PELAKOR

"Gila! bener-bener gila itu Ceo baru!" Nena masih saja bersungut-sungut mengumpati kegilaan bos barunya, saat bergabung dengan ketiga rekannya, di kantin kantor selepas rapat dadakan itu.

"Sabar-sabar, nih makan dulu, gue udah pesenin." Siska menyodorkan sepiring menu makanan, yang langsung tidak disia-siakan oleh Nena, setelah mengucapkan terimakasih tangannya langsung cekatan menyendokan makanan kedalam mulutnya sampai penuh. Entah efek kesal atau memang gadis itu tengah kelaparan.

Siska hanya bergeleng kepala menyaksikan tingkah sahabatnya yang tidak ada anggun-anggunnya. Sedangkan Doni terus saja tersenyum tidak jelas dengan kedua telapang tangan menopang kedua pipinya dengan siku bertumpu di atas meja.

"Kenapa sih lo? senyum-senyum bikin suasana hati gue tambah mendung aja!" omel Nena pada pemuda yang sejak awal bertemu dulu sudah terendus ketidakwarasannya. Doni.

"Gue lagi nonton orang cantik marah-marah!" mendengar itu Nena langsung melempar satu sedotan di hadapannya. Sedangkan Siska langsung berpura-pura muntah. Nena sudah biasa mendengar kalimat seperti itu dari Doni, tapi untuk sekarang ini dirinya sedang tidak ingin meladeni pemuda itu.

"Itu Ceo baru, bener-bener pasang mode on senggol bacok tahu nggak, ada masalah dikit orang main dipecat aja!" adu Nena pada ketiga rekannya.

"Minum dulu Na." Bimo menyodorkan segelas es teh manis di hadapan Nena, gadis itu melirik sebentar kearah pemuda yang tersenyum padanya.

Nena bukan tidak tahu dengan perasaan Bimo, sama seperti Doni, anak itu juga menaruh harapan besar pada Nena sebagai kandidat seseorang yang akan dikenalkan pada kedua orangtuanya, hanya saja Bimo sedikit main cantik, tidak seperti Doni yang terang-terangan.

Bimo memang tampan, lebih tampan dari Doni meskipun kulitnya tidak seputih Doni. Tapi entah mengapa Nena tidak bisa merasakan jantungnya Berdebar-debar saat berhadapan dengannya. Dan sejauh ini memang belum ada yang mampu membuat jantung Nena berdegup lebih kencang dari biasanya, selain anjing gila tetangganya tentunya.

"Sumpah, pasti cool banget ya Na? ya ampuun coba tadi gue ikut meeting ya," tebak Siska.

"Dasar lo penghianat!" semprot Nena.

"Selain Bu Amira ada lagi yang dipecat?" tanya Bimo antusias, Nena mengangguk mengiyakan.

"Banyak!" seru Nena masih merasa takjub dengan kelakuan atasan barunya itu.

"Mereka diem aja dipecat secara sepihak gitu?" tanya Siska. Nena menghentikan acara makannya kemudian berpikir.

"Awalnya mereka protes, terus Ceo baru itu ngasih penawaran, mereka memilih dipecat secara terhormat dan dapat pesangon, atau dia bakalan ngerahin orang kepercayaan dia buat nyari bukti ketidak beresan kinerja mereka, dan kalau sampe terbukti mereka salah, mereka akan dipecat secara tidak hormat dan nggak dapet pesangon sepeserpun," tutur Nena panjang lebar, seingat dia seperti itu kira-kira yang terjadi diruang meeting tadi.

"Terus jawaban mereka?"

"Mereka sih diem aja, dan Ceo itu mengambil keputusan bahwa diam nya mereka itu, merupakan tanda setuju dengan kesepakatan pertama."

"Ya berarti mereka yang nggak beres dong, buktinya mereka takut." Doni memberi komentar.

"Hebat banget berarti tu Ceo ya, bisa mencium bau-bau persekongkolan terselubung!"

"Apa sih Sis, nggak jelas bahasa lo!" sungut Nena, Siska hanya berdecak kesal.

