Malam ini, Sena berjalan memasuki pesta. Kecantikannya sungguh sempurna sehingga pria mana pun yang kontak mata dengannya seolah takluk dengan sendirinya. Sena mengedarkan pandangannya ke sekeliling, memutar bola matanya untuk mencari keberadaan Juhan. Beberapa detik kemudian, mata coklatnya menemukan Juhan sedang berbicara dengan beberapa tamu di ujung ruangan pesta itu.
Para pelayan tampak berseliweran membawa nampan minuman dan menyajikannya kepada para tamu yang hadir di sana----Sena menyambar satu gelas wine dari salah satu pelayan, lalu menoleh ke arah wajah tampan di ujung ruangan tersebut.
"Aku pasti akan membuatmu tunduk, CEO Park Juhan," gumam Sena seraya berjalan mendekati Juhan. Senyuman percaya diri terlukis jelas di wajah wanita cantik itu.
Jarak sudah semakin dekat dan tatapan mata Juhan langsung tertuju pada Sena.
"Happy Birthday, CEO Park Juhan," ucap Sena dengan senyuman menggoda di wajahnya. Melihat kehadiran wanita cantik itu, orang-orang yang tadinya bicara dengan Juhan seketika pergi meninggalkan Juhan sendirian bersama Sena.
Juhan memiringkan wajahnya menatap Sena. "Kau sungguh datang ke pestaku."
Sena melangkah maju mempersempit jaraknya dengan Juhan. Ia mulai menarik belahan dress-nya dan memperlihatkan pahanya yang mulus dan seksi.
"Tentu saja. Aku pasti akan datang. Ini segelas wine dariku." ucap Sena seraya memberikan winenya pada Juhan.
"Kau tampil seperti ini hanya untuk menggodaku?" Juhan mengambil gelas wine dari tangan Sena, lalu meneguknya sampai habis. Dengan cepat, ia meletakkan gelas kosong itu di meja lalu menarik tangan Sena dan menyandarkan wanita itu di dinding. Pria tampan itu memblokir Sena sehingga wanita itu tak bisa keluar dari posisinya.
"Jika kau menggodaku seperti ini, aku pastikan kau akan menyesal," ucap Juhan seraya menatap wajah Sena.
Sena tersenyum. "Aku jadi penasaran, apa yang akan CEO Park Juhan lakukan padaku?"
"Kau sungguh ingin tahu?"
"Tentu saja. Aku sangat ingin tahu." Sena mulai menggoda Juhan dengan menyentuh wajahnya yang tampan.
Namun, seorang wanita tiba-tiba muncul dan menghampiri Juhan.
"Juhan oppa," panggil seorang wanita dengan rambut lurus sebahu.
Juhan menarik tangannya dari dinding, lalu menoleh ke arah wanita itu.
"Hayoon."
"Juhan oppa, Happy Birthday, ya." Wanita itu melingkarkan tangan kirinya ke lengan Juhan.
"Aku permisi." Sena melangkah pergi meninggalkan Juhan dan berjalan cepat menuju toilet.
Sena berdiri di depan kaca dengan perasaan kesal. Rencananya merayu Juhan telah gagal karena kehadiran wanita itu.
"Kalau wanita itu tidak muncul, aku pasti berhasil merayunya." Sena bergumam kesal. Ia bingung dan kehabisan akal. Setelah itu, ia melangkah keluar dari toilet. Ada seorang petugas yang sedang mengepel lantai di depan pintu dan tiba-tiba Sena tergelincir terhuyung ke belakang. Seorang pria tinggi menopang tubuhnya dari belakang.
"Kau tidak apa-apa?" tanya pria itu.
Sena mengangguk. "Iya tidak apa-apa. Terima kasih pertolongannya."
"Apakah kau bekerja di Lacoza?"
"Iya benar. Bagaimana kau tahu?" tanya Sena penasaran.
"Semua tamu yang hadir di pesta ini adalah karyawan dari Lacoza. Kenalkan namaku Choi Doyun dari divisi marketing." Pria itu mengulurkan tangan kanannya ingin berjabat dengan Sena. Dan wanita cantik itu pun langsung menjabat tangannya.
"Namaku Kim Sena. Salam kenal."
"Senang bertemu denganmu. Sepertinya aku harus pergi sekarang. Sampai jumpa lagi," ucap Doyun seraya melepaskan tangannya.
Kemudian, Sena kembali ke dalam pesta. Tadinya, ia ingin berjalan berkeliling sekitar pesta, tapi rencananya batal setelah melihat Bora ada di pesta itu. Ia langsung mendekati Bora yang tengah berdiri sambil menikmati minumannya.
"Hai, Bora," sapa Sena.
