Tiga tahun sejak peristiwa tragedi villa di bukit Tretes, orang sudah lupa tentang kasus tewasnya keluarga Ronggo, tanah miliknya kini sudah jadi lahan garapan warga desa yang dulu bekerja padanya.
Dua orang dari empat pembunuh sudah ditangkap, tapi misteri hilangnya Dimas masih menjadi misteri yang belum terpecahkan sampai sekarang.
Hanya Bendot yang tidak mau melupakan peristiwa itu. Dia masih merasa bersalah karena tidak disana waktu juragannya membutuhkan pertolongan.
Desas desus tentang suara tertawa anak-anak hingga penampakan anak kecil yang berdiri di jendela kamar lantai dua santer terdengar ditelinga warga, sampai sohor jadi bahan pembicaraan warga desa disekitar gunung Arjuno.
Cerita mulut ke mulut itu bahkan terus berkembang, menjadi legenda urban yang mengundang penasaran orang-orang kota untuk berkunjung melihat bangunan angker itu.
Adalah Joko, seorang pecinta alam yang berniat untuk melakukan Sumit di puncak gunung Arjuno di tahun itu. Bersama-sama dengan enam orang temannya dia berangkat dari kota Surabaya menuju jalur pendakian via Tretes.
Sore hari menjelang Magrib, Joko dan tim tiba di pos jaga jalur pendakian gunung Arjuno. Suasana sore itu sangat sepi karena hari itu bukan hari libur seperti Sabtu atau Minggu.
Mereka memutuskan untuk beristirahat dan mendirikan tenda di tanah lapang tepat dekat jalan masuk jalur pendakian.
Masa itu jalur pendakian masih sangat sepi, hanya ada warga desa yang sesekali melintas pulang dari mencari kayu di hutan. Joko dan Andre duduk di perapian memandang jauh ke arah puncak Arjuno.
"Jok kita akan naik jam berapa?" sepertinya anak-anak kecapekan".
"Aku rasa jam setengah lima waktu yang pas Ndre, siang atau paling lambat sore kita sudah ada dipuncak, untuk melihat matahari tenggelam. Besok pagi kita bisa lihat matahari terbit".
Joko dan Andre mengatur rencana perjalanan besok pagi agar pendakian lebih aman untuk timnya. Jam sembilan mereka baru akan masuk tenda, ketika tiba-tiba angin bertiup dengan kencang.
Dibalik kabut, Andre melihat sosok anak kecil, berdiri melihat ke arah mereka berdua. Andre mencubit pipinya, untuk memastikan bahwa dia tidak sedang berhalusinasi.
"Jok.., Joko!" suara Andre gemetar, dia menarik jaket Joko yang hampir masuk ke dalam tenda hingga jatuh terduduk. Dengan perasaan kesal Joko bangun dan keluar dari tenda.
"Ada apa sih Ndre tarik-tarik?"
"Itu Jok.., bayangan anak kecil di ujung jalan setapak".
"Mana?" aku nggak lihat apa-apa?"
Joko lalu mengarahkan senter ke titik yang di tunjuk Andre. Samar-samar dia melihat bayangan anak kecil yang berjalan merunduk dalam kabut.
Karena merasa ada sesuatu yang ganjil, Joko lalu menyuruh Andre membangunkan semua teman-temannya. Rasa penasaran itu kemudian mendorongnya untuk mengejar kemana arah bayangan anak kecil itu pergi.
Tanpa disadari Joko sudah pergi terlalu jauh meninggalkan teman-temannya. Dia baru tersadar saat dirinya melihat sebuah bangunan villa besar tanpa penerangan kecuali dari cahaya senternya.
Joko menyorot setiap sudut bangunan dan melihat anak kecil berusia sekitar enam tahun sedang menggigit sesuatu di mulutnya. Entah apa yang dimakan anak itu, tapi yang pasti ada darah segar di sekitar mulutnya.
Anak kecil itu melotot ke arah Joko sambil menyeringai, suaranya seperti serigala. Joko terkejut, dia berlari tunggang langgang menuruni bukit tanpa tahu arah kemana ia akan berlari.
"Tolong., tolong..!"
Joko menjerit ketakutan ditengah keheningan malam, dia terus berlari tak tentu arah, keringat dingin membasahi tubuhnya, namun Joko terus berlari sampai akhirnya dia jatuh terjungkal diantara padang ilalang.
Sementara itu Andre dengan lima orang temannya bergegas mencari darimana asal suara Joko.
"Joko.. Joko..!" kamu dimana Jok?"
