CINTA MANIS Sang Pewaris
...Happy Reading...
Dunia ini penuh dengan orang-orang baik. Jika kamu tidak dapat menemukannya, jadilah salah satunya. Mimpi kita tidak akan berguna kecuali kita sendiri yang mewujudkannya.
Hidup itu membutuhkan perjuangan, karena nggak ada satu hal pun yg bisa sukses tanpa sebuah perjuangan, karena Kesuksesan bukanlah sebuah kebetulan, ia adalah kerja keras, ketekunan, belajar, berkorban, dan yang paling penting, mencintai apa yang kamu lakukan.
Suasana di sebuah kantor yang tenang dan damai tiba-tiba menjadi kacau saat seorang Tuan Muda datang ke kantor, dia duduk membelakangi meja yang sudah berantakan, file-file penting sudah berserakan, kertas-kertas berterbangan kemana-mana, bahkan komputer diatas meja pun sudah terbalik.
" Tuan Muda.."
" Presdir sedang ada rapat penting yang tidak bisa ditinggalkan?"
" Tolong tunggu sebentar ya?" Ucap sang Sekertaris presdir yang sudah kuwalahan menghadapinya.
Braaaakkk...
Sebuah Laptop gigitan apel pun melayang dan jatuh tepat dibawah kaki Nisa, dia adalah sang sekertaris yang sudah bertahun-tahun bekerja diperusahaan raksasa itu.
" Tuan Muda.. mohon bersabar?"
" Sebentar lagi presdir akan datang!" Ucap Nisa sambil mengambil Laptop yang sudah terlihat pecah LCDnya.
Braaaaakkk...
Sepatu branded yang terbuat dari kulit buaya itu pun ikut melayang bahkan sampai dibelakang tubuh Nisa.
" Astaga Tuan Muda.." Nisa memungut sepatu yang terlempar tadi.
Wiiiiiinnnggggg...
Sebuah tas slempang kecil yang berharga jutaan rupiah itu terlempar begitu saja didepan tubuh Nisa yang sedang membungkuk merapikan file yang berserakan dilantai.
" Tuan Muda.." Nisa sudah memasang wajah melasnya.
" Tolong jangan begini." Rasa-rasanya dia sudah ingin menangis dan pulang kampung setiap kali Tuan Mudanya datang dan mengamuk seperti ini, namun apalah daya dia masih membutuhkan pekerjaan ini.
" Tuan muda.."
" Tolong berhenti.." Nisa bahkan sampai terduduk dilantai, kepalanya mendadak pusing dan bingung harus bagaimana menghadapinya, baru lima belas menit dia datang kemari, ruangan presdirnya sudah seperti kapal pecah.
" KENZOOOO...!" Teriak seorang pria dari arah pintu, orang yang sudah membuat sang Tuan Muda menunggu akhirnya telah datang menemuinya.
Dan saat kursi Singgasana Presdir itu berbalik, terpampanglah sang Tuan Muda yang ternyata masih kelas satu Sekolah Dasar, dengan tangan yang dilipat ke dada, kaca mata hitam yang bertengger dihidung mungilnya dan bibir manyun yang dihimpit kedua pipi yang mirip seperti Bakpow bulat.
" DADDY...!" Akhirnya teriakan seorang anak kecil itu menggema didalam ruangan, dialah Tuan Muda yang sedari tadi membuat kekacauan di ruangan kerja.
" Alhamdulilah..." Nisa bisa bernafas lega saat melihat presdirnya masuk kedalam ruangan.
" KENAPA DADDY LAMA SEKALI!" Teriaknya kembali, saat melihat Ayahnya muncul dia langsung naik ke atas meja dengan sepatu hanya tinggal sebelah di kakinya dan berkacak pinggang seolah-olah seperti Big Boss yang sedang memarahi bawahannya karena sedang melakukan kesalahan.
" Aku sudah bosan dari tadi disini." Namanya adalah Kenzo Rajendra Bramantyo tapi dia sering dipanggil Yoyo.
" Nisa.."
" Rapikan ruangan segera, aku akan membawa Yoyo keluar!" Ucap Presiden Direktur yang bernama Samuel Mahavir Bramantyo, dialah sang pemilik perusahaan raksasa ini dan juga ayah dari anak bandel sekaligus bibit unggul itu, dari kecil saja dia sudah terlihat tampan, apalagi saat dewasa nanti.
