DATAR

DATAR

Sabuk Pengaman

Diandra Permata murid SMA St Theresia. Memiliki paras cantiknya namun sayang harus terhalang oleh kacamata yang membingkai diwajahnya. Kulitnya yang putih berubah merah merona ketika dirinya merasa kesal dan kepanasan terlihat. Warna yang mengoda dan terkadang membuat orang lain iri karna Ia tidak perlu menggunakan blush on dipipinya.

Rambutnya yang lurus panjang dan sedikit berwarna pirang diikat menjadi satu keatas mirip ekor kuda.

Tinggi badan 159 dan berat badan yang selalu konsisten di 48 kg membuat orang tidak percaya bahwa porsi makan yang dia miliki beda tipis dengan tukang kuli bangunan. Tidak pintar juga tidak bodoh dan bisa diandalkan jadi catatan transparan saat ujian. Lebih sering menyendiri dan mengabaikan gosip-gosip heboh disekolah.

Sejak kelas 10 Dian selalu mengenakan atasan seragam sekolah yang kebesaran kecuali baju olahraganya. Dan hari ini cewek satu kelasnya kompak mengenakan baju olahraga selama perlombaan berlangsung.

Setiap tahunnya di bulan Agustus akan diadakan perlombaan antar kelas dalam rangka menyambut hari kemerdekaan yang jatuh pada tanggal 17 Agustus. Satu Minggu sebelumnya berbagai perlombaan akan diselenggarakan oleh OSIS. Perlombaan yang diadakan pun beragam diantaranya adalah Cerdas cermat, Pidato, Basket, Badminton, Voly, Masak, Rangkai Bunga,Tarik Tambang,Band dan lain sebagainnya.

Setiap kelas pun bersaing menunjukkan kemampuan mereka dari berbagai perwakilan murid dihadapan Juri sekaligus menjadi batu loncatan untuk tebar pesona dihadapan murid lainnya. Juri adalah Guru-guru yang sudah dipilih oleh anak OSIS dari jauh hari.

Ini adalah tahun kedua bagi Dian menjadi murid disekolah St Theresia. Sama seperti tahun lalu Dian tidak pernah ikut serta dalam perlombaan apapun. Ia lebih memilih menonton dari lantai atas ke lapangan. Jika ada cowok yang menyegarkan matanya barulah ia akan turun ke lapangan untuk menonton dan berbaur dengan yang lain.

"Bukannya orang dengan keringat banyak itu terlihat sangat jorok ya! Tapi kenapa kali ini Dia malah terlihat begitu menggoda?" gumam Dian dalam hati mengagumi cowok yang sedang bermain basket dilapangan.

Seperti biasa saat menonton Dian harus menghadapi situasi yang tidak menyenangkan. Teriakan histeris cewek-cewek yang membuat telinganya hampir meledak.

"Mereka baru habis nelan speaker ya? Kupingku hampir meledak menampung suara cempreng yang melengking ini." gumam Dian dalam hati menutup kupingnya.

Selain teriakan kini kulit Dian pun mulai memerah karna desakan dan himpitan penonton lainnya. Ia pun menarik dirinya dari himpitan orang-orang dengan wajah kesal.

"Mungkin ini yang dinamakan cewek jahat." ucap Dian mendorong mereka yang telah menjepitnya hingga terjatuh ke dalam lapangan basket.

"Upss!" ucap Dian pergi meninggalkan tempat dengan memasang wajah seolah bukan dia yang mengakibatkan sederetan cewek-cewek roboh masuk ke lapangan basket.

pritt! suara priwitan pengurus OSIS yang disusul oleh pengurus lainnya membantu cewek-cewek dilapangan.

Sementara Dian yang masih kesal berjalan keluar sekolah menuju toko pakaian milik Yayasan sekolah.

"Mau beli apa,dek?" tanya wanita penjaga toko melihat Dian berdiri sambil memperhatikan seragam-seragam sekolah.

"Kak, Aku mau seragam sekolah tapi atasannya saja yang ukuran S."

"Kosong,dek."

"Kalau yang M."

"Kosong juga."

