Tersesat

Tersesat

Bab 1 Latar Belakang Tahun 1971

Malam itu suasana begitu dingin Ronggo tidak bisa tidur. Dia hanya terbaring menatap langit kamar dengan Susana hati yang resah. Di sampingnya, Laksmi sedang memeluk Dimas putra pertama mereka yang baru berusia tiga tahun.

Ronggo adalah pengusaha di bidang hasil pertanian. Dia dikenal sebagai juragan sayuran yang kaya raya dan murah hati kepada warga desa.

Sebagai juragan Ronggo mempunyai empat hektare sawah, dan delapan hektare kebun di kaki bukit yang ditanami aneka sayuran, seperti kool, sawi, kentang, dan wortel.

Hari ini jam dua pagi dini hari Ronggo duduk di tempat tidur dengan perasaan yang gelisah. Dia tidak mengerti kenapa bisa sampai seperti itu. Ronggo hanya menatap wajah Laksmi dan Dimas dengan wajah murung.

"Kwak..kwak..kwak"

Dari pohon besar di luar sana suara burung malam terdengar menyeramkan, seolah-olah sedang memberi pertanda kepada Renggo.

"Trek.., trek, krak..!"

Suara gaduh itu berasal dari ruang tengah, Ronggo, mengambil senter dan sebilah golok lalu berjalan perlahan-lahan menuju pintu. Dia memelankan langkahnya, sebab mendengar suara kaki gaduh menaiki tangga yang terbuat dari kayu jati.

"Drap.. drap.. drap!" suara langkah kaki itu semakin dekat dengan kamar mereka. Ronggo, membuka sarung goloknya, lalu menepuk pundak Laksmi agar segera bangun dari tidurnya.

Ronggo bicara dengan isyarat meminta Laksmi diam dan bersembunyi di balik lemari. Jantungnya berdegup kencang tidak beraturan. Ronggo mengambil ancang-ancang siap untuk melakukan perlawanan.

Kerak..kerak.. kerak ..!" treiing..!"

Suara pintu kamar Ronggo dibuka paksa menggunakan linggis. Lalu empat orang pria berpakaian serba hitam, mengenakan topeng menyerbu masuk ke dalam kamar.

Ronggo dengan sigap memainkan goloknya lalu menyerang mereka yang menerobos masuk. Begitu tahu serangannya meleset, dia langsung memasang kuda-kuda untuk bertahan.

"Teng..teng.. teng..!"

Suara golok mereka gaduh beradu di kesunyian pagi di bukit Tretes. Ronggo bertahan dari serangan empat orang yang menyerang dan berhasil melukai salah satu perampok tepat di wajahnya.

Karena merasakan perih di wajah, salah seorang perampok yang terluka membuka topeng dan menyerang Ronggo membabi buta, dia menyabetkan golok tidak teratur sampai membuat Ronggo terpojok hingga jatuh ke lantai.

"Gondo?" ucap Ronggo terkejut melihat wajah salah seorang perampok yang menyerangnya, ternyata dia adalah salah satu mandor di perkebunan milik Ronggo.

"Iya ini aku Gondo, sekarang saatnya juragan Ronggo lengser dari singgasana. Biarkan kami yang akan mengurus semua harta kekayaanmu Juragan.

"Bersiaplah untuk menjemput ajal mu juragan!" Pergi ke neraka dengan damai, kami akan mendoakan mu dari sini!" kalimat Gondo terdengar seram menciutkan nyali.

"Ayo kawan-kawan kita selesaikan dia sekarang juga. Sebentar lagi pagi, aku tidak mau sampai kepergok warga desa!". Ucap Gondo seraya mengayunkan goloknya kepada Ronggo.

Ronggo yang sudah terjatuh di lantai tidak lagi bisa melakukan perlawanan, goloknya sudah terlempar ke sudut ruangan. Kini dia hanya mampu bertahan dan menghindari serangan dengan tangan kosong.

Ronggo sudah benar-benar tersudut, empat orang itu membantainya tanpa belas kasihan sama sekali. Ronggo tewas tersungkur di lantai dengan beberapa luka bacokan golok ditubuh.

Laksmi yang menyaksikan suaminya tewas secara mengenaskan jadi gelap mata, dia nekad mengambil golok di lantai lalu mengayunkannya dengan cepat.

"Jraaabb"

Satu kali ayunan Laksmi berhasil menebas lengan satu orang perampok lagi hingga nyaris putus.

"Akhg.. dasar perempuan sun***, aku bunuh kamu. "Jleeb" golok pria itu menancap menembus tubuh Laksmi, dia langsung tersungkur dilantai. Dalam kondisi sekarat Laksmi berusaha merangkak mendekati tubuh suaminya.

"Jreb.. jreb.. jreb.. "

Beberapa sabetan mendarat di tubuh Laksmi yang sudah sangat lemah, akhirnya Laksmi tidak bisa lagi bergerak. Dia tewas dengan mata terbuka dan tangan kanannya menggapai tangan Ronggo.

"Hey Wiryo cari anak Ronggo sampai ketemu, kita bisa celaka kalau anak itu sampai selamat!". Gondo dan Ketiga orang temannya sigap memeriksa seluruh sudut ruangan, tapi tidak menemukan bocah itu di manapun.

"Halah sudah, biarkan saja nanti juga dia akan mati sendiri!" Kalau tidak kelaparan, ya dia pasti jadi santapan binatang buas di hutan sana". ucap seorang lelaki gempal bernama Wiryo.

"Heh Beno tutup wajah wanita itu!" Aku takut menatap wajahnya yang seram. Mata Laksmi membuat aku merinding" ucap Wiryo.