" Daddy..."
" Aku sudah lapar!" Ucap Yoyo sambil mengerucutkan bibirnya, membuat siapapun yang melihatnya menjadi gemas, apalagi saat melihat pipinya yang gembul, matanya yang bulat dan rambutnya yang sedikit keriting memanjang, benar-benar calon pria tampan idola dimasa depan.
" Baiklah..."
" Kita akan makan."
" Tapi kamu jangan membuat kekacauan seperti ini lagi, mengerti?" Ucap Samuel dengan lembut yang hanya dibalas anggukan kepala oleh Yoyo.
" Daddy nggak suka kalau kamu bandel gini." Anak kecil tidak akan mempan jika dinasehati dengan cara dibentak, itu hanya akan membuat seorang anak semakin keras sifat dan perilakunya.
" Trus si Mbak kemana?" Tanya Samuel saat melihat disana tidak ada baby sister yang menjaganya.
" Entahlah..." Ucap Yoyo menaikkan bahunya, ucapannya bahkan sudah seperti anak dewasa sebelum waktunya.
" Tadi yang nganterin kamu kesini siapa?" Tanya Samuel mengerutkan keningnya.
" Pak sopir!" Ucap Yoyo dengan santainya.
" Ckkkk..." Samuel berdecak kesal.
" Terakhir lihat si Mbak dimana?" Tanya Samuel pusing menghadapi babby sisternya, namun apa daya, dia yang paling bisa bertahan selama satu bulan menjaga Yoyo, yang lain satu minggu sudah mengundurkan diri, tidak sanggup merawat Yoyo yang nakalnya memang diatas rata-rata, sebenarnya Yoyo adalah anak yang jenius, kecerdasanannya melebihi anak seumurannya, tapi memang bandelnya nggak ketulungan, bahkan si Mbak itu sudah babby sister ke dua puluh lima sampai saat ini.
" Nangis di pojokan kamarnya!" Ucap Yoyo sambil tersenyum dengan imutnya, tanpa merasa bersalah sama sekali.
" Astaga Yoyo..!" Samuel memejamkan kedua matanya, sudah masalah perusahaan sedang banyak ditambah Yoyo bikin ulah, rasa-rasanya kepalanya hampir pecah saat ini.
" Kamu apakan dia?"
" Sampai nangis gitu Yo?" Tanya Samuel sambil mengacak rambutnya.
" Nggak aku apa-apain kok?"
" Cuma aku tuang minyak goreng satu botol aja ke rambutnya!"
" Habisnya dia tertidur saat menjagaku!"
" Yoyo kan mau main, eeh.. dia malah tidur!" Yoyo langsung melipat kedua tangannya dengan kesal, membayangkan kejadian tadi siang sebelum berangkat kesini.
" Aaarggghh..." Samuel mere mas rambutnya sendiri.
" Pasti dia akan mengundurkan diri lagi." Umpatnya, belom ada satu menit, langsung ada notifikasi di ponselnya.
1 messagge received...
Babysitter Yoyo :
Maaf pak, saya mengundurkan diri, saya mau pulang kampung, ibu saya membutuhkan saya dan menyuruh saya pulang, terima kasih atas segalanya, saya pamit.
" Haaaah!" Samuel menghela nafas dengan kasar.
" Ckkk... alasan klasik!" Dia berdecak kesal.
" Bilang saja kamu sudah tidak tahan menghadapi putraku!" Umpat Samuel sudah hafal dengan alasan mereka, yang orang tuanya minta pulanglah, yang nggak betah di kota, yang nenek sakit, yang kakek sakitlah, padahal entah kakek dan neneknya masih ada atau tidak, yang pasti itu hanya alasan mereka agar bisa mengundurkan diri dari pekerjaannya.
" Nisaaa..!"
" Hubungi Agen.. minta carikan babysitter yang profesional."
" Yang termahal pun tidak masalah!"
" Yang penting jangan lemah dan gampang baperan!" Teriak Samuel sambil berlalu membawa Yoyo ke kantin.
