Pertemuan

WARNING :

CERITA INI SEDANG DALAM PROSES REVISI YA. BEBERAPA PART KE BELAKANG AKAN BERBEDA

...****...

NOBIS

Chap 1

Krystal menelungkupkan wajahnya ke atas meja sembari menarik napas dalam-dalam. Permintaan Pak Darma tadi sedikit mengganggu pikirannya, tapi tidak membuatnya menyesal. Bagi Krystal tidak masalah siapapun yang akan dia bimbing, selama dia bisa melanjutkan sekolah setelah lulus nanti.

Krystal memang tidak begitu mengenal Kai. Tapi bukan berarti dia tidak tahu bagaimana track record cowok itu selama di sekolah. Kai sangat membenci orang lain yang ikut campur masalah pribadinya, Kai juga tidak segan-segan membuat orang tersebut kesulitan, atau lebih parahnya lagi, Kai akan memakai kekerasan untuk menyalurkan rasa tidak sukanya.

Contohnya pagi ini, menurut gosip yang beredar, Kai baru saja memukul seorang murid laki-laki di lorong kelas hanya karena murid tersebut tidak sengaja menumpahkan air ke atas seragam sekolahnya. Tidak ada satupun yang berani melerainya, jika pun ada, mereka sama saja seperti membunuh dirinya sendiri.

Mendapat perintah untuk mengajak Kai belajar tidak membuat Krystal takut, hanya saja ia merasa tidak yakin jika cowok itu akan dengan mudah menerima untuk diajak belajar..

"Kenapa lo?"

Krystal mengangkat kepalanya saat mendengar suara Luna. Cewek cantik dengan kulit cokelat itu menyodorkan sebotol air mineral ke arahnya.

"Gak apa-apa," jawab Krystal lalu mengambil botol itu. "Makasih, Lun."

"Tadi kenapa dipanggil Pak Darma?" tanya Luna lagi sambil mendaratkan tubuhnya di sebelah Krystal.

"Cuma disuruh bantu belajar."

"Bantu belajar?" ulang Luna dengan raut bingung.

Krystal mengangguk, membuka tutup botol itu dan meneguk isinya sedikit. "Iya."

"Bantu belajar siapa?"

"Kai."

Luna langsung menyemburkan air yang baru saja ia minum saat nama Kai terlontar dengan mulus dari bibir Krystal. Cewek itu bahkan hampir tersedak karena terlalu terkejut mendengar itu.

"K-kai?" ulangnya dengan mata melotot sambil menarik bahu Krystal memutar ke arahnya. Krystal hanya mengangguk santai merasa tidak terganggu dengan tatapan Luna. "I-ini Kaisar Wira Atmadja kan? Anaknya Kevin pemilik Coex Store?"

Krystal mengangguk lagi. Tidak ada keterkejutan di wajah gadis itu seolah-olah menjadi pembimbing Kai adalah hal yang sudah sering dia lakukan.

"Terus lo mau?"

"Mau."

"OH MAY GOD!!!" Luna berteriak nyaring, membuat Krystal mengernyit sembari menutup telinganya dengan kedua tangan.

Sementara itu, beberapa murid perempuan yang ada di kelas sontak menoleh ke arah mereka berdua. Tatapan nyalang dari mereka membuat Krystal tersenyum kaku dan meminta maaf.

"Jangan berisik dong!" ketus salah satu di antara mereka yang merasa terganggu.

Luna sontak menatap tidak suka pada cewek itu. Ia berdecak kesal, lalu melemparkan balasan yang tidak kalah galak, "ye! Kalo gak mau berisik di perpus aja sana. Ribet lo, gak pernah denger orang teriak apa!"

"Lun," sela Krystal memperingati.

"Ya lagian dia, gak tahu apa gue lagi kaget."

Krystal melemparkan senyuman penuh maaf lagi ke arah cewek tersebut. Dia kemudian mendelik kembali menatap Luna.

"Salah kamu juga lagian teriak-teriak."

"Gimana gue gak teriak, temen gue mau ngajakin penguasa kegelapan buat belajar. Lo tahu kan, gimana dia? Emang lo bisa bujuk si manusia iblis itu buat belajar? Guru-guru aja angkat tangan."

"Bisa kok, gak ada yang gak mungkin. Saya yakin Kai gak susah-susah banget kok disuruh belajarnya."

Mata Luna membelalak, dan napasnya tercekat dengan bibir terbuka lebar. Luna memang tidak akan pernah mengerti dengan isi kepala Krystal. Mengapa ia harus memiliki teman sepolos ini?

