Seducing My CEO
Setelah berbulan-bulan menganggur, akhirnya Kim Sena mendapatkan panggilan wawancara kerja di Lacoza, salah satu perusahaan ternama di Seoul. Tentu saja Sena menerimanya, karena perusahaan besar seperti inilah yang ia cari selama ini.
Sena mengenakan atasan kemeja putih dilapisi blazer warna hitam, lalu ia memadukannya dengan bawahan rok pensil berwarna hitam selutut. Tubuh rampingnya terlihat seksi dengan perpaduan baju tersebut. Kabarnya, selama ini banyak pria tergila-gila padanya karena kecantikan Sena yang diatas rata-rata, dan tubuh seksi yang dimilikinya. Namun, Sena mengabaikan para pria itu. Sebab sampai sekarang belum ada satu pun di antara mereka yang dapat menggetarkan hatinya.
Hari senin pukul 10.00 pagi. Sena tiba di Lacoza dan memasuki ruangan manajer untuk melakukan wawancara kerja. Ia merasa senang, sebab ada kemungkinan dirinya akan diterima di perusahaan tersebut.
Kini, Sena menduduki kursi seraya menyibak rambut wavy-nya yang tergerai panjang. Sangat cantik.
"Nona Kim Sena, kami sudah membaca CV-mu dan kebetulan perusahaan ini sedang membutuhkan karyawan di bidang desain. Kami menerimamu bekerja di perusahaan ini. Jika kau berkenan bekerja di perusahaan kami, mohon tanda tangan kontrak di sini," ujar Lee Jinsu----Manajer perusahaan tersebut. Pria itu memberikan beberapa berkas dokumen kepada Sena untuk ditandatanganinya.
"Kontrak kerja selama 3 bulan di Lacoza Inc.?" tanya Sena, seraya membaca dokumen tersebut.
"Iya. Kontrak kerjamu berjangka 3 bulan. Jika kau sudah menandatanganinya maka kedua belah pihak tidak bisa membatalkannya. Kau harus bekerja sesuai perjanjian dan kami pun tidak bisa memecatmu sebelum kontrak itu berakhir," jawabnya.
"Namun sejujurnya, aku ingin bekerja di perusahaan ini lebih lama. Apakah kontrak kerjaku nanti bisa diperpanjang?"
Manajer itu mengangguk. "Jika pekerjaan anda baik, maka perusahaan akan memperpanjang kontrak anda."
"Baiklah. Aku menerima kontrak ini." Sena setuju dan menandatangani surat perjanjian kontrak tersebut.
"Terima kasih. Asistenku Bora akan menemanimu untuk melihat-lihat hasil produksi perusahaan. Silakan." Manajer itu memanggil seorang wanita bernama Bora----Asistennya yang berusia 27 tahun, dan sudah menikah.
"Nona Sena, mari ikuti saya," ujar Bora, seraya membawa Sena pergi ke gudang untuk melihat-lihat hasil produksi.
Setelah 3 menit, Bora dan Sena tiba di sebuah gudang yang besar. Banyak pakaian merek terkenal yang tersimpan di sana. Sena menatap semua pakaian itu dengan tatapan aneh. Semua desain pakaian itu tidak sesuai dengan gayanya.
"Semua pakaian ini adalah produksi dari perusahaan kami. Lacoza memproduksi benang, kain, dan juga pakaian. Ada puluhan merek terkenal yang diproduksi di sini." Bora menjelaskan dengan detail.
"Semua model pakaian di sini sangat kuno," gumam Sena spontan. Sena bicara menurut apa yang ia pikirkan.
"Aku akan menunjukkan pakaian lain yang sangat terkenal. Ini adalah merek Lacoza, merek terkenal perusahaan kami," ucap Bora, sembari menunjukkan beberapa contoh pakaian dengan merek terkenal.
"Ini juga sangat kuno. Apakah Lacoza tidak memiliki model lain selain ini?" Sena heran dengan model pakaian di perusahaan ini. Menurutnya aneh dan tidak berkembang.
Bora menggelengkan kepala. "Tidak ada."