" Baik pak, saya akan menghubungi Agen segera!" Jawab Nisa ikut pusing, masalahnya dia yang sering kena amukan oleh Petugas Agen, karena tidak ada yang betah kerja ditempat bosnya itu.
" Yoyo... kamu tunggu diujung sana ya?" Samuel menunjuk kursi kosong dipojokan kantin.
" Daddy ambilkan makanan untukmu okey?" Ucap Samuel mengacak rambut putranya yang sedikit pirang itu.
" Okey Daddy!" Yoyo menggangukkan kepalanya, hingga poni rambutnya mengayun dengan imutnya.
" Jangan nakal, jangan bikin ulah!"
" Duduk baik-baik."
" Jangan kemana-mana!" Ucap Samuel memberikan ultimatum kepada Yoyo.
Saat Samuel sedang mengambil makanan di salah satu food court, Yoyo dengan santainya bersandar disamping meja dan menyilangkan kakinya dan saat ada dua wanita yang sedang membawa makanan dan minuman lewat didepannya dia sengaja meletakkan kakinya agak kedepan.
Krompyaaaaangggggg...
" Arghh..." Wanita itu jatuh terpeleset bahkan baju putihnya terkena tumpahan kuah kari dari menu makanan yang dia ambil tadi.
" Allohuakbarrr..."
" Astaga.. bajuku jadi kuning semua." Dialah Rinjani Maheswari, karyawan magang tercantik yang baru satu minggu kerja disana, dia adalah mahasiswa jurusan Bisnis Management yang sudah semester akhir disalah satu kampus terkenal dikota itu.
" Hihihi..." Yoyo terkikik sendiri sambil berlari dan duduk di mejanya tanpa rasa berdosa sama sekali.
" Astaga tu bocah!" Umpat Niar teman magangnya dari kampus yang sama seperti Rinjani.
" Bandelnya minta ampun!" Niar langsung membantu Rinjani berdiri.
" Kemana sih orang tuanya, masak anak kecil dibiarin keliaran disini." Umpat Niar ingin berjalan mendekatinya namun dicegah oleh Rinjani.
" Sudahlah Niar.."
" Biarkan saja, dia masih anak-anak." Rinjani menarik lengan Niar yang sudah terlihat kesal.
" Bagaimana orang tuanya mendidik tu bocah!"
" Sampai jadi bandel begitu!" Bahkan suara Niar terdengar sampai ujung, sehingga membuat Samuel menoleh kearah mereka.
" Sudahlah... ayok temani aku ke kamar mandi saja!"
" Bantuin bersihin baju aku ya?" Ucap Rinjani mengibaskan bekas tumpahan dibaju dan sepatunya.
" Tunggu..."
" Aku pengen lihat, yang mana sih orang tuanya!"
" Masak nggak bisa mendidik putranya dengan benar!" Umpat Niar dengan suara lantang.
" Saya orang tuanya." Ucap Samuel mendekat kearahnya.
" Beuuuuhhh tampannya..." Umpat Niar terpesona.
" Eheeeerrrmm..." Niar kembali menetralkan sikapnya, dia kan ingin memberi peringatan pikirnya.
" Jadi bapak orang tua anak nakal itu!" Mata Niar langsung berapi-api.
" Niar... sudahlah!"
" Aku nggak papa!"
" Jangan teriak-teriak, dilihatin orang malu itu!" Ucap Rinjani menoleh disekelilingnya, ternyata benar mereka menjadi pusat perhatian disana.
" Biar saja.."
" Biar dia tahu kelakuan anaknya!" Niar dan Rinjani memang tidak tahu kalau Samuel adalah presdir diperusahaanya, selain masih baru, karyawan magang tidak pernah ada urusan dengan presdir, jadi mereka memang belom sempat melihat wajahnya, hanya nama presdirnya saja yang dia tahu.
" Apa yang dilakukan anak saya, sehingga anda bisa semarah itu?" Tanya Samuel tersenyum kecut, ternyata ada karyawan dikantornya yang tidak mengenalinya pikirnya.
" Lihatlah baju temen saya ini?"
" Kotor semua gara-gara anak bapak?"
" Dia sengaja menjegal kaki temen saya, sampai makanannya semua tumpah ke bajunya!" Niar menjelaskan tanpa rasa takut sama sekali.