"Oh my Krystal!!! Semut di sekolah juga tahu gimana buasnya manusia iblis bernama Kaisar itu. Lo dengan entengnya bilang kalo dia gak susah-susah amat diajak belajar? Hellowwww? Lo masih ada di bumi kan, Krys."

Krystal tersenyum membalas tatapan terkejut dari Luna. "Kamu tuh gak boleh nilai orang kayak gitu, Lun. Saya kan belum coba tanya Kai, jadi kita belom tahu dia mau atau gak belajar sama saya."

"Ya pasti gak mau lah." Luna melengos gemas. Demi apa pun, kalau dia menjadi Krystal, Luna pasti akan menolak mentah-mentah permintaan itu. Jangankan menjadi pembimbing Kai, menjadi temannya saja Luna harus berpikir dua kali.

"Sok tahu kamu," balas Krystal terkekeh, "lagian, kalo saya bisa ajak Kaisar belajar, biaya sekolah saya akan ditanggung Ibu Yolanda."

"Lah, selama ini juga ditanggung, kan? Elo masih dapet beasiswa."

"Ini biaya sekolah setelah saya lulus, Lun. Jadi, Omanya Kaisar yang minta langsung dan kalo saya berhasil membuat nilai Kai di atas rata-rata, saya bisa kuliah gratis nanti."

Luna menggelengkan kepalanya. Takjub sekali. Di saat Luna dan murid perempuan lainnya di sekolah ini masih memusingkan PR matematika yang rumusnya melebihi kerumitan hati para jomblo, Krystal malah sudah melangkah jauh dengan memikirkan masa depannya.

"Gue kagum sih sama lo! Tapi bisa gak sih lo pikirin lagi. Ini Kai loh, Krys. Kai!!"

Masih dengan senyum di bibirnya, Krystal membalas, "mau siapapun, Lun. Saya gak masalah, pendidikan itu sangat penting buat saya. Kalo dipikir-pikir juga, gaji saya kerja gak perlu untuk biaya kuliah.

Luna menghela napas. Oke, apa pun itu yang bernama kebaikan, pasti tidak akan jauh-jauh dari Krystal. Gadis itu selalu memiliki pemikiran positif, entah untuk sesuatu yang buruk atau sangat buruk di mata orang lain. Baiklah, harusnya Luna belajar banyak dari Krystal.

"Terserah lo, gue cuma bisa berdoa semoga lo berhasil naklukin manusia iblis itu, dan semoga dia gak banyak nyusahin lo. Tapi inget, hati-hati sama pesona Kai, gak ada cewek yang mampu menolak kharismanya, duhh ... gue ngomong apa sih?"

Krystal terkekeh, "siap, Luna."

•••

Pagi itu, Krystal berjalan di koridor sekolah menuju lapangan basket untuk menemui Kai sesuai permintaan Pak Darma kemarin. Dia berulang kali menghembuskan napas pelan membuang perasaan gugup saat berbicara dengan Kai nanti. Seyakin apa pun dia, Krystal tetap butuh kekuatan karena tahu, Kai bukanlah cowok yang mudah untuk didekati.

Setelah melangkah cukup jauh dari kelasnya, mata Krystal akhirnya menangkap tubuh tegap Kai yang sedang duduk di bangku lapangan dengan ketiga temannya. Dia melihat beberapa kali Kai tersenyum, mungkin ini waktu yang tepat mengajaknya berbicara karena terlihat cowok itu sedang dalam mood yang baik.

"Hai," sapanya. "Selamat Pagi."

Mereka yang mendengar sapaan Krystal langsung serentak menoleh dengan wajah datar. Keempatnya menatap Krystal dari atas sampai bawah, seolah-olah merasa terganggu dengan kehadirannya.

"Mau apa lo?" tanya Sean, cowok dengan postur tubuh tinggi dan kulit putih yang nampak kontras pucat. Anak dari salah satu Mentri di Indonesia.

"Boleh bicara sebentar sama Kai?"

"Wahh, penggemar baru nih," sahut Chandra, si cowok tinggi dengan wajah tampan dan kuping lebarnya.

"Pagi-pagi udah dapet mangsa baru aja dia," timpal Bara—salah satu anak pemilik stasiun tv di Indonesia, yang membuat ketiga sahabat Kai tergelak.

