Dua puluh tahun sudah berlalu, sejak kasus perampokan di rumah Juragan Ronggo, dua orang pelaku bernama Beno dan Kasman sudah tertangkap. Masing-masing mereka sudah menjalani hukuman dua puluh tahun penjara.
Hari ini mereka bebas karena mendapatkan potongan masa hukuman. Saat itu seorang pria dengan bekas luka di wajah menjemput Beno dan Kasman.
"Apa kabar Kas, Ben?" maaf kalian harus menunggu". Pria itu adalah Gondo, dia otak utama kasus perampokan di villa Laksmi. Dengan harta hasil rampokan dari Juragan Ronggo dia berhasil membangun bisnis di sebuah desa di pulau Sumatra.
"Kamu sudah kaya Gondo, sedang kami masih begini saja. Jadi bagaimana dengan jatah kami?" Kasman bertanya kepada Gondo tentang harta rampokan mereka.
"Kamu tenang saja Kas, jatah kalian berdua aku amankan di Bank, sedangkan mas itu segera kita bagi rata sesuai perjanjian, kamu tidak perlu khawatir begitu. Sekarang waktunya untuk menikmati semua jerih payah kita".
"Hahahaha"
Tiga orang penjahat itu bernostalgia dengan menghabiskan waktu di sebuah cafe. Gondo merasa hidupnya sudah benar-benar bebas, dia tidak lagi bersembunyi. Sekarang dengan sahabat-sahabatnya dia siap kembali ke kampung halaman sebagai orang kaya baru.
"Bagaimana dengan Wiryo?" kenapa dia tidak ikut menjemput kami?", apa dia nggak kangen?" tanya Beno yang waktu itu terpaksa kehilangan satu tangan akibat sabetan golok Laksmi".
"Aku sedang menyuruh dia menjual tanah dan rumah di Sumatra, baru nanti dia akan kembali ke Jawa. Yang terpenting sekarang adalah kita membagi harta itu sama rata".
Gondo pulang kampung sebagai orang kaya baru yang dihormati warga kampung karena sukses di rantau. Dia sudah membangun rumah besar di tanah peninggalan orang tuanya.
Satu bulan kemudian Wiryo menyusul pulang ke kampung halamannya di Tretes. Bersama dengan Gondo mereka akan membagi hasil rampokan lalu membangun usaha penginapan. Keempat mantan perampok kejam itu, sudah melupakan sejarah kelam dimasa lalu.
Tapi Bendot sama sekali tidak lupa, dia masih mencari siapa orang lain yang terlibat dalam pembunuhan dua puluh tahun silam. Bendot tetap mengawasi Kasman dan Beno.
Malam itu ketika mereka bertemu dirumah Gondo, Bendot mengikuti Kasman yang berjalan menuju rumah Gondo. Dia mencuri dengar perbincangan mereka berempat.
"Ternyata dugaan ku benar Gondo adalah dalang semua ini". Bendot telah menaruh curiga kepada Gondo dan Wiryo, sebab satu hari sejak peristiwa perampokan itu mereka berdua meninggalkan desa untuk merantau".
Sekarang kecurigaan Bendot sudah terbukti, empat sekawan itu adalah pelaku pembunuhan majikannya. Dia berencana menuntut balas kematian juragan Ronggo dan istrinya.
"Kamu harus membayar semuanya Gondo"
Bendot Lalu pergi ke bukit dimana dulu villa Laksmi pernah berdiri megah. Dia berjalan menyusuri malam hanya berbekal cahaya lampu senter, dan terang sinar purnama.
"Dimas..!" dimana kamu nak?" keluarlah Ini paman Bendot datang, sudah waktunya untuk kamu menuntut balas kematian Ayah, Bunda mu nak!"
"Dimas..!"
Tiba-tiba saja angin bertiup dengan keras, suara binatang malam bersautan, memecah kesunyian malam, dari balik akar belukar yang menutupi villa, sosok Dimas muncul bersama hantu Laksmi.
Anak itu tidak bicara dia hanya menyalak seperti anjing atau meniru suara binatang yang lain. Tapi dia masih bisa mengenali siapa Bendot, itu kenapa dia hanya menatap tajam kepada Bendot dan tidak menyerangnya.
"Mereka sudah datang Dimas, ini waktunya untuk membayar hutang nyawa" Ucap Bendot kepada Dimas. Lalu tiba-tiba saja kuntilanak yang menyerupai Laksmi masuk ke dalam raga Dimas. Tubuhnya yang tadinya seperti bocah kerdil tiba-tiba saja menjadi besar dan berdiri tegak.
