Mawar

Selepas mencuci semua piring dan gelas kotor, Nafa dan Rey kini sudah ada di halaman belakang lengkap dengan peralatan untuk menanam bunga.

Geo membaca buku sembari sesekali memperhatikan gerak-gerik mereka dari kursi yang tidak jauh dari tempat menanam mawar. Sedangkan Leo baru saja datang dengan bibit mawar merah di tangannya.

"Ini bibitnya. Katanya kalau kita menanamnya pakai cinta bunganya pasti tumbuh dengan cantik," celetuk Leo yang membuat Geo tertawa.

"Yang menanam Nafa, tentu saja bunganya akan cantik. Semua bibit bunga itu akan berhasil tumbuh kalau dirawat dengan benar. Harus seimbang. Jangan hanya bermodal cinta," balas Geo yang di sambut tawa Nafa dan Rey.

"Sudahlah. Kemarikan bibitnya biar kita tanam," tukas Rey yang membuat Leo segera menghampiri mereka.

Selagi mereka bertiga sibuk menanam, Geo masuk ke dalam rumah untuk mengambil air dingin dan beberapa cemilan. Biasanya jika melakukan sesutu Nafa harus menyediakan cemilan.

Drrt... drrtt...

Perhatian Geo teralih saat sedang memotong buah pada ponsel yang tergeletak di atas meja makan. Geo mencuci tangannya sejenak sebelum mengambil ponsel itu.

"Nafa, ini ada yang nelfon, loh!" teriak Geo namun Nafa tidak juga menjawabnya.

Nomor tidak di kenal. Geo bertanya-tanya siapa yang menelfon Nafa saat ini. Dengan cepat Geo melangkah ke halaman belakang.

"Nafa, ponsel kamu ini bunyi daritadi," beritahu Geo yang membuat Nafa menatapnya lalu berjalan cepat ke arah Geo.

"Siapa, Kak?" tanya Nafa penasaran.

Geo hanya mengedikkan bahunya acuh.

"Engga tau. Engga ada namanya. Angkat aja, siapa tau penting."

Nafa mengangguk kemudian mengangkat panggilan tersebut.

"Halo?"

Tidak ada jawaban. Nafa memandang Geo yang juga tengah menatapnya seolah mengatakan ada apa?

"Ini aku, Marisa."

Tatapan Nafa berubah dingin. Lantas tanpa mengatakan apapun Nafa meninggalkan halaman belakang begitu saja. Sampai membuat Geo heran apalagi melihat ekspresi Nafa yang tampak tidak bersahabat.

Saat sudah sampai di kamar, Nafa segera mengunci pintu kamarnya. Lalu gadis itu berjalan ke arah sofa dan duduk di sana.

"Apa maumu? Darimana kamu mendapatkan nomorku?" tanya Nafa tidak suka.

"Ah, aku mendapatkan nomormu dari Naya. Jangan salahkan dia, aku yang memaksanya. Aku menghubungimu karena ingin mengatakan sesuatu padamu," ujar Marisa dari seberang sana.

"Kita tidak punya apapun untuk dibicarakan, Marisa. Setelah kamu memilih membela kekasihmu, aku tidak mempunyai hubungan sepupu apapun lagi denganmu."

"Kita masih sepupu, Naf. Dan soal yang dulu oke aku minta maaf. Tapi, hal yang ingin aku beritahu padamu sungguh sangat penting. Ini dua hal yang aku pastikan akan membuatmu sedih," ucap Marisa.

Nafa berdecak tidak suka. Tiba-tiba saja perasaannya tidak enak.

"Apa yang mau kamu beritahu?" tanya Nafa pada akhirnya.

"Naf, soal yang dulu itu memang benar. Aku mengaku salah padamu. Kenneth memang selingkuh dan seharusnya aku percaya padamu bukannya malah menamparmu malam itu. Tapi, aku menemukan fakta lain, Naf."

Kening Nafa berkerut pertanda bertanya-tanya.

"Apa yang kamu temukan?"

"Aku mengirim beberapa foto padamu. Lihatlah sendiri. Lalu cocokkan dengan beberapa postingan mereka. Aku berharap aku salah. Tapi, Naf, aku memberitahumu tentang ini agar kamu bisa mengambil sikap. Maaf untuk kabar buruknya. Aku tutup ya," ujar Marisa pelan di seberang sana.

Nafa mengangguk kaku sampai Marisa memutus sambungan secara sepihak. Ekspresi Nafa tidak berubah setelah melihat foto-foto itu. Kebencian dan amarah menjadi satu dalam dirinya.

Dengan kesal Nafa melemparkan ponselnya ke arah lemari hingga layar bagian bawah terlihat retak. Nafa menjambak rambutnya frustasi sembari membuang semua barang yang ada di atas mejanya hingga menimbulkan suara gaduh hingga ke bawah.

Geo yang kebetulan ingin memanggil Nafa untuk turun langsung terkejut dan bergegas menuju kamar Nafa.

Tok tok

"Nafa? Nafa buka pintunya!" seru Geo sembari terus berusaha membuka pintu kamar Nafa.

"REY! LEO, CEPAT KE ATAS!" teriak Geo panik.

Langkah kaki yang terdengar rusuh hingga Rey dan Leo sampai di atas. Mereka bingung seketika.

"Ada apa? Kenapa teriak-teriak?" tanya Rey bingung.

"Nafa, ada sesuatu yang pecah di dalam dan dia tidak mau membuka pintu kamarnya," beritahu Geo dengan wajah panik.

Sontak Rey dan Leo ikutan panik. Mereka langsung mengambil ancang-ancang untuk mendobrak pintu kamar Nafa.

Satu

Dua

Tiga

Brak

Sesaat setelah pintu terbuka mereka bertiga terkejut bukan main saat melihat pecahan kaca ada di mana-mana. Pandangan Rey tertuju pada cermin yang pecah, vas bunga, dan guci milik Nafa. Semuanya hancur berkeping-keping.

"Nafa, ada apa? apa kamu terluka?" tanya Leo dengan cemas seraya memegangi tangan Nafa yang tadi menarik rambutnya.

Namun, jangankan untuk mendengarkan kata-kata mereka, Nafa seolah hilang kendali sampai tidak sadar telah mendorong Leo dengan kuat hingga membuat Leo jatuh dan lengan kirinya membentur meja.

"Bawa Leo ke bawah. Hubungi yang lainnya. Nafa biar aku yang urus," perintah Geo yang di angguki oleh Rey.

Setelahnya Geo langsung memegang kedua bahu Nafa dan mengguncangnya dengan pelan.

"Nafa, sadar!" tekan Geo khawatir. Untuk beberapa saat Nafa tetap tidak mendengarkan sampai akhirnya kesabaran Geo habis. Geo tanpa kata langsung memeluk Nafa hingga membuat Nafa terdiam setelah memberontak.

"Nafa, tenang. Tenangkan dirimu. Tidak apa-apa, ada kami di sini," hibur Geo yang berhasil membuat Nafa akhirnya meneteskan air mata.

Gadis itu melihat ponselnya yang tergelatak dalam kondisi mati akibat di lempar tadi dengan tatapan benci. Nafa meraung-raung dengan tangisnya yang menyayat hati.

Mata Geo ikut berkaca-kaca. Seolah merasakan kesakitan yang Nafa alami air mata Geo menetes tanpa diminta.

Sampai beberapa saat akhirnya Nafa berhenti menangis. Geo yang hendak melepaskan pelukannya langsung dibuat terkejut saat melihat ternyata Nafa pingsan. Tanpa kata Geo menggendong Nafa dan membaringkannya di atas kasur gadis itu. Demi apapun Geo panik jika sudah begini.

Untungnya Jovi segera datang dan mendekat ke arah mereka.

"Apa yang terjadi? Apa Nafa tidur?" tanya Jovi sembari mengatur nafasnya akibat lari saat menuju ke sini.

"Dia pingsan. Aku tidak tau apa yang membuatnya seperti ini. Apa sebaiknya kita bawa ke rumah sakit?" tanya Geo khawatir. Jovi menggeleng.

"Aku akan menghubungi temanku. Nafa tidak terlalu suka bau rumah sakit. Lebih baik di rawat di sini saja," papar Jovi yang di angguki patuh oleh Geo.

"Jagalah Nafa sebentar. Aku akan memasak sup untuknya."

Lagi-lagi Geo mengangguk. Setelah Jovi pergi, Geo bergegas mengambil sapu tangan dari atas meja Nafa. Lalu menyeka keringat yang ada di pelipis gadis itu.

"Kamu kenapa, Naf?" lirih Geo menatap Nafa khawatir.

...••••••...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!