"Hai, Sena. Kau baru datang ke pesta? Aku tak melihatmu dari tadi," tanya Bora.
"Aku dari toilet." Sena berdiri di samping Bora sembari memutar matanya melihat ke sekeliling pesta.
Di bawah lampu gantung yang mewah, ia melihat Juhan sedang berdansa dengan wanita bernama Hayoon yang tadi sempat menghampirinya.
"Bora, kau tahu siapa wanita yang sedang berdansa dengan CEO Park Juhan itu?" tanya Sena penasaran ingin tahu.
Mata Bora langsung menuju ke area dansa. "Oh, dia adalah Nona Hayoon putri dari komisaris perusahaan. Menurut berita yang aku dengar, CEO Park Juhan menyukai Nona Hayoon dan pernah melamarnya. Tapi sayang sekali, dia ditolak oleh Nona Hayoon."
"Wanita aneh. Sudah menolak laki-laki yang melamarnya tapi masih saja datang mendekatinya. Sepertinya dia tak rela jika pria yang menyukainya pergi," ucap Sena dengan tatapan kesal seperti ada rasa cemburu yang menyelimutinya.
"Sena bagaimana menurutmu. Mereka terlihat serasi, kan?" tanya Bora sambil tersenyum.
"Ya. Mereka terlihat serasi," jawabnya lirih. Lalu Sena berjalan keluar pesta.
...***...
Keesokan harinya, diadakan rapat bersama di Lacoza. Semua divisi sudah berkumpul di ruang konferensi. Mereka duduk di meja panjang dengan kursi saling berhadapan. Sena duduk di kursi sembari menyiapkan dokumen hasil pekerjaan yang telah ia selesaikan. Sepuluh menit kemudian, CEO bersama beberapa orang masuk ke dalam ruang rapat. Sena melirik ke arah Juhan dan sekilas mata mereka bertemu.
"Sebentar lagi perusahaan akan mengeluarkan produk baru dan aku telah meminta tim desain untuk membuat sample-nya. Sena, apakah kau sudah menyelesaikan tugas yang aku berikan padamu?" tanya Jinsu sambil menatap Sena.
"Aku sudah menyelesaikannya," jawab Sena dengan penuh percaya diri.
"Kalau begitu tolong presentasikan hasil desain yang telah kau buat!" titah Juhan kepada Sena.
"Oke." Sena segera bangkit dari duduknya, lalu melangkah maju ke depan. Ia menyalakan proyektor dan menunjukkan hasil pekerjaannya.
"Ini adalah desain produk baru yang telah aku buat," ucapnya.
Juhan menyipitkan mata. "Itu tidak sesuai dengan contoh yang aku berikan. Mengapa kau membuatnya berbeda?"
"Menurutku contoh produk yang anda berikan kurang menarik. Jadi, aku menambahkan sedikit motif untuk mempercantik modelnya. Dengan begini, produk akan terlihat lebih menarik. Aku yakin jika produk ini di pasarkan, pasti akan mendapat daya jual yang tinggi," ucap Sena dengan penuh percaya diri.
Jinsu tersenyum dan mengangguk melihat presentasi Sena yang menakjubkan.
"Hebat. Menurutku desain itu sangat bagus. Bagaimana pendapat yang lain? Apakah ada yang sependapat denganku?" tanya Jinsu kepada yang lain. Semuanya mengangguk setuju dengan pendapat Jinsu.
"Aku tidak setuju! Membuat produk baru dengan motif aneh sangat beresiko. Bagaimana jika produk baru itu tidak diterima di pasaran? Apakah nona Sena berani mempertanggung jawabkannya?" Juhan tidak setuju dan menatap Sena tajam.
"Apa maksud CEO Park bicara begitu? Ini bukanlah motif yang aneh. Ini adalah motif yang cocok untuk menggabungkan produk baru ini. Sepertinya CEO Park Juhan tidak mengerti soal desain." Sena tersenyum melihat raut wajah Juhan yang berubah menjadi kesal karena dipermalukan.
Juhan mengepalkan tangan dan ingin mendepak Sena jauh-jauh saat mendengar ucapannya. Apakah wanita itu berusaha menjatuhkan harga dirinya sebagai seorang CEO?
Sambil menahan tawa, Jinsu ikut buka suara. "Begini saja, karena semua orang di sini sudah setuju dengan desain nona Sena. Bagaimana kalau kita pakai desain itu untuk launching produk baru?"
"Okay, aku akan menyetujuinya. Namun jika sampai produk baru nanti tidak mengalami kenaikan yang baik maka nona Kim Sena harus menanggung konsekuensinya." Juhan bangkit dari duduknya dan keluar meninggalkan rapat. Beberapa orang mengikutinya dari belakang.
