Chapter 2

Seluruh tubuh Sena menjadi kaku dan hatinya berdebar-debar. Tak biasanya CEO dingin itu melakukan hal semacam ini.

"Kau melupakan sesuatu, Nona Kim Sena." Juhan berbisik, seraya menarik ritsleting rok Sena ke atas.

SREEEKK...!

"Kau lupa menutup ritsletingmu, Nona. Lain kali jangan sampai terulang lagi." Juhan tersenyum, lalu melenggang pergi.

Sena menganga dan terkesiap menatap punggung laki-laki yang semakin menjauh dari pandangannya. Ia merasa sangat malu dan jantungnya berdetak kencang tidak keruan.

Pukul 23.20 malam, Sena tiba di rumahnya dengan kepala pusing dan sedikit mabuk. Ia membanting tubuhnya di kasur dan mendengus kesal. Sena merasa hari ini adalah hari kesialan untuknya.

"Dalam sehari dia sudah menyentuh dada dan pantatku. Sungguh pelecehan seksual," ucapnya kesal. Perasaan marah sekaligus malu terukir jelas dalam benaknya hingga tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

...***...

Pagi ini, Sena menyelesaikan sarapan dan pergi bekerja dengan naik bus kota menuju kantor. Sesampainya di sana, Sena langsung mendudukkan dirinya di meja kerja.

"Selamat pagi, Sena," sapa Bora, sambil berjalan menuju meja kerjanya yang tak jauh dari Sena.

"Hai, selamat pagi," jawab Sena tersenyum.

"Sena, bolehkah aku bertanya sesuatu?"

"Iya, silakan."

"Apa yang terjadi ketika kau berada di ruangan CEO waktu itu? Aku telah meninggalkanmu sendirian di sana. Aku minta maaf," ucap Bora, seraya mengerutkan kening merasa tidak enak dengan Sena.

Sena menggeleng. "Tidak apa-apa. Kau tidak salah. Kau pergi karena memang disuruh CEO. Aku sama sekali tidak mempermasalahkan hal itu."

"Aku tahu telah terjadi sesuatu di sana. Bisakah kau menceritakannya padaku?" Bora ingin tahu kejadian di sana.

"CEO Park Juhan sangat marah padaku. Dia ingin memecatku tapi keputusan terakhirnya adalah.. dalam 3 bulan ini aku harus bisa membuatnya memaafkanku kalau tidak maka kontrak kerjaku tidak akan diperpanjang," jawab Sena dengan raut wajah khawatir.

"Hmm.. Sebenarnya, kejadian sepertimu sudah sering terjadi di sini. Banyak karyawan baru tidak berhasil meredam amarah CEO Park dan akhirnya kontrak kerja mereka tidak diperpanjang. Mulai sekarang kau harus berhati-hati dengan CEO Park Juhan," ujar Bora, mengingatkan Sena untuk lebih berhati-hati.

"Iya terima kasih. Aku akan lebih berhati-hati."

"By the way, apa kau sudah mencoba sesuatu untuk membuatnya tidak marah?"

Sena menggeleng. "Sudah, tapi tidak berhasil. Apa kau punya ide?"

"Setahuku, CEO Park Juhan menyukai ayam goreng rasa keju. Cobalah belikan dia itu. Siapa tahu dia suka dan tidak marah lagi padamu," jawab Bora sambil tersenyum.

"Oh, terima kasih sarannya." Sena membalas Bora dengan senyuman.

Pada waktu yang sama, beberapa orang sedang mengikuti rapat di ruang CEO.

"Jinsu, jangan lupa buatkan contoh produk seperti yang aku minta," ucap Juhan memerintah.

"Oke, aku akan meminta tim desain untuk membuatkan sketsanya."

"Baiklah, untuk saat ini cukup sekian. Rapat pagi ini kita tutup." Juhan mengakhiri rapat.

Semua orang berdiri dari duduknya, lalu kembali ke tempat kerjanya masing-masing.

Dua jam kemudian, Sena membawa setumpuk dokumen seraya berjalan menuju ruangan manajer. Ia tiba di depan ruangan dengan pintu sedikit terbuka. Sena segera masuk ke dalam ruangan dan tiba-tiba ada yang menarik pintu dari dalam, sehingga dokumen yang dibawa Sena berjatuhan.

Sena terkejut melihat Juhan ada di hadapannya. Tidak sengaja, Sena dan Juhan berjongkok bersamaan dan kening mereka bersenggolan.

"Oh." tangan Sena berhenti bergerak saat ia bersentuhan dengan CEO tampan itu.

Ketika melihat Sena, mata Juhan sedikit melebar daripada biasanya.

"Ehem.." Jinsu berdeham memecahkan keheningan. Dengan cepat, mereka mengambil dokumen itu kemudian bangkit berdiri.

"Jinsu, aku mau kembali ke ruanganku," ucap Juhan seraya melangkah keluar ruangan.

Sena berjalan mendekati Jinsu, lalu menyodorkan tumpukan dokumen yang ia bawa.

"Manajer Lee Jinsu, ini pekerjaan yang kau berikan padaku kemarin. Aku sudah menyelesaikan semuanya hari ini."

Jinsu menerima kertas itu, kemudian mengeceknya satu per satu. Pria itu mengangguk dan tersenyum lebar.

"Kau menyelesaikannya dengan sangat baik. Aku menyukai pekerjaanmu," ucapnya.

"Terima kasih." Sena tersenyum.

"Oh ya, aku mau memberimu satu pekerjaan lagi. Perusahaan akan mengeluarkan produk baru seperti ini. Bisakah kau membuat desainnya?" tanya Jinsu seraya memberikan contoh kepada Sena.

"Aku akan mencobanya dulu."

"Oke. Jika tidak ada keperluan lagi kau bisa kembali ke mejamu."

"Baik." Sena berbalik, lalu berjalan keluar. Sesampainya di meja kerja, wanita itu fokus mengerjakan tugas yang diberikan oleh manager. Sena bekerja keras dan berusaha menunjukkan hasil kinerjanya di perusahaan itu. Ia ingin membuktikan kalau dirinya layak dipekerjakan di Lacoza.

Waktu sudah menunjukkan pukul 18.00 sore. Saatnya pulang kerja, tapi Sena masih terlihat sibuk di meja kerjanya. Perlahan, Bora datang menghampirinya dari belakang.

"Sena, kau tidak pulang?"

"Oh iya, sudah waktunya pulang aku lupa. Aku terlalu bersemangat kerja sampai lupa waktu." Sena mulai membereskan peralatannya.

Bora tersenyum. "Kau pulang naik apa?"

"Aku naik bus, tapi sebelum pulang aku mau menemui manajer Lee Jinsu dulu."

"Manager Lee sedang ikut rapat bersama CEO dan dewan direksi. Mungkin akan selesai agak malam," ucap Bora.

"Benarkah?"

Bora mengangguk. "Iya."

Kalau begitu CEO Park Juhan juga akan pulang malam. Ini kesempatanku untuk memberikan ayam goreng kepadanya, batin Sena.

"Sena, aku pulang duluan ya. Suamiku sudah menjemputku. Sampai ketemu lagi besok." Bora berpamitan lalu pergi meninggalkan Sena.

Setelah itu, Sena pergi menuju restoran ayam yang ada di dekat kantor. Setelah lima belas menit berjalan, akhirnya ia tiba di restoran itu.

"Permisi, aku mau membeli ayam goreng," teriak Sena.

"Maaf, ayam goreng di restoran kami sudah habis. Silakan membeli ayam goreng di cabang lain," jawab seorang karyawan di restoran itu.

"Apa? Ayam-nya sudah habis?" tanya Sena kaget.

Karyawan itu mengangguk. "Hari ini pengunjung di restoran kami sangat banyak sehingga semua ayam goreng habis dan kami berencana tutup lebih awal. Anda bisa membeli ayam goreng di cabang lain yang ada di dekat sini."

"Oh ya? Di mana itu?" tanya Sena penuh harap.

"Ini belok kanan, jika ditempuh dengan jalan kaki mungkin sekitar 20 menit." Karyawan itu memberi petunjuk.