" Stttttt... Mbak.. mbak.. dia presdir di perusahaan ini lho!" Bisik seorang wanita yang sedang melintas ditelinga Rinjani.
" HAH?" Rinjani langsung melongo dan terkejut, buru-buru dia membungkukkan badan didepan Niar.
" Hehe... maaf pak, maafkan teman saya!"
" Saya nggak papa kok, ini salah saya yang berjalan nggak lihat lantai, hehe.." Rinjani langsung menarik Niar untuk pergi dari sana.
" Kamu yang salah bagaimana?"
" Jelas-jelas anak itu sengaja menjegal kaki kamu kok!"
" Kamu ini gimana sih!" Ucap Niar tidak habis pikir sambil mengikuti langkah Rinjani.
" DIEM... !"
" Nerocos mulu deh mulut luu!"
" Ayok... buruan pergi dari sini!" Rinjani langsung menarik paksa Niar ke dalam kamar mandi.
Niar masih saja mengumpat ngalor ngidul saat menuju kamar mandi, Rinjani memang sangat menyukai anak kecil, jadi mungkin dia tidak tega melihatnya, coba kalau yang jahil adalah pria dewasa, pasti sudah habis-habisan dia balas, bahkan mungkin pembalasannya bahkan lebih kejam.
" Gilak loe ya.."
" Loe tau nggak siapa yang elo marahin tadi?" Umpat Rinjani sambil membersihkan bajunya.
" Bapaknya bocah nakal tadi lah!" Ucap Niar sambil membantu mengambilkan tissu untuk Rinjani, mereka bersahabat sudah sejak lama, mereka berkenalan saat ospek kampus dan berlanjut sampai sekarang.
" Asal loe tahu aja!"
" Bapak bocah yang kamu marahin tadi itu adalah pemilik gedung ini oneng!" Ucap Rinjadi sambil menoyor kepala Niar perlahan.
" Pemilik gedung ini?"
" Maksud loe presdir perusahaan ini?" Niar bahkan sampai melongo saat mendengarnya.
" Kita tinggal menunggu nasip aja nih!"
" Dipecat dengan hormat atau ditendang sampai ke kampus!" Umpat Rinjani kesal saat membayangkan saat itu terjadi.
" CIUS loe.." Niar langsung memelototkan matanya ke arah Rinjani.
" Loe pasti bohong kan?" Wajah Niar langsung berubah pucat.
" Loe cuma ngeprank doang kan Rin!"
" Ya kan cuy! loe bercanda aja kan?" Niar mengoyang-goyangkan tubuh Rinjani.
" Sayangnya ini kenyataan Niar!"
" Makannya jangan emosi sama anak kecil!"
" Kayak gini nih karmanya!" Rinjani menjewer telinga Niar sambil mengeratkan giginya.
" Mampuss deh gue!"
" Aaaarrggghh... kalau nilai kita buruk..hilang deh bea siswa kita!"
" Alamaaaaakk... kenapa ini harus terjadi!" Niar mengacak rambutnya prustasi, mereka berdua memang mahasiswa yang memiliki otak encer, mereka bahkan mendapat beasiswa sampai wisuda nanti, itulah kenapa mereka bisa magang diperusahaan raksasa itu.
Mereka berdua memang dari keluarga yang sederhana dan tidak bergelimang dengan harta, walau sering berantem mereka berdua tetap berkawan solid dan bersahabat rasa saudara.
" Naaah... giliran sekarang mewek-mewek loe!"
" Berdoa sana, biar kita nggak dipecat!"
" Makanya tuh mulut dikasih rem dong!"
" Main gas aja kayak kompor mleduk lu!" Umpat Rinjani sambil mencubit lengan Niar.
" Arghhhh... sakit Boneng!"
" Mana gue tahu kalau bapaknya presdiir kita!"
" Kenapa loe nggak bilang dari awal coba!" Niar malah kembali menyalahkan Rinjani.
" Gw juga baru tahu saat dibisikan mbak-mbak senior kita yang kebetulan lewat tadi!"
" Mana gw tahu, gw juga baru lihat dia kok!" Rinjani melakukan pembelaan.
" Jani... gimana kalau beasiswa kita dicabut dong?"
