Ambigu

Saat jam Istirahat pertama Dian, April, Nadin, Mori dan Sinta masih ada di kelas. Sementara murid lain sudah turun ke lapangan menonton perlombaan lainnya.

"Eh! dari les pertama Aku belum lihat Rifki." ucap Nadin

"Absen kali,Nad." sahut Mori

"Coba cek dulu di laci. Apakah ada ranselnya disana?" tanya April menoleh ke kebelakang memperhatikan Nadin dan Mori berjalan ke meja Rifki.

Mori membuka laci dan melihat ada ransel Rifki.

"Ransel ada orangnya kemana?" tanya Mori menunjukkan ransel Rifki pada semua

"Mungkin Rifki ada di Ruang BP, Nad." ucap Sinta

"Rifki buat masalah juga diminggu menyenangkan ini." tambah Mori

"APA SUDAH SELESAI MENGHINA RIFKI?!" tanya Nadin dengan raut marah membuat Mori dan Sinta terkejut.

"April,apa sebaiknya kita pergi saja?" Tanya Dian berbisik

"Tidak usah pedulikan mereka." jawab April yang masih mencatat

Perlahan Mori dan Sinta berjalan mendekat pada Nadin yang bertolak pinggang denga raut wajah yang masih kesal.

"Nadin,apa kamu masih marah?" tanya Sinta merangkul tangan kiri Nadin

"Maaf Nadin kita tidak ada maksud menghina Rifki." ucap Mori merangkul tangan kanan Nadin

"Iya. Benar kata Mori." tambah Sinta

"Kita ke bawah aja gimana Nad?siapa tahu Rifki ada disana." ajak Mori

"Lepasin tangan Aku! Ingat aku belum maafin kalian." ucap Nadin menepis rangkulan mereka dari lengannya

"Segitunya Nadin belain Rifki. Penggemar nomor 1" gumam Dian

Nadin pun pergi meninggalkan kelas di ikuti oleh Mori dan Sinta dari belakang. Suara sorak Sorai dari bawah pun terdengar riuh. sementara Dian memakan habis sandwich dalam kotak makannya sambil menunggu April yang dari tadi belum selesai-selesai mencatat.

Satu jam lebih berlalu tinggal Dian dan April yang masih ada di kelas. Kini April mengeluarkan peralatan make up-nya dari tas dan meletakkannya di meja.

"Dian,Kita di kelas aja ya? nonton buat gerah."

"Hm." jawab Dian dengan nada lesu

"Dian,Kamu kenapa?" tanya April

"Aku mau pindah sekolah. Tapi Papa tidak kasih." jawab Dian bertopang dagu

"Kenapa tiba-tiba mau pindah sekolah?" Tanya April menatap heran sambil memakai foundation diwajahnya.

"Kemarin Rifki mergokin aku lagi pasang kaitan BHku. Terus dia ledekin dan ngetawain aku, April." gumam Dian

"Aku males sekelas sama kamu. Kamu tidak pernah bawa pulpen. Pinjam milikku tapi tidak pernah kamu balikin lagi." jawab Dian asal

"Hahaha." tawa April

"Eh! malah ketawa."

"Pindah kelas aja." ucap April yang sekarang memakai bedak tabur.

"Emang bisa begitu." ucap Dian dengan sumringah

"Bisa. Kalau Kamu anak dari Kepala sekolah. Ah!Tapi seingat aku Kepala sekolah kita adalah seorang Biarawati. Aduh bagaimana ini,Dian ?Aku tidak bisa membantu kamu." ucap April dengan wajah datar sambil memakaikan bedak pada wajah Dian yang berubah kesal.

"April,Apa kamu sedang meledekku?" tanya Dian

"Tidak babyku sayang. Aku hanya memberitahumu kembali. Siapa tahukan kamu tidak ingat kalau kepala sekolah kita itu seorang suster." ucap April mengambil blush on dan membukanya.

"BRAKK!" suara pintu yang mengarah ke balkon belakang di tendang dari luar.

"PRANG!" blush on di tangan April jatuh ke lantai.

"RIFKI! Kamu buat terkejut dan---" teriak April terputus melihat nasib blush on miliknya. Dian juga terkejut melihat Rifki dan langsung memalingkan wajahnya dari Rifki.

"BLUSH ON AKI HANCUR!" teriak April pada Rifki

"Astaga! Aku tidak percaya April berteriak pada Rifki segalak itu. Apakah penggemar jaman sekarang bersikap demikian ke idolannya? sungguh mengejutkan jiwa dan ragaku." gumam Dian melihat April

"Kenapa kamu berteriak padaku? Jelas-jelas benda itu jatuh dari tanganmu sendiri." ucap Rifki dengan santai berjalan ke belakang. Matanya kemudian melirik kecil pada Dian.