Beno yang saat itu sedang meringis kesakitan mengikat tangannya yang nyaris putus dengan sebilah kain. Setelah selesai dia menarik spray di ranjang dan melemparkannya menutupi wajah Laksmi.

"Hahahaha.." Wiryo..Wiryo.., kamu itu sudah jadi rampok sekarang!" pembunuh sadis berdarah dingin kata orang. Lah kok malah ngeri lihat mayat". Pria berkumis tebal bernama Kasman, tertawa geli melihat temannya ketakutan.

"Teng..teng..teng..!"

Suara jam dinding di ruangan tengah berbunyi tiga kali, artinya saat itu sudah jam tiga pagi, mereka mempercepat pergerakan. Semua barang berharga di rumah itu mereka angkut tanpa memikirkan lagi dimana Dimas berada. Setelah semuanya ludes di bawa, mereka langsung pergi, agar tidak sampai ketahuan warga.

Biasanya jam empat atau setengah lima Subuh warga sudah ramai beraktivitas, mereka berjalan kaki keluar desa berangkat menuju sawah ladang dan kebun di kaki bukit dekat hutan lindung.

Gondo tidak ingin aksinya sampai diterpergoki warga saat sedang melintas dengan barang hasil jarahan di villa Ronggo. Dia mengajak kawanannya berjalan dari area belakang villa sedikit memutar untuk sampai ke desa tempat tinggal mereka.

Jam enam pagi hari, para pekerja perkebunan datang bersama dengan pengurus villa bernama Bendot. Para pekerja merasa ada sesuatu yang janggal di rumah itu.

Mereka merasa aneh karena sepagi itu pintu rumah sudah terbuka lebar. Ini bukanlah kebiasaan Ronggo maupun Laksmi.

Bendot dan beberapa pekerja curiga, mereka masuk dan memeriksa keadaan di dalam villa itu. Kondisi ruangan sudah sangat berantakan, banyak benda jatuh tercecer dilantai.

Bendot makin curiga karena ada titik darah yang masih segar dilantai. Dia mengikuti titik darah itu sampai menuju lantai dua. Alangkah terkejutnya Bendot karena mendapati ruangan itu penuh di genagi darah merah kehitaman yang hampir kental.

"Tolong... tolong.. tolong..!"

Teriakan Bendot memancing semua pekerja yang ada diluar berhamburan lari menuju lantai dua, semua orang terperanjat kaget, karena menyaksikan pemandangan yang memilukan didepan mata mereka.

Juragan Ronggo tewas bersimbah darah di lantai bersama dengan nyonya Laksmi yang meninggal dengan mata melotot memandang ke arah mereka yang berdiri di pintu.

"Ya Allah pekerjaan siapa ini, kenapa mereka tega membunuh juragan Ronggo dan keluarganya?". Siapa yang keji melakukan hal ini kepada juragan kita yang baik hati?"

Para pekerja yang menyaksikan kejadian itu, mulai bergunjing, mereka sibuk berspekulasi tentang musibah yang menimpa Keluarga Ronggo.

Satu jam kemudian Kepala Desa dan aparat datang ke lokasi untuk melakukan evakuasi, sekaligus mengadakan penyelidikan kasus pembunuhan tersebut.

"Bagaimana Pak Polisi?" apa kira-kira motifnya?" kenapa mereka tega melakukan semua ini kepada orang sebaik juragan kami?" tanya Bendot.

"Ini murni kasus kriminal, motivasi pelakunya hanya mau menguasai harta korban". Dari jejak pelaku mereka masuk dengan mencongkel jendela lalu ke atas dan membunuh keluarga Juragan Ronggo.

"Ada tanda-tanda perlawanan disini, sebab ada golok pemilik villa dan ceceran darah pelaku yang kita temukan di tangga sampai area belakang". Kami juga menemukan banyak barang berharga korban yang hilang".

"Setelah hasil DNA keluar, kami yakin pasti akan bisa menangkap para pelaku dalam waktu dekat". Ungkap polisi memberikan keterangan kepada warga desa.

Beberapa saat kemudian Bendot teringat pada sosok Dimas, bocah berusia tiga tahun itu menghilang. Jasad anak malang itu tidak berada di sekitar orang tuanya. Bendot lalu meminta tolong warga untuk mencari keberadaan Dimas.

Mereka beramai-ramai memeriksa seluruh ruangan di villa sampai hutan kecil di area belakang. Tapi sayangnya Dimas tidak bisa ditemukan.

Siang itu setelah penyelidikan selesai dilakukan, jasad pasangan suami istri itu langsung dimakamkan di bagian belakang villa. Sementara keberadaan Dimas masih jadi misteri.

Sebagai penjaga villa, Bendot tetap berharap bisa menemukan Dimas, bocah itu masih tiga tahun, tidak mungkin dia akan dapat bertahan sendirian tanpa pengasuh atau makanan.

Berbulan-bulan sudah sejak kasus perampokan itu, orang sudah berhenti menggunjingkan motif serta dalang dibalik tragedi kematian Ronggo dan istrinya. Putra mereka dinyatakan hilang misterius.

Bendot mengunci villa itu dan tidak pernah kembali lagi untuk sekedar membersihkannya.

Dia sudah putus asa mencari keberadaan Dimas.

Rumah villa itu jadi kusam dan angker, para warga yang mencari kayu bakar atau memotong rumput untuk pakan ternak sering mendengar suara anak kecil cekikikan di dalam rumah villa itu.

Terpopuler

Comments

Yurnita Yurnita

Yurnita Yurnita

hadir Thor

2023-01-28

0

Yani Suharyani

Yani Suharyani

horooooor

2022-10-23

0

Nila Fatma

Nila Fatma

ini sudh baca sampai habis... 👍👍👍

2021-09-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!