"Eh tapi cepet banget ya rapatnya."

"Dia tahulah, Sis. Ini udah masuk jam makan siang."

"Orang kaya gitu mana bisa mikir kesitu, atau dia iba kali ngeliat muka lo yang kelaperan," celoteh Siska.

Nena tampak mengingat kejadian di ruang rapat tadi, saat mereka beradu pandang kala Nena sedang lapar-laparnya. Tapi Nena langsung menepis bayangan itu.

"Ah, sama kaya apa yang lo bilang, Orang kaya gitu mana bisa mikir kesitu."

***

Nena dan ketiga rekannya kembali ke kantor untuk bekerja, mereka memilih kantin di lantai dasar karena menurut mereka makanan di sana enak-enak dan pastinya murah. Mereka berpapasan dengan Justin yang barusaja keluar dari lift, kembali, mata elang Justin bertemu sorot teduh kedua bolamata Nena, tidak lama karena kemudian gadis itu menunduk hormat disusul dengan ketiga rekannya. Namun seperti biasa, dengan angkuhnya seorang Justin terus melangkah sama sekali tidak menghiraukan karyawannya itu.

"Sombong banget si tuh manusia, nggak tahu apa kalau aset terbesar sebuah perusahaan itu terletak pada karyawannya!" oceh Doni kala Justin dan beberapa antek-antek berbadan besarnya menjauh.

"Itu namanya berwibawa, sumpah ganteng banget sih tu Ceo baru," Siska tak henti-henti menyerukan kekagumannya, matanya terus memandangi punggung Justin yang semakin menjauh.

"Berwibawa sih boleh, tapi nggak segitunya juga kali." Doni masih tidak terima.

"Sirik aja lo ah, orang ganteng mah dari belakang aja udah kelihatan aura kegantengannya, bener ya menurut novel yang pernah gue baca. Di balik orang ganteng itu kalo dibalik tetep aja masih ganteng juga," cerocos Siska yang tidak lagi dihiraukan oleh ketiga rekannya dengan pepatah tidak berfaedahnya itu.

"Kamu kenapa Na, pucet gitu?" tanya Bimo yang menyadari ketidak beresan pada gadis di sampingnya, saat mereka sudah masuk ke dalam lift.

"Lihat sorot mata tajamnya, jantung gue entah kenapa jadi deg-degan gini."

"Jatuh cinta kali lo, Na," cetus Siska yang ditanggapi decakan sinis oleh Nena.

"Masa jatuh cinta pucet gitu, itumah sawan kali lo lihat muka diktator nya tu Ceo," tukas Doni.

"Lo pikir Nena anak orok pake sawan segala, kalo mau sawan juga dari dulu ngeliat muka lo udah sawan!" sambar Siska.

"Iya maksudnya trauma, trauma," ralat Doni.

"Udahlah gue nggak apa-apa!" lerai Nena, kemudian mereka kembali melanjutkan langkahnya.

***

"Kamu tidak ingin menjelaskan pada Papa tentang keributan yang kamu buat di kantor?" tanya Mr Juan pada anaknya yang kala itu tengah menaiki anak tangga menuju kamar.

"Papa juga pasti sudah tahu," jawab Justin santai, kemudian melangkah menghampiri ayahnya yang kala itu tengah bersantai menikmati secangkir kopi.

"Karyawan Papa tidak ada yang beres!" Justin melemparkan jasnya ke sofa dan duduk berhadapan dengan sang ayah.

"Untuk itu Papa sejak lama menyuruhmu untuk mengurus perusahaan Papa, tapi kamu tidak pernah mau," ucap Mr Juan dengan pandangan masih fokus pada koran harian yang dia baca.

"Saya merekrut orang kepercayaan saya dari perusahaan lama untuk menangani perusahaan Papa yang cukup berantakan." Justin beranjak dari sofa, mengambil jasnya dan kembali melangkah ke kamar. Ternyata memang bukan pada orang lain saja seorang Justin bersikap dingin, bahkan pada ayahnya sekalipun dia bersikap seperti itu.

***

"Gila banyak Cogan bertebaran, sumpah mereka ganteng ganteng banget!" Pagi-pagi Siska sudah heboh sendiri menghampiri meja kerja Nena.

"Siapa? karyawan-karyawan baru?" tebak Nena, Siska langsung mengangguk semangat dengan wajah yang nggak banget.

"Mereka udah pada berumur kali, Sis. Udah kepala empat kali."

"Itu dia, justru perempuan jaman sekarang itu milihnya yang begitu itu, Laudya Cynthia Bella contohnya."

"Jadi lo sekarang berpindah haluan dari oppa-oppa Korea jadi bapak-bapak!"

"Ih, Nena. Lo lihat dulu deh mereka itu bukan tua, tapi mateng, ibarat mangga niyah, mateng nya pas, bukan karbitan apalagi disuntik pewarna, pokonya tipe ideal banget lah."

"Iya tapi pasti yang matengnya bukan karbitan itu udah ada yang punya, lo mau jadi pelakor?"

"Ya siapa tahu ada yang duda, Na. Punya anak perawan juga nggak masalah lah kaya Laudya Cynthia Bella," tutur siska dengan semangat yang mulai menyusut, pandangannya mengarah pada Nena yang tengah membereskan meja kerjanya, memasukkan barang-barangnya ke dalam kardus.

"Lo jadi pindah ruangan yah? ceritanya udah resmi nih jadi sekretarisnya Pak Handoyo?" tanya Siska dengan nada suara sendu.

"Gue pindah ruangan doang kali, bukan pindah kantor, jam makan siang juga masih bareng, kita masih bisa ketemu lah."

"Ya iya sih tapi—"

"Kenapa? Lo sirik pengen jadi sekretarisnya Pak Handoyo juga, dia kan mateng."

"Dih amit-amit!" semprot Siska, jarinya mengetuk-ngetuk meja gemas. "Diamah bukan mateng, udah bonyok, gue heran ya kenapa tuh orang nggak dipecat juga, padahalkan dari semua yang nggak bener dia yang paling nggak bener!"

"Hus, entar ada orangnya loh." Nena mengingatkan, dan Siska langsung menutup mulutnya dengan telapak tangan. Takut kalau beneran ada bapak genit yang kepalanya botak itu, bukan hanya pada Nena, pada Siska pun nyatanya orang genit kaya diamah tetep aja genit. Pikir Siska.

"Na, lo dicariin Pak Handoyo, suruh ikut meeting, cepetan katanya!" Kata salah satu teman kerja Nena, gadis itu langsung bergegas merapikan yang diperlukan dan segera beranjak setelah berpamitan dengan sahabatnya.

"Lindungi aku Ya Allah." Doa Nena dalam hati.

***

Siang ini seperti biasa, Nena dan ketiga rekannya menikmati makan siang di kantin kantor, tapi hari ini Nena membawa Nasi dari rumah, untuk menghemat, maklum tanggal tua.

"Tadi bahas apa Na, Ceo ganteng nggak bikin ulah lagi kan?" tanya Siska.

"Nggak sih, cuma bahas kerjaan dan visi misi kedepan, terus ngenalin karyawan baru buat gantiin yang dipecatin kemaren. Katanya sih orang kepercayaan dia dari perusahaannya yang udah maju," jawab Nena. Siska nampak mengangguk-angguk.

"Gimana, Na. Tawaran gue kemaren?" Doni mengajukan pertanyaan pada Nena, setelah sedari tadi membalas chat grup di whatsaap nya.

"Tawaran apaan si?" malah Siska yang penasaran, Nena tampak mengingat-ingat tawaran yang dimaksud Doni.

"Pura-pura jadi cewek lo buat reuni SMA lo nanti malem?" tanya Nena memastikan.

"Iya, mau yah." Doni menangkupkan kedua telapak tangannya memohon.

"Nggak! lo cari cewek lain aja, entar gue digrepe ***** lagih."

"Astagfirulloh, Na. Gue nggak se brengsek itu kali!"