Mereka terus mencari keberadaan Joko sampai menuju villa dimana Joko terakhir melihat anak itu. Senter diarahkan ke segala penjuru villa, lalu tanpa sengaja sinar cahaya senter Andre menangkap sosok wanita dengan wajah pucat, bajunya berlumuran darah dan mata melotot penuh amarah.
Di sebelah wanita itu berdiri anak kecil sedang memeluk boneka, menyeringai dengan gigi yang tajam.
"Aghr.. aghr.. aghr..!"
suaranya mirip anjing yang menyalak. Andre dan teman-temannya sontak terkejut, mereka segera berlari sekuat tenaga menuruni bukit, lalu mencari rumah warga untuk meminta bantuan.
"Tok..tok..!" Bapak, Ibu siapa saja tolong kami".
Nafas mereka tersengal-sengal, irama jantungnya tidak beraturan. Ekspresi ketakutan tergambar jelas di wajah enam orang pemuda itu.
"Kreeak..." suara pintu yang terbuat dari papan kayu terbuka, kemudian seorang pria tua bertubuh kurus keluar dengan raut wajah yang tampak kesal.
"Kalian ini siapa?" kenapa kalian datang kemari selarut ini?" menggangu istirahat orang saja!" Cepat katakan maksud kedatangan kalian!" ujar pria tua itu.
"Begini pak, kami bermaksud mendaki gunung Arjuno pagi ini, tapi tadi kami melihat sosok anak kecil sedang mengawasi tenda dari balik Padang ilalang".
"Teman saya mengejar sosok anak kecil itu sampai bangunan villa kosong dan sekarang menghilang" Ucap Andre menerangkan peristiwa yang baru saja mereka alami.
"Kalian sampai ke villa Laksmi?" Apa-apa yang kalian lihat lagi disana?" pria tua itu makin penasaran dengan apa yang menimpa Andre dan teman-temannya.
"Kita melihat sesuatu yang mengerikan disana Pak. Ada sosok hantu wanita bersimbah darah, matanya merah menyala, dan anak kecil itu dia seperti habis memakan bangkai binatang. Giginya runcing dia menyalak seperti seekor anjing"
"Jadi gosip itu benar rupanya?". Villa itu memang terbengkalai, tapi tampaknya tidak benar-benar kosong. Ehm.., baiklah ayo kita cari temanmu, sebentar lagi fajar menyingsing".
Mereka bergegas menuju lokasi di sekitar villa untuk mencari Joko. Matahari sudah terbit, mereka mulai bisa melihat jejak darah diantara ilalang yang masih basah oleh embun.
Jasad Joko ditemukan tergeletak telungkup dengan kepala membentur batu. Pria tua itu yang ternyata adalah Bendot memeriksa kondisi jenazah dan menemukan luka bekas gigitan di leher.
"Bagaimana kondisi teman kami pak?", apakah dia masih hidup?" Apa yang Bapak temukan?" tanya Andre gugup.
"Temanmu sudah meninggal, ada luka bolong gigitan kecil di leher.Sepertinya daging di leher temanmu sudah dimakan oleh Dimas. Kalian tunggu disini saja, tapi jangan sentuh jasad anak itu, biar pamong desa dan polisi yang melakukan".
Bendot lalu pulang ke desa untuk memberi tahu Kepala Desa dan aparat kepolisian tentang penemuan jasad Joko yang meninggal dekat villa majikannya.
Sementara enam orang teman Joko menunggu dekat jasadnya yang terbujur kaku. Mereka berenam tidak bisa menahan kesedihan, tujuan untuk mendaki gunung pupus karena sekarang Joko sebagai penggagas ide pendakian telah tiada.
Berita penemuan mayat itu langsung menyebar dikalangan masyarakat desa. Banyak warga yang penasaran ikut ke sana untuk membantu proses evakuasi jenasah Joko.
Mereka penasaran ingin membuktikan rumor tentang hantu Laksmi dan bocah kecil yang diduga adalah Dimas.
Kasus penemuan jasad Joko yang meninggal secara misterius, dengan luka lubang seukuran bola pingpong di lehernya, menambah panjang kisah legenda urban desa Tretes.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments
Yurnita Yurnita
jadi penasaran sama Dimas
2023-01-28
0
Ananda Trizna
dimas jdi apaaan tuh
2021-08-28
0
Ifan K.
jawabannya di bab 3 sampai bab 5 Bun, btw Terimakasih sudah mampir ya Bun🙏
2021-08-27
3