Dimas yang tadinya berbentuk anak kecil, dengan tubuh bungkuk, dan cara jalannya yang seperti anjing, tiba-tiba berdiri tegak layaknya pemuda normal, berusia dua puluh tiga tahun.
"Hahahaha.." Bendoot...!" hahahaha..!" mereka harus mati..!" ya.. Gondo akan mati, Paman ku yang setia, kamu tenang saja dia akan segera ke neraka..!"
"Hahahaha..!" Mati.. !" mati..!" mati..!" hahaha..!"
Suara Dimas keras menggema memecah hening, sunyi di villa tua itu. Bendot merinding, nyalinya ciut seketika. Angin berhembus kencang menandai kepergian Dimas, yang menghilang dalam kegelapan malam.
Bendot turun dari villa Laksmi pulang ke desa. Dia tertawa puas karena sebentar lagi Gondo, Wiryo, Beno, dan Kasman akan membayar lunas, hutang mereka.
"Darah di bayar darah", Nyawa dibayar Nyawa"
Bendot tiba di rumahnya dini hari dan terkejut mendapati Dimas di dalam pondoknya. wajahnya menyeramkan, pucat, dengan mata cekung, dan gigi runcing. Dia berjongkok bertelanjang dada dengan celana compang camping.
"Kamu kemana saja den bagus, ayo nak masuk, paman rindu kamu anak ganteng". Bendot menggandeng Dimas yang berjalan seperti kera. Dia memberikan daging mentah untuk dimakan oleh Dimas.
Sepertinya Bendot sudah lama mengamati kebiasaan anak majikannya itu, sehingga dia menyediakan daging itu tanpa di olah atau masak terlebih dahulu.
Pagi itu dia merencanakan untuk membunuh satu persatu orang yang telah menyebabkan Dimas hidup sebatang kara dalam asuhan demit.
Bendot pergi menemui Beno lebih dulu, dia sengaja memilih Beno yang sudah tidak punya satu lengan.
"Beno.., Ben..!" ini aku Bendot selamat datang teman, lama sekali kita tidak bertemu. Terakhir kamu mandor di perkebunan, tapi hilang begitu saja sejak Juragan meninggal".
"Hah sudah jangan ungkit masalah itu lagi!" Aku sudah menebus dosa, sekarang aku mau hidup dengan damai!" ucap Beno sangat kesal dengan ucapan Bendot yang seolah tidak tahu kalau Beno adalah orang yang pertama ditangkap polisi karena jejak darah dari tangannya menjadi bukti keterlibatan Beno.
"Sudah to, jangan marah aku hanya mau mengobrol dengan kamu Ben. Kita lama tidak bertemu, sekarang hidupku susah Beno" tidak ada pekerjaan, kalau boleh aku mau minta pekerjaan.
Beno mengerutkan dahinya lalu mengajak Bendot ke tanah miliknya. Selama dua puluh tahun terakhir, tanah itu terbengkalai karena dia berada dalam penjara.
"Ndot ini tanah ku sudah lama tidak aku urus, kalau bisa bersihkan, nanti kamu kerja sama aku disini!" Beno menyuruh Bendot membabat tanah kebun miliknya, tanpa menyadari bahaya yang sedang mengintai.
"Sreekk.. srekk..".
Suara semak-semak bergoyang seperti ada sesuatu di baliknya. Beno yang curiga membabat semak dengan golok, dan dia langsung terkejut hingga mundur beberapa langkah.
"Agghr.. Agghr.." tiba-tiba saja Dimas menerjang ganas seperti macan, dia melompat, mencabik wajah Beno dengan cakarnya yang tajam hingga jatuh tersungkur".
Akgh.. mata ku..!" Bendot tolong aku bendot..!"
Dimas mencakar dan mengigit leher Beno sampai tak berdaya, dia merobek dan memakan jantungnya. Seperti harimau lapar dia sibuk mencabik cabik mayat Beno lalu pergi menghilang begitu saja.
Bendot yang menyaksikan hal itu jadi jijik, melontarkan muntahnya, dia ketakutan sendiri tidak sangka Dimas benar-benar seperti binatang buas.
"Mahluk apa dia yang bisa menjadikan manusia seperti binatang buas". Gumam Bendot seraya pergi dari kebun milik Beno. Dia pergi tanpa perduli dengan jasad yang tergeletak begitu saja ditanah
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments
Ifan K.
yup bener banget 😁👌👍
2021-08-28
0
Ifan K.
yup.. bener banget bun
2021-08-27
0
MamiihLita
owh pak bendot tau toohh.. klw dimas jd spt itu
mereka diserupai makhluk" jahat rupanya
2021-08-27
1