Pagi ini terjadi keributan di rumah besar itu. Pelaku utamanya adalah Nathan dan Kenzo yang kekeuh melarang Nafa untuk melanjutkan pekerjaannya, yaitu membungkus dan mengirimkan paket pesanan pelanggannya.
Sementara yang lainnya hanya mampu menghela nafas sembari memperhatikan suasana yang tampaknya tidak akan berakhir begitu saja.
"Seratus paket, ah tidak. Maksudku, seratus dua puluh paket untuk dikemas. Kamu baru saja istirahat dan ingin langsung kerja berat?" tanya Kenzo tidak habis pikir.
Nafa memutar bola matanya malas. Sungguh ia jengah dengan suasana ini.
"Kak, jangan berlebihan. Itu sedikit. Aku harus menyelesaikan semuanya hari ini," bujuk Nafa dengan raut memelas tapi Kenzo hanya menggeleng kuat.
"Istirahat saja. Paketmu biar kami yang bantu kemas," ujar Nathan akhirnya namun Nafa tetap tidak setuju. Hal itu membuat Nathan mengusak rambut sebal.
Jovi lantas menarik lembut lengan Nafa dan membawa gadis itu duduk di kursi. Lalu tanpa aba-aba yang lainnya juga melakukan hal yang sama.
"Kenapa menariknya duduk begitu?" tanya Nathan bingung.
"Kasihan dia melihat pertengkaran dua orang gila pagi-pagi. Nah, Nafa tunggu sebentar biar kami yang bawakan semua barang untuk di kemas. Kita kemas bersama saja biar cepat selesai," saran Jovi.
Untungnya ini adalah hari minggu jadi mereka bisa saja membantu Nafa untuk membungkus paket-paketnya. Tidak semuanya libur. Hanya saja sebagian mendapatkan jadwal siang.
Nafa membuka toko online yang cukup banyak peminatnya. Gadis itu mempunyai dua toko. Satu khusus novel. Satunya lagi berbagai macam sepatu, tas, dan aksesoris ponsel. Yang lagi ramai saat ini salah satunya case dengan bermacam model. Maka dari itu disinilah mereka. Sembari memakan cemilan mereka fokus mengikuti arahan Nafa.
Jovi, Kelvin, dan Leo mendapat bagian membungkus Novel-novel. Geo dan Rey membungkus sepatu dan case. Kenzo dan Nathan membungkus berbagai macam aksesori ponsel. Sementara Nafa sembari memperhatikan juga langsung menempelkan nama penerima di masing-masing paket.
"Kalau begini, siang ini paketnya sudah bisa dikirim," ujar Nafa senang dengan netra yang memperhatikan tabletnya dengan seksama.
"Bagus, biar setelah ini kamu bisa kembali istirahat," balas Kenzo yang membuat Nafa cemberut.
"Ah iya, ponselmu kakak bawa dulu ya untuk di perbaiki. Nanti kalau sudah selesai kakak kembalikan padamu," kata Geo.
Nafa yang semula masih fokus pada tablet kini memandang Geo dengan tatapan kaget.
"Ponselku sama kakak?" tanya Nafa memastikan.
"Iya, kemarin kakak temukan di kamarmu. Ponselnya tidak menyala saat dihidupkan," jelas Geo lagi.
"Nafa aja yang benerin, Kak," kata Nafa tiba-tiba. Mereka lantas memperhatikan raut Nafa yang tampak panik setelah ponselnya diungkit.
"Enggak apa. Nanti kalau sudah selesai pasti kakak kembalikan langsung padamu," ujar Geo yang tidak ingin dibantah.
Nafa akhirnya diam dan berusaha kembali fokus pada tabletnya. Jujur, Nafa jadi kepikiran tentang kejadian kemarin. Nafa tiba-tiba saja merasa gelisah jika semua berkas yang ada di ponselnya harus di hapus.
Satu yang Nafa takutkan, kalau ia juga harus kehilangan nomor Marisa. Beberapa gambar yang gadis itu kirim sangat penting untuk Nafa.
"Kak, kira-kira foto-foto Nafa yang di galeri bakalan hilang atau enggak?" tanya Nafa khawatir. Kenzo jelas tau bahwa Nafa khawatir. Khawatir pada satu hal selain foto.
"Enggak tau. Mungkin iya mungkin enggak. Apa ada berkas penting di sini?" tanya Geo.