Sena mengangguk pelan. "Baiklah, aku akan pergi ke sana. Terima kasih."

Sena segera melangkah keluar, lalu berjalan menuju arah yang ditunjuk oleh karyawan itu.

Pikirnya, walaupun ia harus berjalan lebih jauh lagi untuk membeli ayam goreng, ia akan tetap melakukannya. Sena berusaha membuat CEO itu tidak marah lagi padanya dan mau menerimanya di perusahaan.

Sekitar 20 menit kemudian, Sena tiba di restoran ayam cabang lain. Namun, di restoran itu terlihat banyak orang tengah mengantre sangat panjang.

"Huh? Mau beli ayam goreng saja harus antrean panjang begini," gumamnya kesal. Sena melangkah maju, lalu ikut antrean di sana.

Setelah mengantre cukup lama, akhirnya tiba giliran Sena.

"Aku mau membeli ayam goreng rasa keju han mari/ 1 ekor ayam dipotong menjadi beberapa bagian."

"Baik. Ayam goreng rasa keju han mari harganya 20.000 won," jawab kasir.

Sena membuka dompetnya dan di dalam dompetnya hanya tersisa uang 20.000 won. Ini merupakan uang terakhirnya. Dengan berat hati, Sena memberikan uang itu kepada kasir restoran.

"Aku menggunakan uang terakhirku untuk membeli makanan kesukaannya. Aku harap dengan ini CEO Park Juhan mau memaafkanku dan tidak membenciku lagi," Sena membatin dengan penuh harapan.

Pukul 21.00 malam, Sena tiba di kantor dengan membawa sekotak ayam goreng yang telah ia beli barusan. Dia terlihat lelah karena telah berjalan cukup jauh, dan tak terasa ia sudah menghabiskan waktu 3 jam untuk membeli ayam goreng itu. Melelahkan.

Sena berdiri di koridor. Wanita itu menyandarkan punggungnya di dinding seraya menunggu Juhan selesai dari rapat.

Tak lama kemudian, Sena melihat Juhan muncul dari koridor bersama beberapa orang dari dewan direksi, cukup ramai.

"CEO Park Juhan," panggil Sena seraya berjalan mendekatinya.

Juhan menatap Sena dan berhenti.

"Kalau begitu kami pamit pergi lebih dulu," ucap beberapa orang di samping Juhan bersamaan.

Juhan mengangguk, kemudian orang-orang itu berjalan pergi meninggalkan Juhan bersama Sena sendirian.

"Kenapa kau masih ada di sini?" tanya Juhan dingin.

"Aku ingin memberikan ini. Aku dengar, kau menyukai ayam goreng. Jadi aku pergi membelinya. Ini mohon terimalah!" Sena menyodorkan sekotak ayam goreng kepada Juhan dan dia pun menerimanya.

"Aku berharap kau mau memaafkanku dan kita bisa berdamai," ucap Sena, seraya tersenyum.

"Jadi kau ingin menyuapku dengan ini? Nona Kim Sena, apa kau pikir dengan ini kau bisa membuatku memaafkan semua kelakuanmu?" Juhan membuka kotak ayam goreng itu, lalu membaliknya ke bawah sehingga potongan ayam goreng itu berjatuhan di lantai.

Sena membulatkan mata dan terkesiap melihat tingkah Juhan yang membuang ayam goreng pemberiannya begitu saja. Dadanya terasa sesak seketika. Mengapa pria itu membuangnya tanpa berpikir terlebih dahulu? Apakah CEO itu sudah gila?

"Kau benar-benar tidak menghargai pengorbanan orang lain!" hardik Sena.

"Aku tidak peduli denganmu. Jangan harap aku mau memaafkanmu dengan mudah." Juhan melangkah pergi dan memunggungi Sena di belakangnya.

Dengan kesal, Sena mengambil potongan ayam di lantai lalu melemparkannya ke arah Juhan. Alhasil, sepotong paha ayam terbang melayang mengenai rambut hitam sang CEO.

Juhan berhenti di tempat. Dengan raut wajah marah, pria itu menengok ke belakang menatap Sena yang tengah terdiam.