Tanpa disadari, celetuk Sena mengundang perhatian orang sekitar. Percakapan mereka didengar oleh seorang pria yang kebetulan melewati gudang itu. Pria berjas hitam mendadak berhenti dan menatap Sena dengan tatapan tajam.
"Apa yang kau katakan barusan?" tanya pria itu dingin.
Bora membalikkan badan dan terkejut melihat pria itu. Dengan cepat, ia menundukkan kepala dan tak berani menatap wajahnya.
"Bora, bawa wanita ini ke ruanganku!" titahnya, yang tak mungkin Bora bantah.
"Baik, CEO Park." Tubuh Bora mulai gemetar. Dia sudah bisa menebak sesuatu yang buruk akan terjadi. CEO itu pergi menuju ruangannya diikuti Bora dan Sena di belakangnya.
Mereka memasuki ruangan CEO yang luas. Tampak ada meja kerja besar, sofa dan beberapa lemari terjajar rapi di sana. Sesaat setelah tiba di ruangan tersebut, pria itu berdiri di depan mejanya sambil menyilangkan kedua tangan di dada. Bola matanya menatap tajam ke arah dua wanita itu, seolah ingin menerkam.
Presiden dan CEO Lacoza Inc., Park Juhan terkenal dengan wajahnya yang menawan dan sifatnya yang dingin. CEO muda berhidung mancung itu berusia 30 tahun dan belum menikah. Wajahnya bersih dan sangat tampan. Wanita mana pun yang memandangnya bisa saja tergoda oleh ketampanannya yang sempurna. Namun pasalnya, dia sangat perfeksionis dan mudah tersinggung. Sifatnya yang dingin sudah terkenal di seluruh penjuru Lacoza.
"Apakah wanita ini adalah karyawan baru?" tanya Juhan, seraya mengamati Sena.
"Iya, benar. Dia adalah Nona Kim Sena karyawan baru bagian desain." Bora menjawab lirih sambil menundukkan kepala.
"Pergilah! Tinggalkan wanita ini di sini," perintah Juhan dingin.
Bora mengangguk, lalu ia keluar dari ruangan.
Juhan menyipitkan mata. "Nona Kim Sena, aku telah mendengar semua ucapanmu di gudang. Kau telah menghina Lacoza!"
"Maaf. Aku tidak sengaja melakukan itu. Semua hanya terlintas dalam pikiranku saja. Aku sama sekali tidak ada niat untuk menghina Lacoza."
Juhan menyeringai tak percaya. "Kau dengan mudah mengatakan tidak sengaja?"
"Aku hanya mengatakan yang sebenarnya. Lagi pula, model pakaian itu memang kuno. Aku hanya berkata jujur sesuai pendapatku. Aku sudah berpengalaman di bidang ini dan aku tahu banyak tentang pakaian." Sena berkata lantang, yakin dengan pendapatnya.
"Kau tidak tahu apa-apa dalam hal ini! Lacoza menjual produk yang laku di pasaran, bukan barang seperti yang kau pikirkan. Kau sama sekali tidak mengerti tentang bisnis," tukas Juhan.
"Tapi jika model produknya bagus, pasti akan lebih baik lagi. Anda sebagai CEO seharusnya menerima kritik dan saran dari orang lain."
BRAK !
Juhan menggebrak meja dan menatap Sena tajam.
"Lancang! Beraninya kau mengatakan hal seperti itu padaku. Kim Sena, hari ini kau dipecat!" hardik Juhan tajam.
Sena membelalakkan matanya. "Hah? Aku baru saja menandatangani surat kontrak dan belum mulai bekerja. Tapi kenapa aku sudah dipecat? Lagi pula perjanjian kontrak itu tidak bisa dibatalkan secara sepihak. Anda tidak bisa memecatku begitu saja!"
Juhan mengernyitkan kening, ia sama sekali tidak menyukai Sena dan berniat ingin memecatnya secepat mungkin. Namun, dia ingat kalau kontrak kerja yang sudah ditandatangani tidak dapat dibatalkan begitu saja. Juhan berpikir keras mencari cara lain untuk mendepak wanita itu dari perusahaannya.
