Nah kalau ini bayangan author mengenai sosok Zidan Narendra. Maaf kalau tidak sesuai ekspektasi masing-masing.. 🙏🙏(Gambar search from google)

**
Kejadian pelecehan yang hampir menimpa Naayla di ruang UKS tak khayal menyisakan trauma yang membekas di hati Naayla. Rasanya dia ingin berkeluh kesah dengan kedua orang tuanya, tapi dia tidak berani karena takut semakin memperpanjang masalah. Mana ada orang tua yang terima jika anak gadisnya diperlakukan seperti itu. Dan yang membuat mental Naayla semakin anjlok adalah karena Revan yang hingga saat ini masih salah paham dengannya. Tak khayal pikiran Naayla terkuras cukup banyak karena masalah ini.
Seharusnya hari ini Naayla berniat untuk bolos sekolah, tapi kehadiran Rena membuat rencananya menjadi gagal total. Tidak biasanya Rena mengajaknya berangkat bersama, karena dia selalu diantar jemput oleh Dido. Namun kali ini Dido ijin sekolah dan membuat Rena harus mencari teman untuk berangkat bersama.
Di ruang makan.
Naayla duduk di sebelah Papanya. Dan Rena duduk di hadapan Naayla. Papa dan Rena nampak bersemangat menikmati sarapan mereka tapi tidak untuk Naayla, dia hanya mengulak-alik nasi yang ada di piringnya. Pikirannya benar-benar kalut hari ini.
"Lhoh katanya mau bolos, Naay?" tanya Mama sambil menjatuhkan dirinya di kursi sebelah Rena.
"Tuuch!" Naayla menjawab pertanyaan Mama singkat sambil menunjuk ke arah Rena.
Mama pun menengok ke arah Rena.
"Rena, sejak kapan kamu ada di sini? Mama nggak fokus jadi nggak sadar kalau ada kamu," kata Mama.
Rena memamerkan cengiran khasnya kemudian menjawab pertanyaan Mama.
"Rena mau ngajak Naayla berangkat bareng, Ma. Dia senang banget tau aku temani ke sekolah."
Mendengar jawaban Rena, Naayla menjadi bertambah kesal.
"Senang apanya? Kamu itu ngeselin," umpat Naayla.
"Memang biasanya kamu berangkat sama siapa, Ren?" tanya Papa Wijaya.
"Sama pacarnya, Pa," jawab Naayla mewakili Rena.
Rena membelalakkan matanya. Dia tidak terima dengan jawaban dari Naayla. Hanya Mama Sintia yang tahu kalau Rena sudah memiliki pacar, sedang Papa Wijaya dan ke dua orang tua kandungnya di Australia sama sekali tidak tahu menahu tentang ini.
"Rena sudah punya pacar?" Papa mengkonfirmasi jawaban yang beliau dengar.
"Udah. Namanya Dido. Dia teman sekelas Kak Revan," jawab Naayla untuk ke dua kalinya.
Rena mencebikkan bibirnya karena kesal. Bisa-bisanya Naayla menelanjanginya di depan Papa. Sejujurnya dia takut kalau Papa sampai marah dan mengadukan hal ini pada ke dua orang tuanya.
"Kenapa nggak sekalian aja kamu bilang ke Papa dimana rumah Dido, apa hobinya, berapa nomor sepatunya! Tadi kan Papa tanya sama aku, kenapa kamu yang jawab terus?" Rena protes dengan semangat sampai-sampai ada nasi yang terpental keluar dari mulutnya.
"Mau aku yang jawab atau kamu kan sama aja," pungkas Naayla.
"Jelas beda, apanya yang sama?"
"Memangnya kamu mau jawab apa? Aku tahu kamu pasti mau bohong sama Papa kan biar nggak ketahuan kalau kamu punya pacar? Pa, laporin aja tuch si Rena sama Om dan Tante Jhon. Bilang anaknya males belajar, suka pacaran, nilanya jelek _ "
"NAAAYLAAA! Diiammm kamu ya!" teriak Rena sambil melempar Naayla dengan serbet makan yang ada di dekatnya.
"Hei sudah-sudah! Kalian ini kayak anjing sama kucing." Mama melerai perdebatan antar ke dua anak gadisnya tersebut.