"KIM SENA! Apa yang kau lakukan!" bentak Juhan kencang. Kilatan marah jelas terpancar dari matanya.

Tanpa mengucapkan apa pun, Sena berlari menuju pintu keluar.

Pikirnya, pengorbanan yang ia berikan terbuang sia-sia begitu saja. Uang terakhirnya lenyap tak membuahkan hasil sama sekali.

Jika memang dia tidak bisa memaafkanku setidaknya jangan membuang ayam goreng itu, batin Sena sambil menahan air mata yang hendak keluar. Dia merasa sangat kesal, mengapa pria itu membuangnya begitu saja tanpa berpikir terlebih dahulu. Kekecewaan mengisi setiap lembar pikiran Sena. Dia tak peduli apa pun risiko yang akan terjadi. Seandainya diberhentikan dari perusahaan sekalipun, ia akan menerimanya. Sena berpikir tidak ada gunanya bekerja dengan atasan yang sama sekali tidak cocok dengan dirinya.

Sementara itu, Juhan masih berdiri di tempatnya dengan ekspresi marah. Rasanya darah di tubuhnya serasa mendidih dan naik hingga ke ubun-ubun. Dari koridor terdengar suara tawa yang keras. Juhan mendapati Jinsu sedang menertawakannya seperti lelucon.

"Hahaha. Jarang-jarang ada pertunjukan seperti ini di kantor," ucap Jinsu sambil tertawa terbahak.

"Apa yang sedang kau tertawakan di sana?! Kau sudah melihat sendiri kelakuan wanita itu, kan? Kim Sena sungguh berani melawanku." Juhan melihat Jinsu dengan tatapan kesal.

Jinsu tak henti-hentinya tertawa melihat rambut Juhan yang berwarna kekuningan karena tumpahan bubuk keju

Setelah beberapa saat, Jinsu pun berhenti tertawa. "Sejujurnya, kau dan Sena memiliki kesamaan. Jika kalian pacaran sepertinya akan cocok."

"Hentikan omong kosongmu itu. Wanita ceroboh seperti dia bukanlah tipe idealku." Juhan berbalik, lalu melenggang pergi meninggalkan Jinsu.

"Hati manusia tidak ada yang tahu," gumam Jinsu seraya menggelengkan kepala. Hati kecilnya masih ingin tersenyum.

Juhan masuk ke dalam mobil dengan tergesa-gesa. Tak lama, supir mobil itu melajukan mobilnya dengan cepat. Ketika mobil melewati restoran ayam, Juhan menengok ke arah restoran itu. Ia melihat restoran ayam sudah tutup dan itu membuatnya sedikit bingung. Di mana Sena tadi membeli ayam goreng?

Malam itu, Sena tiba di rumah dengan wajah kusut. Ia merebahkan tubuhnya di kasur seraya membuka internet bankingnya. Matanya membulat sempurna ketika ia mengetahui saldo di banknya tinggal 200.000 won. Dengan uang segitu, tidak akan cukup untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Ditambah lagi, Sena juga belum membayar sewa rumah yang ia tempati saat ini.

"Sepertinya aku harus makan mie instant setiap hari," gumamnya pelan.

Tiba-tiba, terdengar suara gedoran keras dari arah pintu depan rumahnya. Sena bergegas membuka pintu rumahnya, lalu membelalakkan mata saat melihat beberapa orang muncul di hadapannya. Seorang wanita tua dan 2 pria botak tengah berdiri tepat di ambang pintu rumah Sena.

Tentu saja mereka bukanlah orang asing. Wanita tua itu adalah pemilik rumah yang Sena tempati saat ini.

"Oh, bibi." Sena tersenyum miris, karena ia sudah mengetahui sesuatu yang buruk akan terjadi.

"Sena, kau sudah menunggak belum membayar sewa rumah selama 3 bulan. Hari ini kau harus membayarnya kalau tidak aku akan mengusirmu dari sini." Wanita tua itu menatap Sena sambil melotot.

"Tunggu, tunggu. Aku baru saja diterima kerja dan aku akan membayarnya setelah aku gajian. Bagaimana?" Sena mencoba bernegosiasi.

"Selama ini kau sudah banyak janji dan tidak pernah kau tepati!" ucap Wanita itu ketus.

"Bibi, kali ini aku tidak bohong. Aku sungguh sudah bekerja di perusahaan besar. Perusahaanku namanya Lacoza Inc., kau bisa mengeceknya sendiri kalau tidak percaya," ucap Sena.

"Aku tidak mau tahu! Aku beri waktu sampai besok, jika kau besok tidak membayar sewa maka aku akan mengusirmu. Ingat itu!" Wanita tua beserta 2 pria botak itu berjalan pergi meninggalkan rumah Sena.

Sena terkulai lemas, tak tahu harus berbuat apa.

...***...

Pagi ini, Sena bangun dari tidur dengan perasaan penat di hati. Pikirannya benar-benar bingung. Bagaimana jika pemilik rumah itu mengusirnya. Kemana ia harus pergi? Sejak awal, Sena sudah memutuskan ingin merantau di Seoul dan tidak ingin membebani orangtuanya di kampung. Walaupun sesungguhnya keluarganya bukanlah keluarga miskin yang serba kekurangan, melainkan sebaliknya. Keluarga Sena adalah keluarga mampu dan serba berkecukupan. Bahkan, sangat dipandang dan dihormati di kampungnya.

Tapi Sayangnya, Sena tak ingin menikmati uang hasil kerjakeras orangtuanya. Dia lebih senang mencari uang sendiri dengan kemampuan yang ia miliki, itu saja.

Sena berjalan ke kantor dengan tatapan kosong. Tiba-tiba, ia tidak sengaja berpapasan dengan Jinsu di koridor. Manajer itu mengembangkan senyum ketika melihat Sena di sana.

"Sena, aku ingin bicara denganmu. Ikuti aku!" Jinsu pergi menuju ruangannya diikuti Sena di belakangnya.

Sesampainya di ruangan itu, Sena hanya diam dan tidak berkata apa-apa.

"Sena, aku mendukungmu."

"Ya? Mendukung apa maksudnya?" tanya Sena tak mengerti.

"Perbuatanmu kemarin malam pada Juhan. Terkadang Juhan memang perlu dilawan, kalau tidak aku akan terus kehilangan karyawan karena dipecat olehnya! Aku suka sifatmu yang pemberani," lagi-lagi Jinsu menunjukkan senyum ramahnya. Sena berpikir, manajer itu merupakan orang paling ramah di kantor.

Sena tersenyum kecil dan sedikit malu "Sebenarnya kemarin itu aku tidak sengaja. Aku minta maaf karena telah melempar CEO Park dengan ayam goreng."

Jinsu menggelengkan kepala. "Tidak masalah. Aku suka gayamu melawannya. Baiklah, sekarang sudah waktunya kerja. Kembalilah ke tempatmu."

"Baik." Sena menunduk, lalu berbalik pergi menuju meja kerjanya.

Hari ini Sena bekerja dengan pikiran kalut. Seolah-olah otaknya ingin meledak karena saking banyaknya masalah.

Waktu sudah menunjukkan pukul 18.00 sore, sudah saatnya pulang kerja. Sena menyampirkan tasnya, lalu berjalan menuju pintu keluar. Sena terkejut saat melihat 2 pria botak sedang berdiri menunggunya di depan kantor.

Mendadak panik, Kemudian Sena pergi mengendap-endap ke jalan lain yang tak jauh dari sana. Sena pergi mencari tempat sembunyi dari 2 pria botak itu. Dan tak sengaja, ia melihat sebuah mobil sedan hitam terparkir di dekatnya. Tanpa pikir panjang, Sena langsung membuka pintu mobil bagian belakang, lalu menyusup masuk ke dalam mobil tersebut.

Betapa terkejutnya dia ketika melihat sosok yang ada di dalam mobil itu.

"CEO Park Juhan!" Sena membulatkan matanya lebar. Seakan-akan tak percaya dengan apa yang dilihat oleh matanya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!