Bagi Juhan, siapa pun orang yang berani melawannya harus angkat kaki dari perusahaannya, tanpa terkecuali.
"Baiklah. Aku akan menambahkan satu perjanjian baru untukmu. Jika dalam waktu 3 bulan ini kau tidak bisa membuatku memaafkan semua perbuatanmu, maka setelah kontrak selesai, kau harus angkat kaki dari sini. Aku tidak peduli pekerjaanmu
bagus atau tidak, aku akan tetap mengusirmu dari dari perusahaan ini!" Juhan berkata serius dan tidak main-main dengan ucapannya.
"Apa? itu tidak adil. Kau tidak bisa memutuskan itu secara sepihak. Jika prestasiku di perusahaan ini bagus, aku ingin terus bekerja di sini," ucap Sena.
"Jika kau tetap ingin bekerja di sini, kau harus mematuhi semua peraturan yang aku buat. Sekarang cepat pergi ke meja kerjamu!" Juhan menatap Sena dengan ekspresi marah.
"It's okay. Aku terima tantanganmu. Dalam waktu 90 hari, aku akan membuatmu memaafkanku dan menerimaku di perusahaan ini. Aku akan berusaha melakukan yang terbaik untuk mengembangkan perusahaan ini." Sena sangat kesal, lalu keluar dari ruangan.
...***...
Malam hari di rumah, Sena meringkuk di sofa sembari menonton TV, menyaksikan acara-acara hiburan yang bisa menghilangkan penat di hatinya. Jujur saja, Sena masih merasa kesal dengan kejadian yang dialaminya di tempat kerja hari ini. Tidak ada kata lain selain... menyebalkan.
CEO gila itu telah memberikannya sesuatu yang sulit dan tidak masuk akal. Tentu saja Sena merasa kebingungan dan tidak tahu hal apa yang harus ia lakukan supaya CEO itu mau memaafkannya.
Kring !
Bunyi telepon masuk berdering di ponsel Sena. Wanita itu bergegas mengangkat panggilan masuk tersebut. "Halo."
"Hai, Sena. Bagaimana wawancara kerjamu hari ini? Apakah kau sudah diterima kerja?" tanya seseorang dalam telepon.
"Hai, Hyemi. Bisakah kita bertemu sebentar? Aku benar-benar stress hari ini," jawab Sena.
"Oke. Aku tunggu di Kudi Bar tempat biasa kita nongkrong."
"Oke," jawabnya.
Setelah 20 menit kemudian. Bersama Hyemi teman baiknya, Sena duduk lesehan di Kudi Bar, salah satu bar yang kerap Sena kunjungi bersama temannya.
"Jadi kau sudah diterima kerja di perusahaan Lacoza yang terkenal itu? Wow! Kau hebat, Sena." Hyemi tersenyum gembira.
"Ini tidak seindah yang kau bayangkan. CEO perusahaan itu sudah gila. Dia membuat aturan yang tidak masuk akal. Aku hanya memberikan sedikit masukan untuknya, tapi dia tidak terima dan memberiku tantangan yang tidak jelas. Sepertinya dia ingin menyingkirkanku dari perusahannya." Sena sangat kesal, lalu mengambil sebotol soju dan meminumnya.
"Ehmm, ini aneh. Tantangan seperti apa yang dia berikan padamu?" tanya Hyemi ingin tahu.
"CEO gila itu memberiku waktu 3 bulan untuk membuatnya mau memaafkan kesalahanku. Jika tidak, kontrak kerjaku tidak akan diperpanjang. Kau tahu kan, aku benar-benar sedang membutuhkan pekerjaan. Dan jujur saja gaji di Lacoza lumayan banyak. Aku tidak ingin kehilangan pekerjaan itu," jawab Sena pelan dan terlihat sedih.
"Aku akan memberikan beberapa saran padamu. Buatkan dia makanan dan berikan padanya. Mungkin dengan cara ini akan berhasil," saran Hyemi, memberikan ide.
"Oke, akan aku coba," jawabnya.
...***...