Dan Papa hanya tertawa melihat Rena da Naayla yang memang hobi berselisih paham dan tidak pernah akur. Buat Papa ini seperti hiburan tersendiri untuk beliau.
"Tidak apa-apa punya pacar kalian kan sudah remaja. Asal tidak kebablasan dan tidak mengganggu sekolah kalian," kata Papa setelah tawanya.
"Uhuk ... uhuk ... uhuk ... " Rena tersedak makanannya.
Mama dengan cepat menuangkan air putih ke gelas dan memberikannya pada Rena.
"Ati-ati dong, Sayang!" pinta Mama sambil menepuk-nepuk punggung Rena.
"Nah kan berarti udah kebablasan itu. Ketahuan ya kamu. Hahahaha," goda Naayla kemudian tertawa terpingkal-pingkal melihat wajah Rena yang sudah memerah macam udang rebus.
"Enggak kok, Pa. Jangan dengerin omongan Naayla ya! Aku nggak kayak gitu kok. Papa percaya kan sama aku?" Rena ketakutan kalau Papa mengganggap omongan Naayla adalah hal yang serius.
"Iya Papa percaya tapi Papa akan tetap melaporkan hal ini pada orang tuamu Rena," kata papa menakut-nakuti Rena.
"Jangan-jangan! Jangan bilang Mama Papa ya, Pa! Rena mohon!" Rena memelas.
"Hahahaha. Syukurin. Laporin aja, Pa! Biar tahu rasa." Naayla mengompor-ngompori Papa.
"Jangan, Pa! Rena mohon!" Rena meminta belas kasih Papa. Wajahnya memucat, gadis itu benar-benar ketakutan.
"Hahahaha, Papa cuma bercanda Rena," sahut Papa dan membuat hati Rena seketika menjadi lega.
"Asyik. Papa yang terbaik," kata Rena kegirangan.
"Yach ... Papa enggak asyik," keluh Naayla kecewa.
"Selama kamu tidak kebablasan dan sekolahmu lancar Papa nggak masalah. Kamu sudah remaja, wajar seusiamu sudah penasaran dengan lawan jenis," terang Papa dengan gamblang. Dan Naayla hanya mengangguk-anggukan kepalanya.
Setidaknya mereka tahu kalau Papa bukan orang tua yang kolot. Beliau terbuka dan mau memberi anaknya kesempatan selama itu semua masih dalam batas kewajaran dan tidak mengganggu tanggung jawab mereka sebagai pelajar.
"Dengerin tuch, Naay!" sahut Rena sesaat setelah Papa selesai berbicara.
"Memangnya kamu belum punya pacar, Naay?" tanya Papa sambil mengunyah makanannya.
Naayla membelalakkan mata mendengar pertanyaan yang tidak dia sangka-sangka akan keluar dari mulut Papa. Naayla sama sekali tidak pernah berpikir akan membicarakan hal pribadi dengan beliau dalam waktu dekat ini.
Dengan cepat Naayla menggelengkan kepala.
"Seumur-umur Papa hanya melihatmu bersama Revan saja. Apa kamu berencana akan menghabiskan waktumu seumur hidup sama dia? Menjadi istrinya begitu?"
Ya Ampun, Pa. Aku mohon jangan bahas Kak Revan dulu untuk saat ini! Apalagi membahas hubunganku sama dia. Pikir Naayla. Naayla menjadi sedih dan mood-nya semakin anjlok saat ingat dengan Revan.
"Jangan tanya kayak gitu dong, Pa! Seolah-olah nggak ada yang mau jadi suamiku aja," protes Naayla.
"Sebenarnya ada cowok yang suka sama Naayla. Namanya Kak Zidan, Pa," terang Rena.
Eh, apa perlunya dia cerita soal Kak Zidan sama Papa sich? Gerutu Naayla seraya mengernyitkan keningnya.
"Diam, Ren!" sentak Naayla.
"Zidan? Apa dia yang mengantarmu pulang saat hujan turun waktu itu, Sayang?" Setelah sekian lama diam dan hanya menyimak, akhirnya Mama tergelitik juga untuk menyelidiki masalah pribadi anak gadisnya.