" Bisa digorok gw sama nyokap gw, hiks.. hiks..." Niar baru menyesali perbuatannya sekarang.
" Yaudah sih.."
" Mau gimana lagi?"
" Udah kejadian ini?"
" Kalau kita dipecat trus beasiswa kita dicabut, yaa.. kita cari kerjaan sampingan ajalah!" Ucap Rinjani yang sudah memikirkan solusinya.
" Tapi kita udah semester akhir Jani?"
" Tugas lagi banyak-banyaknya?"
" Kalau kita sambil kerja bisa terbengkalai semua?"
" Bisa anjlok nilai kita cuy!"
" Arrrggghhhh....sial..!" Umpat Niar udah membayangkan yang tidak-tidak.
" Makanya.."
" Kurang-kurangin makan sate kambing!"
" Bikin tensi darahmu naik aja! jadi marah-marah nggak jelas" Sate kambing adalah makanan favorit Niar dari dulu sampai sekarang.
" Kamu ini, kambing kok disalah-salahin!"
" Kasihan tahu, kambing juga makhluk Tuhan."
" Emang dasar anak itu yang bandel kok!"
" Kasihan atuh si kambing!" Umpat Niar tidak terima, saat kecil bahkan kerjaannya menggembala kambing punya Uwak dikampung.
" Yawda kita balik keruangan yuk!"
" Jam istirahatnya sudah mau habis ni."
" Bajuku juga udah mulai kering." Rinjani mengeringkan bajunya menggunakan pengering tangan yang ada di toilet.
Saat sampai diruangannya, Rinjani menggeser kursinya disamping kursi Seniornya, dia ingin mencoba mengorek info tentang presdirnya.
" Mbak... Presdir kita itu duda ya?" Tanya Rinjani sambil berbisik.
" Maksud kamu Pak Samuel?" Tanya senior Rinjani.
" Iya mbak, tadi aku lihat anaknya sendirian di kantin!"
" Astaga mbak... bandelnya minta ampun!" Bisik Rinjani disamping telinga seniornya.
" Emmm... kalau soal duda atau enggaknya sih?"
" Aku kurang tahu deh... dan mungkin pada nggak tahu, soalnya tidak ada orang yang berani mengkorek info tentang asal usul dan latar belakangnya."
" Yang kami tahu dia sudah memiliki anak itu saja." Jelas Senior itu memberiakan info yang dia tahu.
" Jangan sampai kamu membuat masalah dengan beliau!"
" Jangan pernah mengusik apapun tentangnya!"
" Kalau kamu mau magang dengan Damai di kantor kita!"
" Atau-----" Belom sempat sang senior itu melanjutkan omongannya, nama Rinjani sudah disebut oleh kepala divisi di bagiannya.
" Karyawan magang yang bernama Rinjani?"
" Kamu dipanggil untuk pergi keruangan presdir." Ucap Kepala Divisi dengan wajah penasaran baru kali ini karyawan magang disuruh masuk ruangan presdir pikirnya.
" Alaamaaaakk..."
" Mampus gw... tamatlah riwayat hidup gw!" Rinjani memejamkan matanya, sepertinya hari ini adalah hari terakhir dia magang diperusahaan raksasa idaman semua pekerja itu.
Dalam menikmati lika-liku kehidupan ini dibutuhkan rasa sabar, keikhlasan dan semangat yang kuat. Semangat dibutuhkan agar kamu tak berhenti dan bisa menghadapi tantangan hidup.
... "Hidup itu membutuhkan perjuangan, karena nggak ada satu hal pun yg bisa sukses tanpa sebuah perjuangan."...
Hai readers ku terzeyeng...
Selamat datang dikarya Author terbaru ya...
Semoga kalian suka dan jangan lupa dukungan buat Othor kalian yang ngarep ini, hehe...
Jangan lupa VOTE, LIKE dan HADIAHnya yaa kakak🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Lia Yulia
baru tau kalau kak Iska bikin yg ini....Hanny udah tamat sambil nunggu yg baru nikmatin yg ini dulu dah😁
2023-01-31
1
Dewi Kijang
lanjut
2022-02-22
1
walau dah end, aku mampir sini Thor, sprt menarik😊
2022-01-29
1