Nafa'S Story

Nafa'S Story

Awal mula

Kaynuna Nafasya. Gadis berumur 23 tahun yang sangat menyukai es krim dan makanan pedas. Nafa, itulah panggilan akrabnya. Nafa merupakan gadis yang lahir di Jakarta. Saat berusia 18 tahun Nafa memutuskan untuk tinggal di Bandung. Di sanalah semuanya bermula.

Nafa adalah seorang penulis terkenal. Banyak penggemar yang menganggap Nafa adalah definisi gadis yang mengagumkan. Bagaimana tidak? Selain hobi menulis, Nafa juga bisa memasak, cerdas, juga mandiri. Karya pertama yang ditulis Nafa berhasil membuat Nafa dipandang kagum khayalak ramai.

Selain itu, Nafa memiliki rambut kecoklatan sepunggung dan juga memiliki netra hitam. Kulitnya putih dan mempunyai senyuman secerah matahari. Nafa sukses membuat orang lain iri dengannya.

Beberapa karyanya yang lain pula ada yang di filmkan. Tulisan Nafa benar-benar bisa membuat pembaca merasa larut akan suasana yang di ciptakan.

Tetapi, dibalik senyum dan tawanya Nafa juga hanyalah gadis biasa. Latar belakang kehidupannya benar-benar bisa membuat orang lain iba. Di umurnya yang menginjak 5 tahun sang kakak telah meninggal dunia karena penyakit jantung. Nafa yang saat itu masih kecil hanya hidup dengan ayah dan juga ibunya. Tetapi, lagi-lagi cobaan tidak berhenti di situ.

Nafa harus merasakan kehilangan lagi sebab sang ibu meninggal dalam kecelakaan beruntun saat hendak pulang ke rumah. Nafa yang masih begitu kecil hanya mampu menangis dan bangkit sendiri meraba dunia yang kejam ini. Untung saja bibinya datang dan menerima dengan lapang dada untuk merawat Nafa dengan penuh kasih sayang. Sampai Nafa ada di titik ini itu juga semua berkat dukungan bibinya yang kini ia panggil dengan sebutan ibu. Bibinya tidak menikah sampai usia yang sudah bisa dibilang tidak muda lagi.

Drrt...drrttt...

Nafa yang tengah fokus mengetikkan naskah lantas menoleh pada ponselnya yang bergetar. Tertera nama sang Ibu di layar depan ponselnya. Nafa tersenyum lantas menjawab panggilan ibunya dengan semangat.

"Halo, apa kabar ibuku sayang!" seru Nafa dan dibalas kekehan lembut dari seberang sana.

"Kabar ibu baik. Bagaimana kabarmu? Apa kamu makan dengan baik? Apa kamu istirahat dengan cukup?"

Nafa terkekeh mendengar nada bicaranya ibunya yang tidak pernah berubah. Selalu saja bersemangat.

"Ibu, aku baik-baik saja. Aku juga makan banyak karena belakangan ini aku cukup sibuk. Ya, aku butuh makan untuk konsentrasi," balas Nafa .

"Syukurlah. Ibu sangat merindukanmu. Kapan kamu akan pulang? Ah, bagaimana suasana di sana?"

Nafa berdecak saat mendengar perkataan bibinya.

"Aku belum tau kapan akan pulang. Maaf, ya, bu karena aku sudah lama tidak pulang. Padahal aku sungguh merindukanmu."

"Tidak apa, ibu mengerti. Ah, iya kemarin itu Rangga datang ke rumah. Dia berkunjung dan kami banyak mengobrol tentangmu."

Nafa terdiam sejenak dan berusaha mengulas senyumnya saat nama itu terucap oleh sang bibi.

"Pantas saja telingaku terasa panas, ternyata kalian yang bergosip tentangku. Ah iya, ibu maaf aku sedang mengerjakan tulisanku. Aku tidak bisa mengobrol lebih lama. Ibu jaga kesehatan ya. Aku tutup, sampai nanti, Ibu."

Panggilan di tutup secara sepihak oleh Nafa. Gadis itu termenung sejenak sampai suara notifikasi pesan menyita perhatiannya.

Ibu Amira :

Luangkanlah waktumu sedikit untuk berbicara dengan Rangga. Dia merindukanmu. Ibu tau kamu sangat sibuk. Tapi, hubungan kalian sudah terlalu lama menjadi dingin. Ibu hanya tidak mau kalian berpisah. Ah, iya makanlah tepat waktu dan tidur lah dengan nyenyak.

Nafa tersenyum sejenak membacanya. Lebih tepatnya senyum sinis. Apa yang harus ia obrolkan dengan laki-laki itu? Nafa bahkan tidak sudi untuk mengingatnya. Namun, Nafa tetap mengetikkan pesan balas untuk bibinya.