Sena membereskan peralatannya ditemani Jinsu di sampingnya.
"Kau tenang saja. Juhan tidak akan berani macam-macam padamu. Aku akan membantumu," ujar Jinsu.
"Terima kasih, Manager Lee," jawab Sena sopan.
"Tidak perlu berterima kasih. Aku melakukan ini karena melihat pekerjaanmu sangat bagus. Sejujurnya, aku tidak ingin kehilangan karyawan berbakat sepertimu. Jadi sebisa mungkin aku ingin membantumu untuk terus bekerja di sini. Baiklah, kita lanjut lagi nanti." Jinsu tersenyum seraya berjalan pergi meninggalkan Sena.
Sena menarik napas dalam-dalam. Ia tak menyangka Juhan akan menyudutkannya seperti itu. CEO tampan itu terus-menerus menyerang Sena dan berusaha mencari kesalahannya.
Sena keluar dari ruang rapat, lalu berjalan menuju meja kerjanya. Ketika berjalan di koridor, ia tak sengaja bersenggolan dengan seorang wanita.
"Maaf," ucap Sena seraya mendongak melihat wanita itu. Dan ia pun terkejut ketika melihat Hayoon berada di hadapannya. Wangi semerbak parfum tercium kuat dari arah wanita itu.
"Kau rupanya. Jadi kau bekerja di Lacoza. Aku baru melihatmu di sini." Hayoon tersenyum.
"Iya, aku adalah karyawan baru," jawab Sena dengan membalas senyuman.
"Semoga betah kerja di sini." Hayoon melangkah pergi sambil tersenyum tipis.
"Caranya memakai parfum sudah seperti toko minyak wangi. Norak," gumam Sena sambil menggelengkan kepala.
Hayoon berjalan menuju ruangan CEO. Wanita itu membuka pintu, lalu masuk ke dalam ruangan. Ia melihat Juhan sedang sibuk di meja kerjanya sehingga pria tampan itu tak menyadari kehadirannya. Perlahan, Hayoon melangkah mendekatinya.
"Oppa."
"Hayoon," jawab Juhan datar.
"Oppa, hari ini sibuk? Aku harap kedatanganku tidak menganggumu." Hayoon meraih kursi di depan meja Juhan, lalu mendudukinya.
"Tidak menganggu sama sekali. By the way, ada keperluan apa kau datang ke sini?"
"Sebentar lagi Sijin oppa akan kembali dari Jepang. Aku ingin merayakan kedatangannya. Aku sudah menelepon Sijin oppa dan kami sepakat hari sabtu malam akan bertemu di kelab malam. Maukah Juhan oppa bergabung bersama kami?" Hayoon mengundang Juhan untuk pergi bersamanya ke kelab malam.
Namun, ekspresi Juhan terlihat kurang senang. Pria itu terdiam dan tidak menjawab. Juhan tahu kalau Hayoon menolak cintanya karena Hayoon menyukai Park Sijin, yang tidak lain adalah kakak sepupu Juhan. Dalam hatinya, ia cemburu dan masih berharap Hayoon mau menerima cintanya. Namun faktanya, Hayoon selalu menyukai Sijin dan menunggu pria itu sampai kembali ke Seoul.
"Apakah kau masih menyukai Sijin?" tanya Juhan pada Hayoon, dan wanita itu menjawabnya dengan mengangguk dan senyum.
"Aku mengerti. Baiklah, hari sabtu aku akan pergi ke kelab malam bersamamu." Juhan akhirnya setuju.
Hayoon tersenyum. "Terima kasih, Oppa. Jika nanti aku dan Sijin sudah pacaran, aku akan mentraktirmu makan enak."
"Oke," jawab Juhan dengan senyuman miris.
Pukul 18.00 sore, waktu jam pulang kerja. Sena berjalan melewati trotoar menuju halte bus. Ada seorang nenek sedang jualan lobak sambil duduk di pinggir trotoar. Nenek itu seperti menggigil kedinginan dan dagangannya terlihat masih banyak. Dengan rasa iba, Sena mendekati nenek itu.
"Nenek, berapa harga lobak ini?" tanya Sena.
"Satu bijinya 1000 won," jawab Nenek itu sembari memegangi badannya yang kedinginan.
"Baiklah. Aku beli semua lobaknya. Tolong bungkus jadi satu ya, Nek." Sena tersenyum menatap nenek di hadapannya yang mulai tersenyum.
Dengan tersenyum senang, nenek itu memasukkan 15 buah lobak dagangannya ke dalam kantong plastik.
"Ini lobaknya, terima kasih banyak ya," ucap Nenek itu.