"Mengantar Naayla pulang? Yang benar, Ma? Kenapa Naayla nggak cerita?" tanya Rena dengan penasaran yang mencapai level akut.
Naayla memang tidak pernah cerita dengan siapa pun tentang hal ini. Bahkan jika saat itu Mama tidak melihat, Naayla pun juga tidak akan bercerita pada beliau kalau dia diantar pulang oleh Zidan. Tapi, saat itu Mama sedang menunggunya di teras rumah dengan khawatir karena hujan yang sangat deras. Dan mau tidak mau Naayla harus memperkenalkan Zidan dengan Mama. Naayla hanya bilang kalau Zidan kakak kelasnya tapi tidak menyebut siapa namanya.
Biasanya Naayla pulang sendiri naik angkot. Kalau Revan sedang tidak ada ekskul atau keperluan mendesak, Naayla terkadang juga pulang bersamanya, tapi saat itu Revan sedang ada keperluan. Naayla diminta untuk ikut tapi Naayla menolak karena ingin segera pulang. Jadilah ia menunggu angkot sendirian di halte. Tidak tahu kenapa sepi sekali suasana waktu itu, bahkan Naayla sudah menunggu hampir satu jam tapi angkot tidak datang juga. Lalu Zidan lewat dengan mobilnya dan menawari Naayla tumpangan. Naayla sudah menolaknya berkali-kali tapi dia memaksa. Terlebih saat itu mendung sangat gelap. Dan benar aja, setelah Naayla masuk ke dalam mobil hujan pun turun dengan sangat deras.
Sebelum mengantarkan Naayla pulang, Zidan mengajak gadis itu untuk makan siang di sebuah restoran. Lagi-lagi Naayla pun menolaknya dengan alasan bahwa Mama sudah menunggunya di rumah, tapi tetap saja cowok nan tampan dan kaya raya ini memaksakan kehendaknya. Dia memperlakukan Naayla dengan baik bahkan sangat baik, dia membukakan pintu dan memayungi Naayla saat gadis itu hendak turun ataupun naik ke mobilnya. Dia pun tahu semua yang Naayla suka. Naayla tidak menyangka kalau Zidan sampai sedetail ini mencari tahu tentang dirinya. Bahkan Zidan pun bisa sampai ke rumah Naayla tanpa bertanya dulu dimana alamatnya, padahal itu pertama kalinya dia mengantarkan Naayla pulang.
Tapi kejadian di UKS kemarin membuat rasa simpati Naayla terhadap Zidan menjadi hilang, lenyap, tak bersisa. Sekarang Naayla hanya menganggap Zidan sebagai cowok mesum dan kurang ajar. Kalau Zidan tidak berbuat hal nekad, mungkin lambat laun Naayla bisa membuka hatinya untuk Zidan.
Rena memperhatikan Naayla dengan tatapan menyelidiki, "Atau jangan-jangan benar kata Revan kalau kamu dan Kak Zidan udah pacaran?" tanya Rena.
"Jangan menyebar fitnah ya, Ren! Aku sama Kak Zidan nggak ada hubungan apa-apa," jawab Naayla dengan nada yang meninggi.
"Ah yang benar?" tanya Rena tidak percaya.
"Kamu ini berisik! Banyak omong!" maki Naayla.
Dengan cepat Naayla mendekati Rena dan langsung menarik tangan sahabatnya itu agar ikut dengannya.
"Naay, mau kemana? Aku kan belum selesai makan," protes Rena.
"Itu karena kamu terlalu banyak omong. Ayo kita berangkat sekarang!" Kata Naayla sambil terus menarik tangan Rena.
"Ma, Pa, kami berangkat dulu y," pamit Naayla.
"Rena berangkat ya, Ma, Pa," pamit Rena dengan terpaksa karena Naayla yang terus menariknya.
**
Angkot berwarna kuning berhenti di depan gerbang sekolah. Naayla turun duluan kemudian disusul oleh Rena yang mengekor di belakangnya.
"Terima kasih ya, Pak!" Kata Naayla sambil menyodorkan uang 10.000 kepada bapak sopir langganannya.
"Sama-sama Mbak Naay yang cantik," sahut Pak sopir yang sudah tua itu dengan ramah.