Keesokan hari pukul 09.00 pagi. Sena tiba di kantor dengan mengenakan kemeja putih dan rok hitam di atas lutut. Ia duduk di meja kerjanya sambil memasukkan sekotak kimbab /makanan berbentuk sushi ke dalam lacinya. Sena sengaja membuat sushi untuk diberikan kepada Juhan supaya pria itu mau berdamai dengannya dan mau memaafkannya.
Tak lama, Juhan beserta beberapa orang dari dewan direksi masuk ke kantor dan melewati meja kerja para staf. CEO tampan itu melirik ke arah Sena sekilas, lirikannya terlihat tidak menyenangkan. Namun, ekspresi apa pun yang ditampilkannya, sama sekali tidak mengurangi ketampanan Juhan yang menawan.
Sena hanya diam memperhatikan Juhan pergi, ia menunggu waktu yang tepat untuk memberikan kimbab buatannya kepada CEO dingin itu.
Setelah 30 menit berlalu, Sena mengeluarkan kimbab-nya, lalu pergi menuju ruangan CEO. Sena berjalan santai melewati koridor. Ketika hendak berbelok, tiba-tiba ada seorang pria dari arah berlawanan sedang berjalan terburu-buru dan mereka berdua bertubrukan.
"Akh !" Sena refleks berpegang pada pria itu dan tak sengaja menarik dasinya. Keduanya kehilangan keseimbangan dan akhirnya terjatuh di lantai bersama. Sena telentang di lantai, sedangkan pria itu menindihnya dari atas.
"CEO Park Juhan!" Sena membatin seraya membulatkan matanya terkejut.
Juhan pun terkejut melihat Sena berada di bawahnya. Tak sengaja tangannya menyentuh dada Sena yang menonjol.
PLAK !
Sena refleks melayangkan tamparan ke wajah Juhan.
Dengan ekspresi marah, Juhan bangkit dari posisinya seraya memegang pipinya yang panas.
"Kau..apa yang kau lakukan!" bentak Juhan seraya menatap wanita itu tajam.
"Ma-maaf, aku tidak sengaja melakukannya," ucap Sena, seraya bangkit berdiri dari posisinya.
"Lagi-lagi kau yang membuat masalah. Kau menarikku jatuh, lalu menamparku. Kau tahu aku ini siapa?!" tanya Juhan dengan penuh penekanan.
"Aku tahu. Aku benar-benar tidak sengaja dan aku sudah minta maaf. Lagi pula, kau telah menyentuh dadaku. Aku sungguh merasa dirugikan," jawab Sena sembari menunduk.
"Kau pikir aku sengaja menyentuhnya? Dengar, dari awal aku tidak menyukaimu dan aku tidak ada niat untuk menyentuh tubuhmu. Aku peringatkan sekali lagi, kata-kataku kemarin tidak akan pernah berubah. Aku pastikan kau akan angkat kaki dari perusahaanku!" ucap Juhan dingin.
"Jika aku berhasil membuatmu memaafkanku, apakah aku tetap bisa bekerja di sini?" tanya Sena.
"Jika kau berhasil, kau boleh mengajukan satu permintaan kepadaku. Dan sebaliknya, jika kau gagal aku akan membuangmu dari perusahaanku," jawab Juhan, seraya berjalan pergi.
Sena tertegun melihat kimbab yang ia bawa berceceran di lantai. Maksud baiknya tak tersampaikan dan justru menambah masalah. Ia berjongkok memunguti satu per satu potongan kimbab itu.
"Aku berniat memberikan kimbab ini kepadanya, tapi aku malah menamparnya," gumamnya gelisah.
Peristiwa itu membuat Juhan kesal dan semakin marah. Lalu, CEO tampan itu masuk ke ruang manager, dan membanting pintu dengan keras.
"Jinsu, aku ingin bicara denganmu," ucap Juhan dengan ekspresi kesal, tak tertahankan lagi.
"Apa yang ingin kau bicarakan?"
"Wanita itu, Kim Sena. Batalkan kontrak kerjanya dan keluarkan dia dari perusahaan. Ganti saja dengan yang lain."
"Tidak bisa. Sebelum 3 bulan, kontrak itu tidak bisa dibatalkan. Kenapa kau tiba-tiba ingin mengeluarkan dia? Bukankah kau sedang membutuhkan karyawan bagian desain?" tanya Jinsu bingung.
"Wanita itu selalu membuatku kesal!"
"Aku mengerti, tapi kau tidak boleh egois. Kim Sena adalah orang yang tepat di posisi ini. Dia sangat berpengalaman dan pintar. Aku tahu kau seorang CEO dan bisa berbuat apa saja sesukamu. Tapi aku mohon untuk kali ini, ikuti saranku," bujuk Jinsu seraya menatap wajah kesal Juhan.
Juhan terdiam, beberapa detik kemudian ia mengangguk terpaksa. "Okay. Aku akan menunggu sampai 3 bulan, lalu aku akan mengeluarkan wanita itu!"
Jinsu tertawa kecil. "Lakukan sesukamu, CEO muda. Oh ya, kebetulan nanti malam perusahaan mengadakan hwesik. Kau mau ikut?"
"Okay. Carikan restoran dengan makanan yang enak," jawab Juhan, seraya berjalan menuju pintu keluar.
"Baik, Bos. Aku akan carikan restoran yang enak malam ini," goda Jinsu sambil tersenyum.
Pasalnya, hwesik adalah acara makan bersama disaat pulang kerja untuk menambah keakraban sesama rekan kerja.
Malam ini, seluruh karyawan Lacoza tiba di sebuah restaurant besar untuk melakukan hwesik. Semua duduk berhadapan sambil menikmati hidangan daging bakar dan makanan lainnya di meja. Tiba-tiba, Jinsu berjalan mendekati Sena dan duduk di sampingnya.
"Sena, bagaimana kerjaanmu hari ini di Lacoza?" tanya Jinsu.
Sena tersenyum. "Baik. Aku rasa tidak ada masalah dengan pekerjaanku."
"Baguslah. Aku mau mengatakan satu hal padamu. Jika Juhan melakukan hal aneh abaikan saja. Dia memang seperti itu."
Sena melirik ke arah Juhan sejenak, lalu beralih menatap Jinsu. "Mana mungkin aku bisa mengabaikan dia. Park Juhan adalah CEO di perusahaan ini."
"Tidak apa-apa. Juhan masih baru di sini. Dia menggantikan ayahnya sebagai CEO mulai 2 tahun yang lalu. Dia lebih muda dariku 7 tahun dan aku sudah menganggap dia seperti adikku sendiri," ujar Jinsu, seraya tersenyum.
"Aku dapat melihat kalau hubungan kalian sangat baik." Sena tersenyum tipis.
Jinsu tertawa. "Benar. Ayo bersulang!"
Jinsu mengangkat gelas soju, lalu bersulang bersama. Jinsu memang terlihat lebih dewasa dan sabar daripada Juhan. Pada malam itu, orang-orang minum soju terlalu banyak sehingga membuat beberapa diantara mereka mabuk dan pulang lebih cepat.
"Aku permisi mau pergi ke toilet." Sena bangkit dari kursinya, lalu bergegas pergi ke toilet.
Beberapa menit kemudian, Sena keluar dari toilet dan tak sengaja berpapasan dengan Juhan. Mata mereka saling beradu dan CEO tampan itu terus-menerus menjatuhkan tatapannya ke arah Sena, seperti ada sesuatu yang menarik perhatian pria itu. Tanpa aba-aba, Juhan tiba-tiba menarik lengan Sena dengan kuat.
"Akh." Sena terpekik karena terkejut. Dengan cepat, Juhan menyandarkan tubuh Sena ke dinding dan menutupinya dengan badannya yang tegap. Juhan berdiri begitu dekat sehingga wajah tampannya terekspos sangat jelas. Embusan napasnya menyapu setiap inci wajah Sena yang mulus.
Juhan menyelipkan tangannya ke pinggul Sena, lalu merabanya turun dan berhenti di bokong seksi wanita itu. Seketika Sena menjadi kaku dibuatnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Potato Peach
Mampir,, masih nyimak🙏🙏
2021-10-27
0