga temannya yang sedang asik meledek. Ini tidak bisa dibiarkan, cewek di depannya ini sudah melewati batasnya. Tidak ada yang bisa memaksa seorang Kaisar untuk melakukan apa yang tidak dia sukai, apalagi itu di lakukan oleh gadis aneh seperti Krystal.

"Heh!" Kai berjalan ke arah Krystal dengan seringai di wajahnya. "Lo nggak denger apa tolol sih! Tadi pagi kan gue udah bilang, gue nggak mau!"

"Tapi ini harus!" Kata cewek itu tidak mau kalah. "Oma kamu sendiri yang minta ke saya."

"Oma gue kan yang nyuruh? Lo belajar aja sana sama dia."

Chandra dan Bara tergelak di belakang Kai, lalu Sean tersenyum lucu. Sementara itu, seakan tidak terpengaruh oleh ketiga cowok itu, Krystal malah memilih untuk memajukan tubuhnya, berhadapan dengan Kai dalam jarak dekat.

"Kamu tuh!" sabar, Krys, sabar! Demi beasiswa. "Kamu tuh gak sopan bilang kayak gitu."

"Bodo amat!" kata Kai santai sambil mendribbel bola di tangannya.

"Ini demi kebaikan kamu."

"Gue udah baik dari lahir."

Krystal benar-benar kehabisan akal untuk membujuk Kai. Jika ada wujud yang lebih buruk dari iblis, mungkin wujud itu yang mampu mewakili sifat Kai hari ini.

"Baik apanya?" gerutu Krystal tanpa sadar, dan itu masih didengar oleh Kai.

"Apa lo bilang?"

Gelagapan, Krystal segera menggeleng. "Ng—gak," kilahnya, bisa mampus di tangan iblis ini dia kalau salah bicara. "Gini aja deh, anggap kamu ngelakuin ini demi membantu orang lain. Oma kamu misalnya."

Kai menghentikan kegiatan mendribble bola, lalu menatap ke arah Krystal dengan tatapan yang sangat menakutkan.

"Gue gak peduli. Lo denger, gue nggak peduli sama siapa pun! Mending lo pergi dari sini, gue kasih kesempatan sebelum gue bener-bener marah."

Sebenarnya Krystal takut, tapi dibanding harus kehilangan uang bulanan yang sudah ditawarkan, lebih baik ia mati di tangan Kai saat ini. "Saya nggak mau!" tukasnya dengan dagu terangkat tinggi, benar-benar menantang.

Sontak hal itu menyulut tawa Chandra dan Sean lebih keras, dan gelak tawa dari kedua temannya itu memancing amarah Kai lebih besar lagi.

"Lo bener-bener mau cari masalah sama gue!"

Krystal menggeleng lagi dengan tatapan polos. "Saya mending cari uang deh. Lagian cuma belajar aja kok, susah banget, sih?"

Kai benar-benar sudah kehilangan kesabarannya. Jika semua gadis di sekolah ini selalu mengikuti apa yang ia katakan, berbeda dengan cewek yang berdiri di depannya ini tanpa rasa takut. Dia selalu membantah ucapan Kai.

"Gue gak butuh orang lain, apalagi buat ngatur-ngatur gue!"

Krystal mencibir. "Siapa yang mau ngatur-ngatur? Saya cuma mau bantuin kamu, biar nilai sekolah kamu gak di bawah rata-rata."

"Apa pun alasan lo, gue tetep nggak mau! Itu udah jelas banget ya!"

Krystal terlihat bingung, dahinya mengkerut. "Kenapa sih belajar aja gak mau?"

"Bukan urusan lo!" Kai mendengus kesal.

"Urusan saya, karena saya yang disuruh."

Kai menatap mata Krystal dengan seringai yang sangat menakutkan, seolah ingin menelan cewek itu bulat-bulat. Mungkin jika diteliti lebih jauh, raut muka Kai yang seperti ini lebih menyeramkan daripada saat dia berteriak marah.

"Oke. Gue akan terima permintaan lo untuk belajar. Tapi ...." Kai menggantungkan ucapannya, berjalan ke arah Krystal semakin dekat kemudian berbisik di telinganya. "Cium gue di tengah lapangan dan minta gue buat jadi pacar lo!"

• • •

hai . . . terima kasih sudah mampir. jangan lupa jadiin nobis sebagai cerita favorite kalian ya, dan tekan like serta berikan komentar . . .

jika suka dengan ceritanya, tolong beri rating lima bintang ya genksss . . .

love you all

❤ ❤ ❤

Terpopuler

Comments

Adriana uri doni

Adriana uri doni

seru kayanya.👍

2023-06-11

0

Bundanya Pandu Pharamadina

Bundanya Pandu Pharamadina

semangat Kristal bikin Kai bucin
👍❤

2023-06-05

0

on 🎧 ve

on 🎧 ve

Penolakan Kai untuk belajar bersama Krystal...membuat peluang beasiswa kuliah Krystal nanti hilang 😢

2022-08-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!