Naayla berdiri menatap ke dalam area sekolah. Mendadak kakinya kaku untuk berjalan. Seolah-olah ada yang bergelantungan di bawah sana hingga Naayla sulit untuk menggerakkannya.
"Kenapa bengong? Ayo masuk!" ajak Rena kemudian memegang tangan sahabatnya itu dan menggandengnya.
"Aku takut, Ren!" keluh Naayla lalu mencengkeram erat tangan Rena.
Gambaran kejadian kemarin masih terngiang-ngiang di pikirannya. Ketakutan itu menyergap. Perasaannya mengatakan ada sesuatu hal yang buruk yang akan terjadi hari ini. Entah itu benar atau hanya sekedar efek dari rasa trauma tapi rasanya Naayla ingin sekali lari dari tempat yang menurutnya menakutkan ini.
"Tenanglah! Ada aku di sini." Rena paham betul apa yang Naayla rasakan. Dia menenangkan Naayla tapi Naayla masih diam terpaku dan tidak bergerak.
"Naay, kita mau masuk ke sekolah bukan ke kandang harimau."
"Tapi di sekolah kita banyak sekali harimau jadi-jadian yang mengganggu aku."
"Jangan khawatir! Aku yang akan lindungi kamu. Ayolah! Jangan penakut jadi orang!"
Rena menarik paksa tangan Naayla dengan kuat hingga mau tidak mau Naayla pun berjalan beriringan dengannya. Langkah kaki Naayla seolah lemas dan tak bertenaga.
"Lihatlah! Nggak ada apa-apa di sini," kata Rena menenangkan Naayla lagi.
Naayla berdoa dalam hati semoga hari ini dia bisa hidup tenang tanpa gangguan. Dan semoga Tuhan mau menjauhkannya dari makhkuk yang bernama Zidan dan juga Kamila.
Kini mereka sampai di depan kelas Kamila. Mau tidak mau mereka memang harus melewati kelas Kamila untuk sampai ke kelas mereka, karena memang tidak ada akses lainnya. Dan benar kan? Rena dan Naayla melihat harimau betina itu bersama antek-anteknya tersenyum saat mereka datang.
"Deg." jantung Naayla berdesir. Apalagi yang mau mereka lakukan? Perasaannya menjadi semakin tidak enak saja.
"Hai, Nona Zidan Narendra," sapa Kamila dengan senyum sumingah. Dia dan kawan-kawannya menghadang jalan Naayla dan Rena.
Dan kerumunan orang langsung berdatangan. Mereka tahu bahwa akan selalu ada pertunjukan yang menarik bila ada Kamila dan Naayla dalam satu tempat.
"Nona Zidan siapa yang kamu maksud?" tanya Rena dengan galak. Naayla hanya diam dan terus mencengkeram lengan Rena dengan kuat.
"Tuch! " jawab Kamila singkat sambil menunjukkan jari telunjuknya ke arah Naayla
"Maksud kakak apa ya?" tanya Naayla tidak mengerti.
"Heh. Pura-pura polos. Pura-pura nggak mau didekati sama anak pemilik yayasan cuma karena takut dibilang cewek matre, tapi ternyata di belakang kita dia mau juga diajak berduaan," hardik Kamila.
"Be~berduaan? Siapa yang berduaan?" tanya Naayla lagi.
Jangan-jangan Kak Kamila tau apa yang terjadi kemarin. Pikir Naayla.
Suasana pun menjadi riuh.
"Selamat ya karena kamu sudah jadian sama Zidan. Aku turut senang kok," kata Kamila. Senyum penuh ledekan tersungging jelas di bibir gadis itu.
Dia mengulurkan tangannya hendak menjabat tangan Naayla untuk memberikan selamat tapi Naayla menolaknya.
"Maaf tapi aku nggak punya hubungan apa-apa sama Kak Zidan, kami cuma teman aja." Naayla mencoba meluruskan.
"Oya? Nggak pacaran tapi berduaan? Cewek macam apa kamu ini?" Kamila masih menyerang Naayla. Ucapannya semakin mengada-ngada dan tidak terkontrol lagi.
Dan sekarang suasana menjadi semakin riuh. Murid-murid mulai dari kelas X hingga XII berbaur menjadi satu dan mengomentari Naayla berdasarkan yang mereka dengar. Mereka dengan mudahnya terprovokasi oleh ocehan Kamila. Naayla sangat malu. Ada rasa lelah juga kenapa Kamila tidak mau berhenti juga membuat keonaran dengannya.
"Berduaan, berduaan. Maksud Kakak apa sich berulang-ulang ngomongin hal yang sama?" Meski sudah ketakutan parah tapi Naayla masih berusaha untuk melawan.
"Shelin, mana fotonya? Kasihin ke aku! Biar semua penduduk sekolah tahu siapa dia," pinta Kamila. Dia mengarahkan telapak tanganya pada Shelin yang berdiri di belakangnya.
Shelin memberikan sebuah foto yang berukuran sebesar kertas folio ke tangan Kamila. Naayla dan Rena saling bertatap mata. Tidak khayal aura ketegangan juga mampir pada diri Rena yang biasanya selalu bisa santai dalam menanggapi Kamila.
"Teman-teman semua, coba lihat!" perintah Kamila seraya menunjukkan foto yang ada di tangannya ke hadapan semua orang, "Ini foto siapa dan mereka lagi ngapain?" tanya Kamila. Dia melirik Naayla dengan tajam.
Seluruh tubuh Naayla gemetaran, wajahnya pucat seolah tidak dialiri darah. Cairan bening sudah menggenang di pelupuk matanya.
Dari mana Kak Kamila punya foto itu? Ya Allah, aku rasanya pingin lari dari sini. Kak Revan, tolong aku! Aku benar-benar nggak lakuin itu, Kak. Keluh Naayla. Setiap ada masalah dia selalu teringat Revan, karena Revan lah yang selalu menjadi dewa penyelamatnya selama ini.
"Ya ampun. Pacaran di sekolah mentang-mentang cowoknya anak pemilik yayasan. Huh ...." kata seorang siswi berkomentar.
"Apa bagusnya si Naayla? Sampai Zidan tergila-gila sama dia," komentar lagi seseorang dengan pandangan yang sinis ke arah Naayla.
Dan semua orang bersahut-sahutan mengolok-olok Naayla. Mereka menghakimi Naayla habis-habisan. Beginilah budaya orang jaman sekarang yang selalu mengambil kesimpulan dari sebelah pihak dan dari apa yang mereka dengar.
Naayla selalu tidak berdaya dan tidak bisa melawan. Selalu menangis itu adalah andalannya, dan mungkin untuk itulah Tuhan menciptakan Rena, gadis pemberani yang selalu ada di samping Naayla dan siap membela Naayla.
"Kemariin fotonya!" Rena merebut foto itu dari tangan Kamila dan menyobeknya menjadi serpihan yang sangat kecil kemudian membuangnya ke wajah Kamila.
Kertas foto yang sudah tak berbentuk itu berhamburan ke lantai. Iya, seperti itu pula hati Naayla sekarang. Hancur dan tak berbentuk. Nama baiknya sudah tercoreng karena fitnahan ini.
"Mungkin Naayla cuma bisa diam saat kamu nyakitin dia tapi aku nggak. Akan kuhancurin kamu kayak aku hancurin foto ini." ancam Rena. Emosinya meledak.
Dia menjabak rambut keriting kamila dengan kedua tangannya sekaligus dan menariknya kuat-kuat. Kamila berteriak kesakitan. Dengan terus terisak Naayla mencoba menghentikan aksi brutal sahabatnya, begitu pun juga teman-teman Kamila yang juga membantu untuk melepaskan Kamila dari cengkraman Rena.
"Aku mohon hentikan! Jangan kayak gini Rena! Aku mohon!" kata Naayla sambil menarik-narik tangan Rena, "Udah, Ren! Nanti dilihat guru yang lewat kita bisa kena masalah," lanjut Naayla.
"Sekali lagi aku lihat kalian berulah, aku bisa lakuin yang lebih parah dari ini," ancam Rena sambil mengarahkan jari telunjuknya ke wajah Kamila.
Kamila pun diam sambil merapikan rambut keritingnya yang sukses dibuat berantakan oleh ulah Naayla.
"Ramai sekali ada apa sich ini?" Suara seorang lelaki bertanya. Dia datang menembus kerumunan.
Ini dia si pembuat masalah. Zidan Narendra.
"Naayla, kamu kenapa nangis?" tanyanya. Dia berusaha menyentuh Naayla tapi Naayla langsung menghindar saat itu juga.
"Tolong jauhi aku sekarang juga!" pinta Naayla sambil mengatupkan kedua telapak tangannya, memohon.
"Tapi kenapa?" tanyanya lagi.
"Ini semua karena ulah kamu, Kak! Kamu yang udah buat Naayla malu di depan orang banyak." Rena menyerang Zidan.
"Udahlah, Ren! Mending kita pergi aja dari sini!" ajak Naayla. Dia sudah tidak betah lama-lama di sini.
"Tunggu dulu, Naay! Aku mau kembaliin novelmu yang kemarin jatuh. Ini novel pemberian dari Zidan kan?" kata Shelin sambil memberikan buku novel Naayla yang bersampul pink tersebut. Novel yang menjadi pemicu accident di UKS sekolah terjadi. Dan benar pemikiran Naayla kalau memang Kamila dan antek-anteknya lah yang menyembunyikan bukunya itu.
"Terima kasih. Ayo, Ren!" Naayla bergegas pergi setelah mengambil novel itu dari tangan Shelin.
Zidan mengejar Naayla dan menarik tangan gadis itu hingga langkah Naayla terhenti. Naayla berbalik badan agar bisa melihat Zidan tapi dia justru menjadi salah fokus saat melihat Revan berdiri di antara kerumunan siswa lainnya dengan tatapan tajam ke arah Naayla.
Sejak kapan Kak Revan ada di sana? Tanya Naayla dalam hati.
Naayla merasakan dadanya semakin sesak. Ada sesuatu yang mengaduk-aduk perasaannya. Air mata yang tadi sudah surut kini deras kembali. Dia sedih mengingat hubungannya dengan lelaki itu saat ini sedang tidak baik. Padahal sejujurnya ingin sekali dia memeluk Revan dan berkeluh kesah pada lelaki itu.
"Naay, jangan benci aku seperti ini! Ayolah kita bicarain ini baik-baik!" Kata-kata Zidan membuat Naayla memalingkan pandangan matanya ke arah Zidan.
Sambil menghapus air matanya Naayla menjawab, "Biarin aku sendiri dulu! Aku mohon jangan ganggu aku!"
Tanpa ada satu orang pun yang tahu, hati Revan pun sebenarnya sakit melihat Naayla berdekatan dengan Zidan. Itulah alasan kemarahannya yang paling mendasar. Tapi Rena sudah curiga sejak awal kalau ada kecemburuan di hati Revan.
Revan berjalan membelah kerumunan, dia mendekati Naayla dan Zidan yang berdiri di tengah jalan.
"Bisa nggak kamu lepasin tangan kamu dari tangan Naayla?" tanya Revan yang sekarang sudah berdiri di antara ke duanya.
Iya, sedari tadi Zidan memang masih memegang tangan Naayla. Naayla menarik tangannya dengan segera dan menundukkan kepala karena takut dengan sorot mata Revan yang begitu menusuk.
"Kalian menghalangi jalanku. Bermesraan lah nanti di tempat yang sepi!" kata Revan dengan dingin. Dia masih tetap menatap ke arah Naayla sejenak.
Tak lama kemudian Revan berjalan di antara ke duanya hingga Naayla harus berjalan mundur dua langkah karena tubuh Revan yang mendesaknya untuk memberi jalan.
Kenapa ini rasanya sakit banget. Keluh Revan seraya menyeka lelehan air matanya agar tidak diketahui oleh siapa pun.
Naayla masih terus menangis. Masih ada Rena yang setia mendampinginya. Gadis itu mengelus-elus punggung Naaya dengan lembut.
"Sabar, Naay! Aku ikutan sedih tau," kata Rena.
"Aku mau pulang aja, Ren. Hari ini kan masih nggak ada pelajaran. Aku pingin di rumah aja," ucap Naayla. Dia merasa berada di zona yang tidak nyaman apalagi kawan-kawannya terus-terusan menyindirnya.
"Iya baiklah. Lagian banyak juga yang bolos hari ini. Tapi kamu pulang sama siapa?"
"Aku naik angkot aja, Ren. Ya udah aku pulang ya," pamit Naayla sambil mencangklongkan tas sekolahnya.
Naayla berjalan dengan langkah yang terburu-buru. Dia menundukkan kepala tidak berani menatap sekitarnya. Rasa malu masih bergelayut dan belum juga hilang. Di tengah jalan Naayla berpapasan dengan Rama. Lelaki itu terlihat hendak pulang karena sudah memakai jaket dan membawa serta tas sekolahnya.
"Cantik, kok masih sedih sich? Udah lah antebin aja apa kata Kamila. Anggap aja orang gila. Aku percaya kok kamu nggak kayak gitu," papar Rama.
Naayla tersenyum, "Makasih ya, Kak. Kakak masih mau percaya sama aku. Sumpah demi apa pun, aku dan Kak Zi__ "
"Nggak perlu dijelasin! Aku paham kok. Kamu bukan cewek gampangan kayak yang mereka bilang," potong Rama.
"Makasih ya, Kak. Aku mau permisi pulang dulu."
"Aku anterin sekalian aja. Di luar panas banget."
"Emang nggak ngerepotin Kak Rama?"
"Enggak. Lagian teman-teman banyak yang pada cabut pasti angkotnya ramai."
"Oh ... makasih ya, Kak."
Rama dan Naayla berjalan berdampingan menuju ke parkiran. Dan kecanggungan terjadi saat Naayla tanpa sengaja bertemu Revan di sana.
"Van, gue culik adik lu bentar ya." Rama meminta ijin.
Revan mendekati Naayla dan langsung menarik tangan gadis itu untuk menjauhi Rama.
"Nggak boleh!" kata Revan dengan dingin.
"Lah Si Naayla mau kenapa lu larang?" tanya Rama dengan nada tidak terima.
Revan menusuk Naayla dengan tatapan matanya yang bak pisau belati. Tanpa banyak berkata dia menarik Naayla dan menyembunyikan gadis itu di belakang tubuhnya.
"Naayla pulang sama aku," kata Revan dengan dingin.
"Posesif," maki Rama.
"Kakak, aku pulang sama Kak Rama aja," sela Naayla.
"Kenapa? Oke. Pergilah! Jangan harap bisa temui aku lagi," ancam Revan.
"Dih .... Maksa banget," gerutu Rama.
"I~iya, Baiklah. Aku pulang bareng Kakak. Kak Rama, maaf ya!"
"Nggak usah minta maaf!" Revan melarang dengan tegas.
"Kam*pret lu! Dasar manusia es balok!" hardik Rama. Dia benar-benar kesal karena lagi-lagi Revan menghalangi usahanya untuk mendekati Naayla.
Selama perjalanan pulang Revan dan Naayla sama-sama mengunci mulut mereka masing-masing. Ada rasa canggung satu sama lain dan ini kali pertama mereka bertengkar hebat seperti ini.
Malam harinya Zidan datang menemui Naayla. Dia sudah menolak untuk bertemu tapi Zidan memaksa. Zidan meminta maaf pada Naayla dan berjanji tidak akan mengulang kesalahannya lagi. Dan dia pun menjamin bahwa setelah ini tidak akan ada teman-teman sekolah yang berani mengolok-olok Naayla lagi. Zidan kembali mengungkapkan perasaannya. Bahwa Naayla beda dengan gadis-gadis lainnya. Dia sangat mencintai Naayla dan bersedia menunggu hingga Naayla mau membuka hati untuknya.
.
.
.
.
...*Love Behind Secrets Jilid 1*...
...*Tiy.Wijaya*...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 406 Episodes
Comments
_rus
Sudah aku like Thor 👍🏽👍🏽
tetap semangat pokoknya 💪🏽💪🏽
Salam hangat dari "Sebuah Kisah Cintaku" 😁🙏🏽
2020-11-20
0
Eka Bundanedinar
visualnya g bisa dibuka kak
2020-08-31
1
Angela Jasmine
Lanjuuuttt lagi kakak 👍👍
2020-07-30
0