Rindu Pelukanmu
Namaku Anissa Putri Fatimah, usia 25 Tahun. Saat aku masih berumur sebelas tahun orang tua ku meninggal akibat kecelakaan, hingga merenggut nyawa mereka.
Saat ini aku tinggal bersama tetanggaku, karena ayah dan ibuku tidak memiliki saudara.
Tetanggaku dulu yang membantu ku kini menjadi orang tua ku sekarang. Mereka menganggap ku seperti anaknya. Walau terkadang terlihat, ketidaksukaan ibu sambungku kepada ku. Namun, aku tidak mempedulikan itu, aku tetap menganggap mereka seperti orang tuaku sendiri.
Setelah aku lulus sekolah, aku langsung bekerja di salah satu restoran cukup ternama. Tentu nya, dengan bantuan temanku yang sudah terlebih dahulu bekerja di restoran tersebut.
Terdengar suara kumandang adzan subuh. Nisa masih betah dalam selimutnya.
Nisa hari ini tidak melakukan kewajiban nya karena wanita memiliki kodrat yaitu menstruasi.
Nisa bangun dan duduk di tepi ranjangnya, ia begitu malas untuk bangun karena merasa hari ini kurang enak badan.
Tapi ia harus tetap bangun, memasak untuk kedua orang tua sambungnya.
"Nisa, apa kamu hari ini bekerja?" Tanya Ayahnya.
"Iya Ayah, Nisa bekerja. Nisa belum bisa ambil cuti, karena teman Nisa masih sakit belum ada penggantinya."
"Baiklah nak,” Ucap ayah terlebih dahulu menyelesaikan sarapannya.
"Ibu, Nisa berangkat kerja dulu ya," Pamit bisa sambil mencium punggung ibunya.
Ayah nya terlebih dahulu ke depan rumah untuk menyala kan motor ya terlebih dahulu untuk mengantar anaknya sekaligus pergi bekerja.
Saat ini ayahnya bekerja sebagai ojek Online. Dulu orang tua sambung nya adalah orang kaya, akibat kalah berjudi ayah nya menjual semua aset-aset nya karena kalah taruhan.
Disaat itu juga ayahnya dan teman temannya tertangkap polisi, dan dipenjara selama 5 tahun.
Nisa dan ibu angkat nya hanya berjualan kue keliling untuk menghidupi mereka berdua, saat itu aku masih duduk di bangku sekolah.
setelah lima tahun berlalu ayahnya telah bebas dari penjara dan berjanji tidak akan pernah melalukan perjudian lagi, ia sadar bahwa akibat perjudiannya anak dan istrinya terlantar.
Setelah sampai di tempat kerja nya, tidak lupa Nisa mencium punggung ayahnya.
"Nisa kerja dulu, Ayah hati-hati dijalan."
"Iya Nisa juga hati-hati kerja," kata ayahnya sambil menyalakan motornya, dan langsung melaju karena ia sudah mendapat kan orderan.
Nisa sosok orang yang lemah lembut, dan pantang menyerah dengan keadaan. Ia memiliki warna kulit putih bersih dan memiliki gaya rambut sebahu.
banyak yang menginginkan nya menjadi istri, tapi ia menolak karena saat ini belum ada keinginan untuk menikah.
Suatu hari ada yang datang melamarnya untuk menjadi nya istri kedua dengan kekayaan berlimpah untuk nya dan keluarga, tapi tetap ia tolak.
Setelah pulang bekerja Nisa melihat mobil mewah parkir di depan rumahnya entah siapa pemiliknya pikiran Nisa masih bertanya tanya.
Tidak mungkin ayahnya membeli mobil karena saat ini dia tahu keuangan ayahnya.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Nisa mencium punggung tangan kedua orang tuanya.
"Jadi bagaimana pak? Kalau bapak tidak setuju anak bapak dijadikan menantu saya terpaksa rumah ini menjadi milik saya,” Ucap pak tua adalah pemilik mobil mewah yang terparkir didepan rumahnya tersebut.
Ayahnya dulu pernah menggadaikan sertifikat rumahnya untuk berjudi, ia berpikir akan mendapatkan dua kali lipat. Namun, nasib nya tidak beruntung ia kalah dalam berjudi dan tertangkap polisi.
"Maaf kan saya tuan, beri saya waktu lagi saya akan melunasi hutang-hutang saya," Ujar ayahnya sambil bersimpuh di kaki orang tersebut.
"Ayah jangan seperti ini," Kata Nisa. Ia tidak tega melihat ayahnya bersimpuh.
"Beri kami waktu pak, saya akan melunasi hutang ayah saya,” Kata Nisa.
"Baiklah, saya akan memberi waktu 2 Minggu mulai besok! kalau dalam dua Minggu ini kalian tidak bisa melunasinya terpaksa kamu akan menjadi menantu saya." Ancamnya lalu beranjak pergi.
"Ayah, ayo kita ke kamar, ayah jangan bersimpuh begitu lagi ya! biar Nisa yang mencari uang nya, ayah jangan memikirkan nya lagi,” Ucap Nisa sambil menggandeng tangan ayah membawa nya ke kamar.
Ibunya juga menyusul mereka masuk kamar.
"Ayah istirahat saja dulu, Nisa ambilkan minum," Ucap Nisa keluar kamar.
Setelah mengambil air minum untuk ayahnya, samar samar Nisa mendengar kan pertengkaran orang tua angkatnya.
"Ini semua gara-gara kamu!" teriak ibunya.
"Coba saja dulu kamu tidak berjudi nasib kita tidak akan seperti ini! Terus kenapa kamu menolak Nisa dijadikan menantu oleh orang itu? Hah?”
"Apa kamu sudah gila! tidak mungkin aku memberikan putri ku kepada mereka! apalagi menjadikan nya menantu untuk anaknya yang pemabuk dan kasar itu,” geram ayahnya.
"Apa katamu ? putri mu!
Hei, sadar! dia bukan lah darah daging kita, dia hanya lah anak pungut!" ucap ibunya dengan penuh penekanan.
Plak...! Suara tamparan keras di pipi kiri mulus istrinya, hingga membuat pipi terlihat memerah. Suaminya tanpa sadar telah menampar pipi istrinya ia melihat tangannya merasa bersalah setelah apa yang dia perbuat.
"Kamu sudah menamparku demi anak pungut itu," teriaknya sambil memegang pipinya.
"Jaga bicara mu! atau kamu akan menerima akibat nya!
sampai kapan pun aku tidak akan pernah menyerahkan putriku," geram ayahnya.
"Baiklah kalau itu mau mu! aku akan pergi dari rumah ini, "Ancam ibunya. kemudian ibunya mengambil tas dan memasukkan semua bajunya.
Tanpa mereka sadari Nisa sudah mendengar pertengkaran mereka dibalik pintu.
Nisa hanya bisa pasrah sekarang, disisi lain ia sangat menyayangi ayahnya dan disisi lain iya juga tidak tega melihat ayah nya terlilit utang.
Setelah menghapus air matanya Nisa masuk ke dalam kamar ayahnya, berpura-pura tidak mengetahui yang telah terjadi.
"Ibu mau ke mana? kenapa ibu membawa begitu banyak baju?” Tanya Nisa.
Ibunya hanya diam dan fokus memasukkan baju ke dalam tasnya, Tanpa mau membalas pertanyaan Nisa.
"Ayah, ibu mau ke mana? kenapa ibu memasukkan pakaiannya?” tanya Nisa kepadanya ayah nya, dengan air mata mengalir di pipinya.
"Biarkan saja nak, itu pilihan nya. Nisa tidak perlu memikirkan nya!” tegas ayahnya.
"Ayah jangan berbicara seperti itu, tolong tahan ibu, jangan biarkan ibu pergi ayah.” Dengan menangkup kedua tangannya.
Nisa mengambil tangan ayahnya. Namun, tidak ada respon dari ayahnya.
Kemudian Nisa beralih kepada ibu.
"Ibu, jangan pergi, Jangan tinggalkan Nisa dan ayah Bu." Nisa bersimpuh memegang kaki sang ibu.
"Aku bukan ibumu! Pergi kau dari hadapanku!" Geram ibunya, sambil menendang tangan Nisa dengan kasar.
"Ibu jangan bicara seperti itu, ibu adalah ibuku yang merawat Nisa dari kecil," ucap Nisa sambil menangis tersedu sedu.
"Baiklah! kalau kamu menganggap aku adalah ibu mu, terima tawaran orang itu untuk menikah dengan anaknya.”
Duarr...! Bagaikan petir menyambar disiang bolong setelah mendengar ucapan ibu nya.
Like
vote
Rate
komen
Makasih dukungan nya semua🙏🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments
RINDU ⭕
Tak bisa membayangkan, bagaimana bila berada diposisi Nisa
2022-10-12
1
Nina ♋
Sungguh malang nasib Anisa, ibu angkatnya kejam tih
2022-10-12
3
Nina ♋
Sungguh keadaan yang begitu rumit dan sulit bagi Nisa
2022-10-12
4