"Mengapa kosong semua sih!inikan baru bulan delapan harusnya masih ada atasan anak baru yang tersisa." gumam Dian dalam hati dengan raut wajah kesal.

"Kakak yang cantik apakah gak ada atasan anak baru yang tersisa satupun untukku?" Tanya Dian dengan lembut merayu penjaga toko.

"Adik cantik yang masih ada ukuran XL kamu bisa menjadikannya selimut untuk tidur." balas penjaga toko meledek Dian.

"Kakak lagi ngejek aku ya?" tanyanya kesal.

"Enggak loh. Kakak ini hanya memberi saran kalau kamu mau membelinya hehe."

"Sama aja,Hump!" ucap Dian berbalik pergi meninggalkan toko dengan penuh kesal.

"Daripada aku kesal mending aku nongkrong diwarung mie aja deh. sekalian nunggu jam pulang. Daripada aku harus balik kedalam sekolah yang panas dan gerah." gumam Dian berbelok menuju warung mie balab.

Jam ditangan menunjukkan 13.30 Dian kembali ke sekolah. Sekolah sudah terlihat sepi hanya ada anak OSIS dan beberapa murid membantu membereskan sedikit kekacauan dilapangan. Dian naik menggunakan tangga yang biasanya digunakan oleh guru menuju kelas yang ada dilantai dua dan tiga.

Sampai dilantai tiga tidak ada satupun murid yang terlihat. Balkon depan dan belakang semua kosong. Hanya pot bunga yang masih tergantung disisi railing. Padahal saat hari-hari biasa masih ada satu dua pasangan yang masih terlihat berdiri saling tatap-tatapan.

Dian menelusuri balkon depan setiap kelas sambil melirik kecil pada kelas-kelas yang sudah kosong. Minggu ini adalah saat menyenangkan bagi semua murid. Peluang pulang lebih awal pun sangat besar sekaligus membiarkan keadaan kelas dengan kursi dan meja yang berantakan. Seperti halnya dengan kelas Dian yang berada nomor dua dari ujung.

"CK!Kenapa kursiku bisa ada didepan meja guru?" tanya Dian pada dirinya sambil menyeret kursi ketempat yang seharusnya berada. "Baru tahu keempat kaki kursi ini bisa jalan saat aku gak ada." ucap Dian lagi mengambil tasnya dan pergi meninggalkan kelas.

KREKK! suara pintu besi tangga murid yang ada lebih dekat dengan posisi Dian tertarik. Dian berlari dan melihat dari atas seorang petugas keamanan sekolah telah menguncinya.

"Astaga!harus balik berjalan panjang ke ujung lagi dong." ucap Dian berbalik menuju tangga yang dia gunakan sebelumnya saat naik keatas.

Dian pun berjalan menelusuri kelas-kelas yang sudah pada terkunci. Ketika ia hendak menurunkan kaki kanan pada anak tangga pertama.

TAKK! suara yang tak asing sekaligus membuat Dian merasakan ada yang terasa longgar dalam dirinya.

"Ya Ampun kaitan Behaku lepas!" ucap Dian menepuk jidatnya. "Aduh!gimana nih. Toilet juga jauh lagi diujung." keluhnya. "Cuma ada laboratorium yang ada didekat sini." Mengecek pintu laboratorium. "Yah, malah kekunci." berbalik badan menyandar kepintu sambil memperhatikan sekitarnya. "Disini aja gak pa-pa kali ya." Menggeser posisi tubuhnya ke dinding. "Mumpung gak ada orang juga." ucapnya pada dirinya sambil menempelkan punggungnya Kedinding.

Bukk! melempar tasnya kelantai. Kemudian menjulurkan kedua tangannya masuk kedalam bajunya yang berada di bagian belakang. Dengan penuh perjuangan jari-jarinya mencoba untuk mempertemukan ujung-ujung behanya.

