"Jaga bicaramu!" geram ayahnya melihat istrinya begitu marah. Ia tidak rela anaknya di jadikan menantunya, walaupun Nisa anak angkatnya ia sangat Sayang kepada Nisa.
"Sudah berapa kali aku katakan! aku tidak akan pernah rela anakku dijadikan me—nan...." Ucap ayah terbata bata sambil memegang dadanya, Nisa langsung berdiri melihat ayahnya.
"Ayah, ayah kenapa? hiks. Hiks," Tanya Nisa sambil menangis memeluk ayahnya.
"Ayah tidak apa-apa nak! hanya saja dada ayah terasa sesak.” Lalu perlahan Nisa merebahkan ayahnya.
"Sebentar ayah, Nisa ambilkan air hangat untuk ayah!" Pamit Nisa pergi ke dapur, sambil menghapus air matanya.
Ibunya berdiri seperti patung melihat suaminya, ia jadi merasa bersalah dengan ucapannya tadi apalagi melihat keadaan suaminya.
"Apa kamu tidak apa-apa mas?" Tanya istrinya khawatir melihat suaminya ia duduk di samping suaminya.
Bukannya menjawab pertanyaan istrinya, suaminya malah memalingkan wajah nya.
"Maaf kan aku mas, hiks... hiks.. hiks, Aku terbawa emosi, aku cape dengan keadaan kita sekarang.” Ia berjalan menuju ke arah suaminya, lalu memeluk nya dengan menangis dalam pelukannya.
Tak lama ada sebuah tangan membelai rambutnya, seketika ia berhenti menangis.
"Apa mas sudah memaafkan ku?"
Suaminya mengangguk, ia tahu kalau istrinya terbawa emosi. Ia menyadari semua ini karena dirinya yang serakah dulu. Suaminya kemudian duduk dan memeluk istrinya.
Tak lama Nisa masuk membawa air hangat untuk ayahnya, ia melihat pemandangan yang begitu mengharukan melihat orang tuannya berpelukan dan saling memaafkan.
"Ayah, ibu," panggil pelan Nisa.
Ayah dan ibunya melepas pelukannya.
Mereka merasa malu tertangkap basah oleh anaknya sendiri ketika sedang berpelukan.
"Nisa, sini nak,”panggil ayahnya.
Ia meletakkan air hangat di meja yang ia bawa dari dapur tadi.
"Maaf kan ayah nak, Ayah sudah membuat kalian menderita seperti ini, Ayah tidak akan pernah maafkan diri ayah sendiri, lebih baik ayah mati saja," Ucap ayahnya sambil memukul kepalanya sendiri.
Nisa dan ibu nya menahan tangan ayahnya kemudian memeluknya bersamaan sambil berderai air mata yang begitu deras.
"Ayah jangan bicara seperti itu, Ayah dan ibu adalah ayah terbaik di dunia bagi Nisa. Ayah jangan berkata seperti itu, Nisa tidak mempunyai siapapun lagi selain ayah dan ibu," ucapnya sambil menangis.
"Mas, jangan bicara seperti itu, hiks.. hiks.. hiks," ucap istri nya terbata bata.
Setelah adegan berderai air mata, tercipta keheningan untuk ketiganya.
Ayahnya ada di tengah-tengah sedangkan ibu berada di sebelah kanan dan Nisa di sebelah kiri ayahnya.
"Nisa, Nisa masih belum ganti baju nak. Pergilah ke kamar mu mandi dan ganti baju,” Ucap ayah sambil membelai rambut ayahnya.
Sedangkan ibunya masih betah dalam diamnya.
"Baiklah ayah, Nisa mandi sekalian memasak makan malam untuk kita.."
"Ibu, ibu mau dimasak apa untuk makan malam?" Tanya Nisa basa basi, karena sejak dari tadi ibunya belum mau berbicara dengan dirinya.
"Ibu," panggil Nisa lagi.
Ibunya malah membalikkan badannya dan berpura pura tidur, Nisa melihat ayahnya menggelengkan kepalanya.
Nisa keluar kamar dengan air mata nya kembali menetes. Setelah masuk kamar Nisa mengambil handuk nya dan masuk ke kamar mandi.
Di bawah guyuran air, Nisa kembali menangis sejadi jadinya.
"Apa salahku? kenapa ibu sangat membenciku? Padahal aku sangat menyayanginya,” lirih nya sambil memeluk lututnya di bawah guyuran air.
"Tidak, aku tidak boleh seperti ini, aku harus kuat!" ucapnya menggelengkan kepalanya.
Setelah menyelesaikan urusannya dikamar mandi, Nisa keluar dengan mata yang sedikit bengkak akibat menangis, ia menuju dapur untuk memasak makan malam.