"Kalau masalah foto-fotomu dan foto kita kan sudah kamu simpan juga di tablet ini," tutur Leo.
"Ah, iya ya. Nafa lupa," kekeh Nafa. Namun, hatinya berbohong dan berteriak kalau bukan foto itu yang ia maksud.
Rey dan yang lainnya juga memperhatikan ekspresi Nafa diam-diam. Kemudian mereka kembali fokus pada barang yang mereka pegang masing-masing.
Siangnya, Kenzo, Rey, Jovi, dan Geo pergi bekerja. Sebelum itu paket Nafa sudah dikirimkan semuanya dengan mobil. Kini tersisa Nafa, Leo, Kelvin, dan Nathan. Mereka berkumpul di ruang tengah dan memainkan game ludo yang ada di ponsel milik Nathan.
"Yang kalah harus traktir kita semua makan. Bagaimana?" usul Leo yang di angguki mereka semua.
"Tidak masalah. Karena, aku yang akan menang di permainan ini," ujar Nathan dengan menepuk dadanya bangga.
Nafa terkekeh melihatnya.
"Yasudah ayo pilih warnanya," ucap Nafa.
Nafa memilih warna merah, Leo memilih warna biru, Kelvin memilih warna hijau, dan Nathan memilih warna kuning. Suasana pun mulai berubah saat angka dadu mulai keluar satu-persatu.
"Hahahaha lihat, bagaimana dia bisa menang kalau bidaknya saja tidak keluar dari tadi," ujar Leo semangat sembari menertawai Nathan.
"Belum tentu kalian menang. Aku hanya memberikan kesempatan saja pada kalian," elak Nathan.
"Nafa bahkan sudah masuk satu bidak, Kak. Kakak kapan menyusul kami?" tanya Nafa dengan ekspresi lucu. Jelas sekali gadis itu tengah menggoda Nathan yang tampak frustasi.
"Aishh, hari ini aku sangat tidak beruntung," keluh Nathan seraya menatap miris permainan yang ada di ponsel.
Waktu terus berlalu dan akhirnya Nafa menang disusul oleh Kelvin, Leo, dan terakhir Nathan. Ekspresi Nathan benar-benat berhasil membuat mereka tertawa keras.
"Aisss, nanti malam aku akan makan enak," ujar Leo sembari membayangkan banyak makanan di benaknya.
"Aku akan kenyang sampai tertidur," timpal Kelvin.
"Aku akan bangkrut," ucap Nathan miris.
"Nafa bakal mesen yang murah kok, Kak," timpal Nafa berusaha menghibur Nathan.
Tentu saja Nathan menggeleng keras atas perkataan Nafa.
"Kalau Nafa yang pesan tidak masalah mau mahal sekalipun. Tapi, lihat mereka! Mereka orang kaya tapi kelakuan seperti orang tidak punya!" hardik Nathan sembari memandang sengit Leo dan Kelvin yang tidak peduli akan perkataannya.
"Biar saja. Selagi ada yang gratis kenapa harus keluarin uang sendiri?" tanya Kelvin sembari tersenyum manis. Tentunya senyum meledek.
Nathan lantas melempar bantal sofa pada Kelvin yang langsung ditangkap oleh lelaki itu.
"Lempar saja bantal itu maka akan ku lempar pisau ke arahmu," ancam Kelvin yang membuat Nathan memasang senyum menyebalkan.
"Sudahlah, Nafa mau istirahat di kamar. Nafa masuk ke dalam duluan, ya, Kak."
Mereka kompak mengangguk. Kemudian Nafa bangkit dan berlalu menuju kamarnya yang sudah dibereskan oleh Geo dan Leo kemarin.
"Aku ingin membuat nasi goreng. Kalian mau?" tanya Kelvin.
Leo dan Nathan mengangguk. Mereka kemudian menuju dapur dan membantu Kelvin memasak nasi goreng. Lebih tepatnya Nathan merecoki Kelvin yang tengah memasak. Alhasil saat disuruh menaruh kecap Nathan menekan botol kecap terlalu kuat membuat kecapnya jatuh terlalu banyak.
Dan, disinilah mereka. Dia meja makan sembari memandang geli nasi goreng itu. Selain warnanya yang hitam mereka juga tertawa saat rasanya malah jadi pahit.
"Ide buruk membawa Nathan masak. Biarkan saja dia daripada masakanmu berantakan," ujar Kelvin miris.
...••••••...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments