Love Behind Secrets (Jilid1,2,3)
Visual Naayla Azria Wijaya
Cerita ini bermula tentang persahabatan antara Revan dan Naayla..
Kisah Cinta mereka begitu rumit. Banyak rahasia, banyak misteri, banyak liku-liku yang harus mereka hadapi..
Ikuti cerita pertama author yang pemula ini ya guys! Terimakasih sudah mau mampir! 🥰🥰
**
Naayla Azria Wijaya, putri semata wayang dari Wijaya Surya Atmaja dan Sintia Hendiarsono. Dia gadis berusia enam belas tahun, kelas XI Sekolah Menengah Atas yang gemar membaca novel cinta sejak dia kelas dua SMP. Karena terlalu hobby membaca, dia selalu membawa novel kemana pun dia pergi. Seperti siang ini, setelah menghabiskan jam istrirahatnya untuk makan di kantin, Naayla buru-buru membuka novel barunya. Novel pemberian dari seseorang yang sejak dulu mengidolakan dirinya. Fyi, lelaki itu adalah anak pemilik yayasan yang tergila-gila dengan Naayla, meski begitu Naayla tidak tertarik untuk membalas cinta lelaki tersebut.
Fokus lagi dengan novel yang ada di tangannya, Naayla mencari halaman terakhir yang sudah ia baca. Naayla membolak balikkan halaman buku bersampul pink itu satu per satu, karena tanpa sengaja pembatas bukunya jatuh entah dimana.
"Hai, Cantik," sapa Rama saat Naayla melintas di depannya membuat perhatian Naayla teralih pada cowok yang terkenal playboy dan slengekan itu, dia salah satu fans berat Naayla.
"Hai, Kakak," sahut Naayla singkat dan berusaha seramah mungkin agar tidak terlihat sombong.
"Udah makan belum? Kakak traktir mau?" tanya Rama basa-basi.
"Udah kok, Kak. Ini baru aja habis makan," jawab Naayla.
"Kirain belum, kan aku takut kamu sakit," kata Rama, "Karena kalau kamu sakit, duniaku seolah tak bermentari. Gelap gulita, hehehe," lanjut Rama mulai mengeluarkan jurus-jurus gombalannya.
"Haduuh ... mulai dech. Aku bilangin Kak Revan nich," ancam Naayla.
"Haish ... nyerah dech kalau udah urusan ama itu balok es. Udah kayak bodyguard-mu aja, Naay," cela Rama.
"Hahaha, ya udah aku lanjut ya, Kak. Assalamualaikum," pamit Naayla kemudian pergi, tapi sebelumnya Naayla sudah meninggalkan sebuah senyuman manis untuk Rama.
"Wallaikusallam. Setdah cantik amat pingin gue bawa pulang," oceh Rama seraya menatap Naayla yang berjalan pergi meninggalkannya.
Naayla mulai membaca kembali novel yang ada di tangannya. Dia berjalan perlahan-lahan menyusuri lorong-lorong sekolahnya. Namun, sayang, Naayla yang tengah asyik membaca tanpa mempedulikan sekitarnya, menjadi tidak sadar saat kaki seseorang sudah ada tepat di depan kaki kanannya. Dan ....
"Aooooow .... Sakit," jerit Naayla.
Naayla jatuh tersandung dengan posisi tertelungkup dan novel di tangannya pun terlepas.
Di saat ia merintih kesakitan, Naayla justu mendengar beberapa orang tertawa terbahak-bahak dengan sangat puas. Suara tawa yang sudah tidak asing lagi untuknya. Naayla berusaha bangkit dengan lutut dan telapak tangan yang berdarah akibat terbentur ke tanah. Lukanya cukup lebar dan parah karena kebetulan di area ini sedang ada perbaikan keramik, jadi banyak material kotor dan tajam yang bisa dengan mudah melukai kulit seseorang.
Mereka adalah empat orang kakak kelas perempuan. Yang terdiri dari Kamila si ketua genk dan ke tiga dayang-dayangnya yaitu Shelin, Aira dan Nabila. Mereka berdiri mengelilingi Naayla yang duduk berselonjoran di tanah. Mereka masih juga tertawa tanpa rasa iba sedikit pun.
"Sakit ya, Naay? Duh ... cacian, mau aku bantu bangun?" tanya Kamila dengan senyuman yang super jahat yang dia punya. Tangannya mengulur untuk membantu, tapi dengan cepat Naayla menangkisnya.
"Dih ... galak banget, hahaha," cela Kamila kemudian tertawa dan ke tiga kawannya yang lainnya pun juga ikut tertawa.
Sampai kapan aku harus kayak gini? Ngadepin tingkah mereka yang nggak pernah ada bosennya gangguin aku. Gerutu Naayla dalam hati.
Dengan menahan rasa sakit Naayla berusaha berdiri. Belum lagi rasa malu yang harus dia terima. Bagaimana tidak malu bila dijadikan bahan tontonan seperti ini? Banyak murid-murid lain yang memperhatikan kejadian memalukan ini, tapi tak ada satu pun yang berniat menolong Naayla.
Sedang ke empat Kakak Kelas itu masih terus tertawa. Naayla meringis kesakitan menahan luka di tangan dan kakinya. Mungkin ini bukan pertama kalinya mereka seperti ini. Entah ini untuk yang ke berapa kali, Naayla sendiri pun sampai lupa. Sejak SMP hingga sekarang, mereka masih saja tidak pernah bosan menjahili Naayla. Tapi ini salah Naayla juga. Kenapa dia justru mendaftar di sekolah menengah atas yang jelas-jelas dia tahu mereka pun juga ada di sana? Naayla seperti menjerumuskan kembali dirinya ke dalam sarang harimau betina.
"Sebenarnya apa sich salahku sama kalian?" tanya Naayla dengan nada tinggi.
"Kamu mau tahu apa salahmu?" Kamila balik bertanya.
"Salahmu karena kamu membuat aku kehilangan sebelum aku bisa memiliki apa yang aku mau! Aku nggak terima dikalahin sama cewek kayak kamu!" maki Kamila menjawab pertanyaan Naayla dengan nada tinggi.
Naayla menangis sesenggukan, dia benar-benar tidak mengerti apa yang Kamila bicarakan. Dia tidak pernah punya urusan secara personal dengan Kamila. Lalu apa yang mendasari kebencian Kamila padanya? Apa pula yang Naayla kalahkan? Mereka tidak sedang berlomba untuk mendapatkan sesuatu selama ini. Dia pun bisa kenal Kamila karena Revan yang memperkenalkan mereka. Kamila dan Revan sama-sama anggota OSIS saat SMP. Dan awal kenal pun Kamila masih bersikap baik dan ramah dengan Naayla, dan berjalan beberapa bulan setelahnya, Kamila berubah menjadi jahat hingga sekarang.
"Kehilangan? Memang apa yang aku rebut? Apa yang aku kalahin? Kita nggak punya urusan apa pun selama ini, Kak," balas Naayla.
"Asal kamu tahu, aku benci banget sama kamu!" teriak Kamila dengan cukup kencang.
"Mil, jangan teriak-teriak! Nanti ketahuan guru-guru bisa berabe kita," tegur Shelin.
"Aku nggak peduli. Mana ada guru yang berani ama aku? Mau aku aduin ama bokap aku apa?"
Lalu dua orang datang menghentikan perdebatan panas antara Kamila dan Naayla. Mereka adalah Revan dan Rena. Mereka kakak beradik yang sudah seperti saudara untuk Naayla. Revan dan Rena tinggal berdua di kota ini ditemani oleh asisten rumah tangga bernama Bi Iroh. Kedua orang tua mereka tinggal di Australia untuk mengurus perusahaan keluarga. Selama mereka berada di sini, kedua orang tua mereka yaitu Jhonsen Aryasatya dan Sandra Ellea Jhorge menitipkan Rena dan Revan kepada keluarga Naayla. Mama Sintia mengurus Revan dan Rena sejak mereka masih bayi. Naayla, Rena dan Revan dibesarkan bersama-sama dalam asuhan Mama Sintia dan Papa Wijaya. Ketika masih balita, mereka selalu tidur bertiga agar Mama mudah mengawasinya, tapi saat Revan duduk di bangku sekolah menengah pertama, dia mulai malu dan ingin tidur sendiri di rumahnya, begitu juga Rena yang akhirnya mengikuti jejak kakaknya. Hingga sekarang, Mama tetap memantau dan mengurus mereka sebaik Mama mengurus Naayla meski kini mereka tinggal dalam rumah yang berbeda.
"Naay, kamu nggak apa-apa kan?" tanya Revan dengan panik, "Ya Allah, kakimu, tanganmu. Kenapa sampai berdarah kayak gini?" Revan semakin khawatir melihat luka di tubuh Naayla.
Naayla menangis sesenggukan, "Sakit, Kak," keluhnya.
Revan menarik tubuh Naayla ke dalam pelukannya, "Karena dia lagi?" tanya Revan. Sorot matanya yang tajam melirik ke arah Kamila dengan penuh rasa dendam, "Udah diam dulu! Kakak obati luka kamu di UKS ya," kata Revan, "Ren, urusi mereka!" perintah Revan pada adiknya. Revan bisa saja membalas, tapi dia merasa tidak pantas untuk melawan seorang wanita. Jadi lebih baik biar Rena yang bertindak.
"Siap, Van," sahut Rena. Dia sudah menggulung lengan seragamnya. Dia pasang wajah garang seperti seekor singa betina yang hendak menerkam mangsanya.
"Ayo cepat kita duel!" tantang Rena.
Kamila dan kawan-kawan sudah paham kalau Rena mengamuk pasti rambut mereka yang akan menjadi sasarannya. Untuk itu mereka memutuskan untuk melarikan diri sebelum helai per helai rambut mereka rontok dan membotak.
"Dasar cemen!" teriak Rena, "Beraninya sama Naayla doang. Ciih ... " omel Rena.
**
Revan membawa Naayla ke UKS. Dia meminta obat-obatan pada petugas yang berjaga dan merawat luka Naayla seorang diri.
"Aduh ... aduh ... sakit, Kak," keluh Naayla saat Revan mengolesi lukanya dengan obat merah.
"Maaf-maaf! Tahan sedikit ya!" kata Revan.
"Kakak ... Hiks .... " Naayla menangis dengan manja.
"Udah diam! Rena yang akan balas mereka. Kamu tenang aja."
"Kenapa Kak Kamila bilang kayak gitu sich, Kak?"
"Memang dia bilang apa?" tanya Revan. Dia masih mengobati luka Naayla dengan telaten.
"Katanya dia kalah saingan sama aku dan aku buat dia kehilangan. Memangnya apa yang aku rebut sich?"
Revan terdiam sejenak seperti ada yang dia pikirkan. Gerakan tangannya yang membalut luka Naayla dengan perban pun ikut terhenti. Naayla menatap lelaki yang sudah dianggapnya sebagai kakak itu dengan keheranan.
"Kakak, kenapa diam? Apa Kakak tahu sesuatu?" tanya Naayla penasaran.
"Nggak ada kok, Naay," jawab Revan kemudian tersenyum. Senyum yang dipaksakan.
"Terus kenapa Kak Kamila musuhin aku terus? Kalau aku salah tinggal bilang dimana salah aku, nggak usah main tebak-tebakan gitu lah, Kak."
Revan sudah selesai mengobati luka Naayla, dia mencium tangan Naayla dengan lembut kemudian mengelus pucuk kepala gadis itu dengan penuh kasih sayang.
"Nggak usah dipikirin! Mungkin ada sedikit gangguan dalam jiwanya. Yang penting jangan jauh-jauh dari Kakak atau Rena ya! Biar kamu tetap aman," nasehat Revan pada Naayla.
"Uuh ... aku sayang Kakak," ucap Naayla sambil memeluk Revan dengan erat. Wajahnya yang basah dia benamkan pada dada bidang Sang Kakak hingga seragam Revan kebasahan.
"Kakak juga sayang kamu," balas Revan. Dia mengeratkan pelukannya.
Rena datang bersama Dido kekasihnya untuk melihat keadaan Naayla.
"Jangan nangis dong, Naay! Makanya dengerin aku ngomong, kan aku tadi dah bilang kita pulang ke kelas barengan aja tapi kamu ngeyel, jadinya celaka kan," omel Rena.
"Kenapa nggak laporin ke guru aja sich? Ini keterlaluan menurutku," sambung Dido memberi saran, "Kasihan lho Naayla diuber mulu ama Kamila," lanjutnya.
"Nggak perlu! Setelah ini pasti mereka berhenti kok," sahut Revan dengan mantab.
Naayla masih bergelendot manja pada Revan. Gadis itu sudah terbiasa seperti ini. Sudah tidak ada rasa canggung di antara keduanya. Ini dampak karena mereka yang selalu bersama sejak bayi hingga detik ini. Hubungan mereka sangat dekat sudah seperti terikat darah.
**
Malam harinya Rena, Revan dan Naayla duduk-duduk di depan teras rumah sambil menikmati jus jambu buatan Bi Iroh dan bolu cokelat buatan Mama Sintia, Ibu kandung Naayla. Revan suka sekali dengan bolu buatan Mama Sintia. Dia bisa menghabiskan satu loyang untuk dirinya sendiri.
Sedang asyik makan, tetiba Naayla teringat sesuatu yaitu novelnya. Novel yang sedang dia baca saat insiden berdarah yang menimpanya tadi siang.
"Novelku, Ren. Novelku hilang. Astaga! Kenapa aku sampai kelupaan ya?" seru Naayla membuat Rena dan Revan kompak menoleh ke arahnya.
"Dih ... cuma novel doang, Naay. Udah heboh kayak kehilangan pacar," gerutu Rena.
"Novel lebih penting dari pada pacar. Besok aku mau cari novel aku sampai ketemu pokoknya," kata Naayla.
Meski banyak yang naksir tapi Naayla memang tidak pernah punya niat untuk pacaran. Dia sudah berjanji untuk menyelesaikan sekolahnya dulu baru mau berpikir tentang pasangan. Revan pun demikian, selama ini lelaki tampan dengan tubuh atletis namun agak dingin dan irit bicara itu juga tidak pernah terlihat menggandeng seorang gadis. Teman gadis pun dia tidak punya, hanya Naayla saja teman lawan jenisnya. Berbeda dengan Rena yang kerap gonta-ganti pacar. Tumben-tumbenan dengan Dido Rena bisa awet hingga hampir dua tahun ini mereka berpacaran.
"Besok kamu boleh cari novel kamu, tapi ajak Rena atau Kakak ya! Jangan sendirian!" ucap Revan mengingatkan Naayla.
"Iya, Kakak. Siap laksanakan. Hehehe," sahut Naayla kemudian tersenyum kecil.
"Kalian berdua ini udah pingin aku bawa ke KUA, sama-sama jomblo anyep nggak laku-laku. Nempel mulu kalian berdua udah kayak kulkas ama hiasan magnetnya. Hahahaha," ledek Rena.
...Naayla melempar Rena dengan sandalnya karena kesal. Gadis itu memang kerap melontarkan ledekan-ledekan konyol pada Naayla dan Kakaknya. Tapi Revan yang aslinya memang pendiam masih bisa stay cool dan tidak bergeming sedikit pun meski adiknya itu kerap kali mengejeknya karena betah lama-lama menjomblo....
.
.
.
.
...*Love Behind Secrets Jilid 1*...
...Tiy. Wijaya....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 406 Episodes
Comments
Fatma ismail
baca marathon yeyey
2020-11-08
0
Fatma ismail
baca marathon
2020-11-08
0
tak perlu tahu nama asli ku.
visualnya cantik banget.btw aku udah mampir ya salam dari love is warm
2020-09-29
1