Setelah berkutik di dapur cukup lama, akhirnya ia menyelesaikan masakannya.
Ia mengambil makanan untuk ayah dan ibunya membawanya ke kamar.
tok..tok..tok..
"Ayah, ibu, ini Nisa bawa makanan, ibu dan ayah makan ya," ucapnya sambil meletakkan makanan di meja.
“Bagaimana keadaan ayah sekarang? Apa nafas ayah masih sesak?" Tanya Nisa khawatir.
Ayah nya menggeleng kan kepala.
Sedangkan ibu nya tertidur masih diposisi yang sama seperti sebelumnya.
"Apa Nisa sudah makan?" Tanya ayahnya.
Nisa mengangguk.
"Nisa sudah makan," Ucap nya berbohong saat ini ia tidak ada keinginan untuk makan.
Kemudian ayah nya duduk di tepi kasur di samping anaknya.
"Nak, jangan dipikirkan perkataan ibu mu tadi ya," ucapnya sambil membelai kepala anaknya.
"Ayah akan berjanji, untuk mencari cara agar kita bisa menebus sertifikat rumah ini, karena hanya ini satu satunya harta kita nak.
Maafkan ayah nak, karena kebodohan ayah dulu kalian akan menanggung akibatnya," Ucap ayahnya penuh dengan penyesalan.
"Ayah, ayah jangan bicara seperti itu lagi. Nisa janji, Nisa akan membantu ayah bekerja mencari uang untuk mengambil sertifikat itu kembali, "Ucapnya sambil memeluk ayahnya.
"Kita berjuang bersama ayah, asal ayah janji tidak boleh menyalahkan diri ayah lagi, dulu itu hanya masa lalu ayah," ucap Nisa ramah.
Ayahnya begitu terharu mendengar ucapan anaknya ia kembali memeluk erat anaknya.
"Ayah makan dulu, setelah itu minum obatnya, Nisa kembali ke kamar dulu ya," Pamit Nisa.
Ayah mengangguk, kemudian Nisa keluar tidak lupa ia menutup pintu kamar.
Tanpa mereka sadari ibunya sudah terbangun sejak tadi mendengar percakapan mereka.
Nisa kembali ke kamarnya, tidak lupa ia menutup pintu kamarnya. Ia membuka jendela melihat malam langit begitu indah dengan bertaburan bintang-bintang di langit.
"Papa, mama, Nisa sangat merindukan kalian. Mama dan papa lagi apa disana?” Ucapnya sambil memandang ke arah langit yang gelap dengan penuh bintang bertaburan, tak terasa air matanya menetes kembali.
"Ma, kalau Nisa boleh mengeluh. Nisa sudah lelah mah," kata Nisa masih dengan posisi yang sama.
Ia berbicara kepada bintang yang sedang berkilap kelip seakan mereka mendengar keluhan Nisa.
Setelah ia merasa sedikit lega, Nisa kembali menutup jendela nya.
Ia menaiki tempat tidur dan merebahkan tubuhnya.
Tak berapa lama kelopak mata nya mulai tertutup, Mungkin kelelahan menangis.
"Nisa sayang," panggil seseorang
Nisa membuka matanya ia melihat perempuan cantik seperti bidadari.
"Mama," ucapnya langsung duduk memeluk mamanya.
"Ma, Nisa sangat merindukan mama. Mama tidak boleh pergi lagi."
"Mama juga sangat merindukanmu sayang, tetaplah berbakti kepada kedua orang tuamu. Walaupun, mereka bukan orang tua kandungmu sayang.”
"Iya mah, Mama jangan pergi lagi. Aku ingin memeluk mama terus seperti ini. Apa aku boleh ikut Mama?”
"Tidak boleh sayang, tugas Nisa masih belum selesai.”
“Tapi mah...,”
"Mama pergi dulu ya.”
Mencium kedua pipi Nisa lalu melepaskan pelukannya.
"Mah, aku masih ingin memeluk Mama sebentar lagi.”
Tak lama terdengar suara adzan subuh. Nisa terbangun dengan posisi memeluk guling, ia memegang pipinya yang terlihat basah.
"Astagfirullah, ternyata aku mimpi,” Ucapnya sambil menghapus air matanya.
"Mama," Ucapnya lirih.
Like
komen
Rate
Vote
Makasih banyak dukungannya.🙏🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments
Nenieedesu
ini juga sudah aq favoritkan
2023-06-15
0
🏁Nyno_Ever🏁
Bersyukur sang istri segera menyadari kesalahannya
2022-10-13
2
Dewi
Semoga saja seusai kejadian ini ayah Nisa bisa memperbaiki diri menjadi lebih baik lagi
2022-09-30
0