To Ibu Amira :

Aku akan mematuhi perkataan mu tentang makan dan tidur, Bu. Tapi, soal Rangga, biarkan aku dan dia yang mengurusnya. Aku terkadang memang sulit untuk menghubunginya. Tapi, aku akan segera menelfonnya, Bu. Ibu tidak perlu terlalu khawatir.

Setelah mengirimkan balasan Nafa langsung mematikan daya ponselnya. Fokusnya kembali terpusat pada tulisannya yang bahkan belum selesai. Tapi, Nafa sudah tidak memiliki mood untuk saat ini. Jadi, gadis itu langsung keluar dari kamarnya untuk memasak mi instan.

Suasana rumah besar ini terasa begitu sunyi. Nafa berpikir rumah ini bahkan cocok untuk syuting film horor. Bahkan Nafa cocok jadi pemeran utama dengan karakter gadis penakut.

Sambil menunggu mi instannya matang, Nafa memperhatikan sekitarnya dengan seksama.

Mungkin mereka tidak pulang lagi malam ini - batin Nafa

Namun, Nafa dibuat terkejut seketika saat pintu kulkas tertutup dan hawa dingin menyeruak keluar. Sosok lelaki tinggi dengan rambut hitam lebat. Lelaki itu mengenakan kaos putih dan celana pendek.

"Apa kamu akan memakan itu untuk makan malam?" tanya lelaki itu yang berhasil membuat Nafa mengerjapkan matanya lalu mengangguk.

"Hentikan kebiasaan burukmu ini. Kak Jovi sudah memasak lauk untuk makan malam tadi. Kamu hanya perlu menghangatkannya saja," tegur lelaki itu.

"Aku sedang ingin makan ini. Lauknya akan ku makan bersama nasi nanti."

"Kamu akan bergadang?"

Nafa mengangguk dan mengisi air di gelas lalu di taruh di atas nampan bersama mi instan yang ada dalam mangkuk.

"Kakak akan menemanimu. Pergilah duluan, Kakak akan ke kamar sebentar untuk mengambil berkas-berkas."

Nafa mengangguk patuh lalu membawa nampan menuju kamarnya. Namun, sebelum itu Nafa berbalik sejenak dan langsung bertatapan dengan lekaki itu.

"Kapan kakak pulang?"

Lelaki itu berdecak sambil menaruh air dingin di gelas miliknya.

"Tadi sore. Kami bahkan memanggilmu untuk makan malam. Tapi, sepertinya telingamu tersumpal debu sampai tidak mendengar kami pulang," sindir lelaki itu. Nafa sontak saja tercengir lebar. Akibat terlalu fokus ia sampai tidak tau bahwa mereka sudah pulang.

"Maaf, Kak. Kalau begitu, dimana yang lain?"

"Mereka sudah tidur karena kelelahan. Sudah, sana makan makananmu. Kakak akan menyusul nanti."

Nafa mengangguk lalu kembali melangkah menuju kamarnya. Lelaki itu bernama Kelvin Halawa. Kelvin berumur 28 tahun dan merupakan seorang CEO di perusahan besar. Selain tampan, Kelvin juga laki-laki yang cerdas dan memiliki banyak keahlian.

Sukses di usia muda membuat Kelvin tentu diminati banyak kaum hawa. Kelvin sendiri merupakan anak tunggal. Orang tuanya menetap di Belanda setelah Kelvin lulus kuliah. Perusahan itu milik keluarga Halawa turun temurun.

Nafa memakan mi instannya di balkon kamar sambil memandangi langit malam. Udara yang terasa cukup dingin sangat cocok dengan hangatnya mi instan kuah yang tengah ia santap saat ini.

"Naf, Kakak pinjam charger ponselmu, ya," ucap Kelvin yang sudah berada di kamar Nafa sambil membawa beberapa berkas di tangannya.

"Iya, Kak. Ambil saja, di meja dekat sofa."

Lalu tak lama kemudian Kelvin datang dan duduk di kursi sebelah Nafa sambil membuka laptopnya. Kelvin mulai fokus pada pekerjaannya bersama hening yang menyelimuti mereka.

"Setelah ini kerjakan tulisanmu. Waktu begadangmu hanya sampai tengah malam saja. Setelah itu, kamu harus tidur," ujar Kelvin tiba-tiba yang membuat Nafa merengut.

"Tidak usah merengut begitu. Belakangan ini tidurmu tidak teratur. Jangan terlalu memaksakan dirimu sendiri. Paham?"

Nafa mengangguk lesu kemudian lanjut memakan mi instannya. Sampai detik terus berlalu. Mereka di selimuti hening dan sibuk dengan kegiatan masing-masing.

...••••••...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!