"Cewek ini kayak pernah lihat. Tapi dimana ya?" gumam Rifki

"Kalau saja kamu tidak menendang pintu dengan tiba-tiba blus on ini juga tidak akan terjatuh dari tanganku." gerutu April mengambil blus on dari bawah meja.

"Bukankah kamu bisa membelinya dengan yang baru. Hanya sebuah blush on berisik sekali."

"Kamu pikir mencari warna seperti ini gampang. Kamu bahkan menendang pintu itu sangat kuat."

"Sampai kapan Aku akan mendengar mereka berdebat. April,apa kamu benaran penggemar Rifki? Aku mulai berpikir kamu berbohong padaku." gumam Dian

"Aku juga tidak tahu kalau masih ada orang di kelas." ucap Rifki duduk bersandar denga meletakkan tangan dibelakang leher. Kemudian mengangkat kedua kaki ke meja dan menyilangkannya. Mendongakkan wajah dan menejamkan mata menghiraukan rengekan April yang masih berlanjut.

"Sudah,sudah jangan marah lagi. Kamu masih bisa pakai blush on yang warna lain." bujuk Dian

"Tapi Dian ini warna yang ingin aku pakai sekarang. Dan kamu tahu ini masih baru. Aku bahkan belum pernah memakainya." rengek April

"Astaga! hanya sebuah blush on kenapa sampai merengek begini. Jika memakai warna lain tidak akan membuatnya mati jugakan." gumam Dian

Sudah 15 menit akhirnya April berhenti merengek. Melihat itu Dian meraih blus on dari tangan April.

"Sini Aku lihat."

"Kamu mau ngapain?" tanya April

"Kelihatannya ini masih bisa dipakai." jawab Dian mengambil blus brush dan membubuhkan pada blus on dengan lembut.

"Tidak usah aku tidak akan memakainnya."

"Aku pikir kamu ingin memperlihatkannya pada seseorang. Ini!" ucap Dian memberikan blus brush pada April. April pun tersenyum dan mulai memakaikan blus on diarea wajah yang dia inginkan.

"Tidak ada suara lagi. Apa mereka sudah pergi?" gumam Rifki membuka matanya dan melihat Dian memperhatikan April yang sedang bermake up.

"Dian,kamu mau?" tanya April menawarkan make up-nya.

"Tidak usah."

"Apa kamu takut aku akan membuat wajahmu menor?"

"Bukan---"

"Rifki,Kamu masih disini ternyata." ucap April memotong jawaban Dian

"Bukan urusanmu." Jawab Rifki melihat Dian yang berusaha menyembunyikan wajahnya.

"Dari tadi aku perhatikan, ini cewek selalu berusaha menyembunyikan wajahnya." gumam Rifki

"Nadin tadi nyariin kamu. Kalian sudah ketemu belum?"

"belum."

"Kenapa ke atas? Apa sudah bosan di ruang BP ?" Tanya April

"Di bawah berisik. April,kenapa dari tadi ka---"

"Eh!Dian,Kamu pakai blus on ya?" Tanya April memotong ucapan Rifki

"Enggaklah. Aku bahkan tidak memiliki itu dirumah." jawab Dian

"Tapi kulit wajah di bawah mata kamu merah merona kayak pakai blush on." ucap April menyentuh wajah Dian dengan telunjuknya.

"Coba aku lihat." ucap Rifki dari kursinya

"Kali ini kamu tidak bisa menyembunyikan wajahmu lagi dariku ." gumam Rifki

"Lihat deh!" ucap April memperlihatkan wajah Dian pada Rifki.

"Ternyata Kamu. Jadi dari tadi kamu berusaha menyembunyikan wajahmu karna takut aku mengenalimu." gumam Rifki mengingat Dian

"Aku tidak bisa melihat dengan jelas." ucap Rifki tersenyum pada Dian

"Bohong!Dia berbohong! Dia sudah mengenaliku." gumam Dian

"Kamu harus melihatnya dari dekat.Cepat sini!" perintah April

"Kenapa April malah memintanya mendekat?" gumam Dian dalam hati.

"Baiklah." sahut Rifki

"Gimana?" Tanya April melepas tangannya dari wajah Dian

"Hmm, Kemarin dada amankan sampai rumah?" tanya Rifki menghiraukan April

"Eh?!"

"Rifki,apa kamu sedang mengkhawatirkan dadaku atau sedang meledekku didepan April?" gumam Dian.

****

Visual

3. Nadin Zevanya

Jutek dan Galak. Ketua penggemar Rifki.

(Model Shanina Cinnamon)

4. Aprillia

Salon berjalan sekaligus infotaiment kelas.

(Model Gabriella Ekaputri)

Terpopuler

Comments

¢ᖱ'D⃤ ̐NOL👀ՇɧeeՐՏ🍻

¢ᖱ'D⃤ ̐NOL👀ՇɧeeՐՏ🍻

Rifki bner2 nyebelin...suka bnget bikin malu Dian...awas sj kena karma baru tau rasa!!!

2021-06-18

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!