Di waktu bersamaan langkah kaki Rifki yang begitu pelan menapaki anak tangga menuju keberadaan Dian. Rifki melangkah sambil menyisir rambutnya kebelakang menggunakan jari tangan kanannya. Angin sepoi-sepoi yang berhembus datang menepis atasan yang terbuka hingga memperlihatkan kaos putih yang melekat ditubuh atletis itu. Dian yang sedang berjuang mempertemukan kaitan yang satu dengan yang lainnya tidak menyadari kedatangan Rifki yang kini terhenti menatapnya.

"Dia lagi ngapain?Garuk punggung? tapi kenapa sampai masukin tangan segala kedalam ba---." Tanya Rifki terputus dengan menaikan salah satu alisnya. "--ju?" sambungnya lagi memperhatikan Dian yang masih berjuang mengkaitan behanya. "Sial!sabuk pengamannya lepas." gumam Rifki dalam hati melanjutkan langkahnya kearah Dian berada. "Apa segitu susahnya?" tanya Rifki pelan meneruskan langkahnya.

"Dasar cewek bodoh!" Umpatnya dalam hati.

"CK!Beraninya dia melakukan itu disini. dia gak takut apa dipergokin cowok ditempat sepi begini?" sambungnya dalam hati sambil menggelengkan menggelengkan kepalanya.

"Gimana kalau aku goda sedikit?" tanya cowok itu pelan disertai dengan bibir yang tersenyum nakal.

"Huh! pegal banget nih tangan." keluh Dian yang berhasil mengkaitkan behannya sambil melihat kebawah dan mendapati ada sepasang sepatu berhenti didepannya.

"Mau aku bantu pasangin gak?" tanya Rifki membuat Dian mengeluarkan kedua tangannya dari dalam baju.

"Suara ini kayak pernah dengar." gumam Dian dalam hati mendongak keatas.

"RIFKI!" teriak Dian terkejut dengan merapatkan dirinya Kedinding.

"Eh?Kamu kenal Aku?" sahut Rifki.

"Eh?! A-Aku pergi dulu." ucap Dian mendorong Rifki lalu memungut tas miliknya dari lantai.

"Tunggu!" Panggil Rifki.

"Ya?!" sahut Dian berhenti ditangga. "Kenapa?" tanyanya polos menoleh ke Rifki.

"Sabuk pengamannya gimana? Udah kepasang belum?" tanya Rifki menggoda dan berusaha menahan tawa melihat ekspresi wajah Dian.

"K-Ka-Kamu barusan lihat." seru Dian memalingkan wajah malunya dari Rifki.

"Iya. Haha." jawab Rifki melepas tawanya. Ia tak kuasa untuk menahannya sejak tadi.

"Dasar tukang ngintip!" teriak Dian mempercepat menuruni tangga meninggalkan Rifki yang masih tertawa.

"Bisa gak sih dia pura-pura gak lihat saja. Pakai acara diperjelas lagi!" gumam Dian dalam hati menahan malu dan kesal.

"Kenapa harus dia coba? pakai ketawa lagi itu anak! Argh,buat kesal!. Ini semua salah Nenek!kenapa juga miniset dilemari semuanya pada hilang. Yang ada malah beha-beha sialan ini!." dumel Dian.

"Jangan sampe lepas lagi sabuk pengamannya!" teriak Rifki dari atas membuat Dian terhenti.

"Sabuk pengaman palamu!" Balas Dian mendongak kesal.

****

Visual

1. Dian Permata

Cantik,polos dan sedikit konyol.

(Model Natasha Wilona)

2. Rifki Hermawan

Ganteng tapi gak playboy 😜

(Model Junior Roberts)

Terpopuler

Comments

kucing imut

kucing imut

menarik dan bagus ceritanya unik dan lucu
kk semangat terus aku baru bisa baca segini

2021-06-22

4

🍭ͪ ͩ¢ᖱ'D⃤ ̐𝗡𝗢𝗟ՇɧeeՐՏ🍻

🍭ͪ ͩ¢ᖱ'D⃤ ̐𝗡𝗢𝗟ՇɧeeՐՏ🍻

keren...pengalaman masa sekolah yg menjengkelkan sekaligus lucu sih... sukses y thor...GBU😉

2021-06-18

1

Masyayu Setianingsih

Masyayu Setianingsih

cemangat kak🥰

2021-03-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!