"Gue aja Don, gue mau, pasti banyak cowok ganteng kan di sana, gue cantik juga kok gak kalah sama Nena," tawar Siska.

"Nggak ah, entar lo genit lagi sama temen-temen gue, malu lah gue," tolak Doni, Siska memajukan bibirnya dua centi.

"Cuma pura-pura doang Na, lo mau minta apa sebagai imbalan, gue kasih, soalnya gue bilang bakal bawa pacar nanti malem."

Nena mulai berpikir, menimbang-nimbang imbalan apa yang ingin dia pinta.

"Kalo duit gimana? dompet gue penghuninya tinggal Sultan Mahmud Baddarudin sama adek-adeknya doang." Nena memberi penawaran.

" Ok, lo maunya berapa?"

"Lo sanggupnya berapa?"

"Dua lembar potret Soekarno-Hatta."

"Murahnya harga diri gue Don." Nena menggelengkan kepala.

"Ck, jadi cewek gue nggak sehina yang lo bayangin kali Na." Doni pura pura tersinggung.

"Ha..ha.. Yaudah 10 lembar."

"Buseet, lo meres gue? Pura-pura doang loh ini, kalo dipake beneran sih nggak apa-apa!"

Plaakkk

"Aww sakit tahu, yaudah lima, gimana?"

"Ok, tapi dengan banyak syarat."

"Apaan?"

"Jangan peluk-peluk gue, apalagi cium-cium, pokoknya kita jangan kaya orang pacaran beneran."

"Pegangan tangan boleh kali, gue itu bilangnya bawa pacar, bukan bawa emak gue."

"Hehe, ok lah pegangan tangan doang, itu juga kalo ada mereka kalo nggak ada jangan sentuh gue."

"Iya bawel, untung cantik lo!"

"Gue ikut!" Bimo angkat suara, setelah sedari tadi hanya diam mendengar tawar menawar kedua temannya itu, seperti menawar sebuah barang. Dan Doni langsung menolak mentah-mentah.

***

"SAYA MAU KETEMU DENGAN SELINGKUHAN SUAMI SAYA, DI MANA ORANGNYA?!" pagi-pagi suasana kantor sudah dibuat ribut oleh seorang ibu-ibu yang entah datang dari arah mana, tiba-tiba sudah berada di lantai atas tempat Siska dan rekan-rekannya bekerja.

"Tunjukin sama saya di mana orangnya!!" teriakan lantang ibu-ibu berbadan tambun dengan dandanan bak ibu sosialita itu mengundang semua penghuni gedung untuk berkerumun.

"Ada apaan si?" Nena yang baru saja datang, ikut bergabung membelah keramaian, dan saat kedua bolamata garang si ibu yang dihiasi dengan bulumata antibadai, menangkap sosok Nena yang kebingungan, ibu itu langsung kalap melepaskan sepatu wedges nya.

BUGGG!!!

Entah bagaimana ceritanya, sepatu yang berat dan tebal itu menghantam pelipis Nena. Kejadiannya begitu cepat sampai security pun tidak sempat mencegah tindakan sang ibu yang nampak kesetanan.

Nena merasakan kepalanya serasa mau pecah, untungnya seseorang dengan sigap menangkap tubuhnya, setidaknya gadis itu cukup beruntung karena kepalanya tidak mendarat di lantai, melainkan di pangkuan seseorang yang kini menatapnya panik, setelah itu pandangannya berubah gelap. Pingsan.

SECURITY!!!!

Terpopuler

Comments

𝕮𝖎ҋ𝖙𝖆 Ney Maniez ❤

𝕮𝖎ҋ𝖙𝖆 Ney Maniez ❤

jgnn mauu nena

2024-12-06

0

Minie

Minie

di baca ulang gak bikin bosen

2024-08-06

0

ᶜᵃˡˡ ᴹᵉ ᴶⁱⁿᵍᵍᵃ😜

ᶜᵃˡˡ ᴹᵉ ᴶⁱⁿᵍᵍᵃ😜

gue baca ulang nie novel🤭

2023-06-08

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!