Kai merengut, Krystal bisa melihat dengan jelas jika cowok itu sekarang menatapnya tidak suka. Mata Kai menghunus tajam ke arah Krystal. Jika dilihat lebih dekat, Kai memang memiliki mata yang indah, mungkin itu salah satu alasan mengapa semua gadis di sekolah ini sangat mudah terperangkap dalam pesonanya. Dan alasan lainnya karena Kai memang tampan.

Apa yang kamu pikirin, Krystal!

"Ada urusan apa lo?"

Krystal terhenyak, suara Kai yang serak namun terdengar tegas sedikit menakutkan. Sebisa mungkin gadis itu tetap menahan senyumnya.

Oke, jangan dilawan, dia si sumbu pendek.

"Kenalin, saya Krystal." Cewek itu tersenyum manis seraya menjulurkan tangannya. "Sebelas IPA 1."

Kai menatap tangan itu dengan sorot meremehkan, lalu menepis jabatan tangannya menjauh. "Bodo amat! Nggak penting, langsung aja ke intinya!" bentak Kai seraya berdiri dan maju selangkah untuk berdiri di depan Krystal.

"Pak Darma kemarin minta saya buat ngajakin kamu belajar bareng."

Alis Kai tertaut, dan itu semakin terlihat menyeramkan. "Buat apa?"

"Buat naikin nilai kamu. kamu disuruh belajar sama saya biar nilai kamu bisa menyamai nilai rata-rata di sekolah."

Bisa Kai dengar ketiga temannya tergelak kencang sembari bertepuk tangan mendengar kalimat yang terlontar dari cewek cupu di depannya.

Kai menggeram. "Gue gak mau! Bilang sama si kepala botak itu!"

Sontak dahi Krystal merengut. Si kepala botak, nama panggilan yang dibuat oleh Kai untuk kepala sekolah mereka, karena memang pria tua itu tidak memiliki rambut.

"Kenapa nggak mau?"

"Penting banget gue jelasin alesannya!" Kai kemudian maju selangkah mendekat. "Mending lo cabut dari sini sebelum gue hilang kesabaran!"

"Tapi—"

"Gue bilang nggak mau ya nggak mau! Udah sana lo pergi!"

Krystal terdiam. Dia tahu akan berakhir seperti ini, tapi bukan berarti dia bisa menyerah begitu saja. Krystal harus membuat Kai mau belajar bersamanya demi biaya kuliah gratis. Meskipun harus ditolak berulang-ulang oleh Kai, dia tidak boleh menyerah.

"Saya juga gak mau pergi!"

Kai terperangah dengan gadis di depannya, baru kali ini ada orang yang tidak takut dengan gertakannya. Lagi pula, siapa cewek belagu ini? Berani-beraninya menantang seorang Kaisar.

"Lo budek?"

"Enggak."

"Ya udah pergi sana!"

Sean, Bara, dan Chandra masih asik tertawa tanpa mau ikut bersuara. Melihat pemandangan di depan sana seolah menjadi tontonan asik yang sangat menegangkan yang tidak akan bisa terulang. Seorang Kaisar harus berhadapan dengan gadis beasiswa di sekolah.

"Saya gak akan pergi sampe kamu mau ikut belajar sama saya."

Kai berdecak sambil bertolak pinggang, menatap cewek di depannya nyeleneh. "Gue lagi gak mood ngeladenin cewek kayak lo! Berdiri aja lo di sini sampe besok! Gue gak peduli!" Lalu Kai membalikan badannya dan berlalu meninggalkan Krystal yang merengut sebal.

"Eh cewek," Sean melangkah mendekatinya, lalu menepuk bahu Krystal pelan seolah sedang menyemangati gadis itu. "Sabar ya ngadepin si manusia iblis."

•••

hai . . . terima kasih sudah mampir. jangan lupa jadiin nobis sebagai cerita favorite kalian ya, dan tekan like serta berikan komentar . . .

jika suka dengan ceritanya, tolong beri rating lima bintang ya genksss . . .

dan aku katakan sekali lagi, ini adalah based on/ terinspirasi dari Novel Invalidite karya Faradita.

love you all

❤ ❤ ❤

Terpopuler

Comments

Indarini Rini

Indarini Rini

kenal novel bagus ya ini,dulu pertama baca langsung jatuh cinta.ini udah kali keberapa aq baca

2024-05-25

1

Indarini Rini

Indarini Rini

baca lagi,biar si anna bisa narik duitnya🤭🤭🤭

2024-05-25

0

Bundanya Pandu Pharamadina

Bundanya Pandu Pharamadina

siap nyimak mpe tuntas

2023-06-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!