Sena menerima lobak itu dan memberikan uang 15.000 won kepada nenek itu. Setelah Sena pergi, nenek itu terus-menerus menatap ke arah Sena.
"Semoga gadis itu selalu dilancarkan rezekinya," gumam nenek itu pelan.
Sesampainya di rumah, Hyemi sedang minum bir dan mabuk. Puluhan kaleng bir kosong tampak berserakan di lantai. Tidak biasanya Hyemi melakukan hal seperti itu. Terlihat jelas kalau teman baiknya itu sedang mendapat masalah dan frustasi.
Hyemi menoleh ke arah Sena. "Hai, Sena. Mengapa kau membawa lobak begitu banyak? Apa kau mau jualan, Ha?!"
"Hyemi, kenapa kau minum banyak sekali?" Sena bergegas menghampiri Hyemi dan duduk di sofa.
"Kantor tempat kerjaku bangkrut dan hari ini semua karyawan diberhentikan dari kerja. Sena, aku sekarang tidak punya pekerjaan alias pengangguran." Hyemi tertawa mabuk sembari menyesap birnya.
"Sudah jangan bersedih. Nanti aku bantu sama-sama mencari pekerjaan baru, bagaimana?"
"Benarkah? Oh, Sena. Kau memang temanku yang paling baik," ucap Hyemi sambil memeluk Sena di sampingnya.
"Berhenti jangan minum lagi, kau mengerti? Kau sudah terlalu banyak minum."
Hyemi menggelengkan kepalanya. "Aku masih mau minum. Sebelum aku mencari pekerjaan baru, aku ingin bersenang-senang dulu ke kelab malam. Sena, kau harus menemani aku pergi, Oke? Kita pakai baju yang bagus dan dandan yang cantik karena aku ingin mencari pacar."
"Iya, iya. Aku temani. Hari sabtu aku libur kerja. Bagaimana kalau sabtu malam kita pergi kelab malam?" tanya Sena.
Hyemi mengangguk. "Oke, setuju. Akhir pekan adalah hari yang bagus untuk pergi ke kelab malam. Sebelum itu, kau harus temani aku pergi belanja baju. Oke?"
"Iya, oke," jawab Sena tersenyum dan Hyemi pun tertawa senang.
...***...
Hari sabtu siang, Sena dan Hyemi pergi jalan-jalan ke Dongdaemun plaza untuk melihat-lihat baju. Semua outlet telah mereka kelilingi, hampir 3 jam lebih mereka berputar-putar di daerah itu dan akhirnya Sena dan Hyemi mendapatkan baju yang mereka inginkan.
Pukul 22.00 malam, Sena bersiap-siap untuk pergi ke kelab malam. Ia mengenakan rok mini warna hitam dan atasan seksi.
Sena, ayo cepat kita berangkat!" teriak Hyemi buru-buru.
"Iya, sebentar," jawab Sena seraya mengoleskan lipstik warna merah di bibirnya.
Sepuluh menit kemudian, Sena bersama Hyemi berjalan keluar dan memanggil taksi pergi menuju kelab malam. Tak lama setelah tiba di kelab malam, Sena dan Hyemi duduk di meja bar untuk memesan minum.
Doom.. Doom.. Doom.. !
Musik berdentum sangat kencang. Kerlap-kerlip lampu yang sedikit remang-remang menyinari setiap orang yang tengah asik menari di dance floor. Semakin malam orang yang datang pun semakin ramai.
Disaat Sena tengah bercakap-cakap dengan Hyemi, tak sengaja ia melihat Juhan dan Hayoon masuk ke dalam kelab malam bersama. Dengan cepat, Sena segera memalingkan muka dan menyembunyikan wajahnya. Hyemi melihatnya dengan tatapan bingung.
"Sena, kenapa kau?"
"Ssstt..." Sena memotong Hyemi dengan isyarat. Ia meletakkan jari telunjuknya di bibirnya. Setelah Juhan dan Hayoon pergi, Sena menceritakan semuanya pada Hyemi.
"Bosmu ada di sini?"
Sena mengangguk. "Iya, aku barusan melihatnya. Dia datang bersama wanitanya."
"Kalau begitu kau harus mencari cara untuk merebutnya dari wanita itu. Kau harus merayu dan menggodanya semaksimal mungkin," ucap Hyemi memberi semangat.
Sena menggeleng singkat. Ia menghela napas dalam-dalam, otaknya sedang berputar memikirkan cara untuk merayu CEO tampan itu. Saat ia hendak bangkit dari kursinya, tiba-tiba ia terhuyung tidak stabil dan hampir jatuh. Namun dengan cepat tangannya memegang erat lengan kekar seorang pria yang melintas di dekatnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments