...Happy Reading...
Tindakan menyalahkan hanya akan membuang waktu kita, sebesar apapun kesalahan yang kita timpakan ke orang lain, dan sebesar apapun kita menyalahkannya, itu tidak akan mengubah dengan apa yang terjadi saat ini.
Begitu juga dengan Rinjani, dengan langkah berat dia berjalan menuju ruangan Presdir, baru saja dia mulai beradaptasi dengan teman sekantor, merasakan suasana yang adem, ayem namun dalam sekejab saja semua langsung berubah menjadi seram, sekelebatan kejadian buruk sudah terlintas dipikiran Rinjani saat ini.
Tok.. tok.. tok..
Rinjani mengetuk pintu ruangan Presdir dengan perlahan, semangatnya sudah meluntur, dia sudah pasrah kali ini, apalah dayanya yang hanya pekerja magang yang tidak begitu penting dalam kemajuan kantor, bahkan dipecat juga tidak akan rugi sedikitpun pikirnya, dia hanyalah remukan kerupuk disisi toples bagi presdir kaya raya itu.
" Masuk." Terdengar suara bariton yang membuat jantungnya semakin berdegub kencang.
" Permisi pak.."
" Saya Rinjani, anak magang baru." Ucap Rinjani sambil menunduk, dia tidak punya keberanian menatap presdirnya walau tampan dan mempesona sekalipun.
" Yaa.. saya masih ingat!"
" Kemarilah..!" Ucap Samuel menjentikkan jarinya.
" Baik pak." Rinjani berjalan mendekat dan masih berdiri didepan meja Samuel.
" Duduklah.."
" Apa gunanya saya sediakan kursi disitu!" Ucap Samuel dengan ketus.
" Apa kamu mau terus jadi patung disana!" Ucap Samuel sambil menggulung kemejanya, seharian ini dia merasa sesak dengan semua masalah yang tiba-tiba muncul begitu saja.
" Ma.. maaf pak." Rinjani langsung duduk perlahan didepan Samuel.
" Ambillah..!" Samuel menyodorkan sebuah amplop kepadanya.
Mampus gw, bener dugaan gw, pasti gue disuruh ngundurin diri ini, atau mungkin itu langsung surat pemecatan lagi, aarggghh... Niar, kamu benar-benar gadis ceroboh!
Rinjani hanya memandang amplop itu tanpa mengambilnya, dalam hati dia mengumpat habis apa yang dilakukan Niar, sehingga dia terkena imbasnya juga.
" Ambil..!"
" Kenapa cuma dipelototin aja!"
" Apa kamu pikir itu pajangan atau lukisan?" Ucap Samuel yang semakin membuat jantung Rinjani melompat-lompat.
" Ma.. maaf, i.. ini surat apa ya pak?" Tanya Rinjani memberanikan diri untuk bertanya.
" Kamu bisa baca kan?"
" Walaupun kamu masih magang, aku yakin kamu juga orang terpilih."
" Tidak mungkin perusahaan saya menerima karyawan sembarang orang, walau itu magang sekalipun!"
" So... takkan mungkin hal sepele seperti itu saja kamu tidak bisa membacanya!" Samuel menatap Rinjani dengan tatapan tidak suka, dalam perjalanan kariernya dia hanya menerima kata-kata ' baik pak' dan ' iya pak' saja dari Nisa, dia tidak pernah membantah sedikitpun.
" Buka cepat! jangan buang waktuku hanya untuk meladeni karyawan magang sepertimu!" Ucap Samuel kesal sendiri.
Tamatlah riwayat hidupmu Rinjani...
Rinjani menghela nafasnya perlahan, mencoba menguatkan diri, apa yang terjadi terjadilah, pikirnya.
" Baik pak.." Dengan cepat Rinjani mengambil amplop itu dan segera membukanya dan ternyata apa yang dia pikirkan tidak seburuk yang dia alami, malahan ini seperti rejeki nomplok yang tidak terduga.
" HAAH?" Mata rinjani terbelalak seakan ingin keluar dari cangkangnya saja.
" Se... sepuluh juta?" Apa ini gajinya selama seminggu pikirnya, masak iya magang digaji sebesar itu pikirnya.
" I.. ini uang untuk apa pak?" Rinjani memberanikan diri untuk bertanya.
" Untuk mengganti bajumu yang kotor!"
" Apa masih kurang?" Ucap Samuel dengan tegas.
" Ba.. baju apa?" Pikiran Rinjani buyar seketika.
" Baju kamu itulah!" Masih terlihat ada bekas warna kuning di kemeja putih Rinjani, memang sangat sulit menghilangkan noda kari dibaju berwarna putih.
" Owh ini, hehe..." Rinjani baru menyadari dari arah mata presdirnya yang melirik bajunya yang ternoda.
" Nggak papa pak.."
" Saya maklum... namanya juga anak-anak."
" Saya tidak mempermasalahkan itu."
" Dan atas nama teman saya, saya minta maaf jika dia berani berkata lancang kepada bapak."
" Kami benar-benar belom tahu siapa bapak." Ucap Rinjani menundukkan kepalanya.
" Jadi kalau aku bukan presdir diperusahaan ini, kalian tidak akan minta maaf gitu?"
" Dan kalian tetap akan berteriak dengan lantangnya atas kesalahan seorang anak kecil gitu maksud kamu?"
" Kalian akan tetap memarahi seorang anak kecil?" Ucap Samuel semakin kesal dibuatnya.
Astaga... dia salah paham lagi, Tuhan tolong bantu aku, Niar terkutuklah kau!
" Bu.. bukan begitu pak!" Rinjani menjawab dengan ketakutan saat melihat sorot mata presdirnya, bahkan terlihat lebih menakutkan dari pada melihat hantu di Tong Setan pasar malam.
" Maksudnya sa... saya----"
" Sudahlah...!"
" Ambil amplop itu dan segera keluar dari ruangan saya." Ucap Samuel dengan sadis.
" Ta.. tapi ini, terlalu banyak pak."
" Baju saya tidak semahal itu." Ucap Rinjani dengan jujur, dari kecil dia diajarkan dengan orang tuanya untuk selalu jujur dan tidak memanfaatkan orang dalam hal apapun itu.
" Ambillah tanpa harus banyak bicara!" Ucap Samuel dengan tegasnya.
Tok.. tok...
Pintu ruangan itu kembali diketuk.
" Masuklah..." Ucap Samuel masih dalam mood angry birdnya.
" Permisi presdir."
" Saya sudah membawa mahasiswa magang yang bernama Niar." Ucap Nisa sambil membungkukkan badan, dengan Niar yang sudah ketar ketir disampingnya.
" Niar.." Bisik Rinjani perlahan yang hanya dijawab oleh lirikan dan pergerakan tangan seakan memotong lehernya sendiri.
" Haisssh..." Rinjani sudah tau apa yang akan terjadi.
" Kamu..." Samuel menunjuk Niar yang langsung berjalan kedepan ingin duduk disamping Rinjani.
" Nggak usah duduk..!" Teriak Samuel memekakkan telinga.
" Berdiri saja disitu!" Samuel langsung mengambilkan amplop dengan warna yang sama seperti yang dia berikan kepada Rinjani.
" Baik.. maaf pak." Ucap Niar yang sudah pucat pasi.
" Kamu saya pecat!"
" Kamu bisa magang ditempat lain saja!"
" Itupun kalau masih ada yang mau menampung orang seperti kamu!" Ucap Samuel dengan senyum kecutnya.
" Pak... tolong maafkan saya."
" Saya tidak akan seperti itu lagi."
" Maaf pak.. maafkan saya." Niar menunduk dengan wajah pucat pasi dan sudah dapat dipastikan dia pasti menitikkan air mata penyesalan kali ini.
" Tidak ada kata maaf untuk orang sepertimu!" Samuel sangat menyayangi Yoyo, dia tidak akan terima jika ada yang berani mengusik putra kesayangannya, hanya dia yang boleh memarahi putranya, orang lain tidak berhak pikirnya, apalagi Niar berani mencari masalah dengan dia dan dihadapannya langsung tadi.
" Pak..."
" Saya mohon... kami akan melakukan apa saja agar bapak sudi untuk memaafkan Niar teman saya pak." Rinjani selalu saja tidak tega jika melihat temannya sedih seperti itu, apalagi Niar, dia adalah teman terbaiknya selama ini, susah senang dalam mengerjakan tugas selalu berdua, jadi tidak mungkin dia tetap bertahan di perusahaan ini sedangkan Niar terpuruk di luaran sana, apalagi saat mendengar ucapan presdir tadi.
" Apa kamu juga ingin seperti dia!" Samuel tersenyum kecut melihat dua wanita itu.
" Bu.. bukan seperti itu maksud saya pak?" Rinjani bingung harus seperti apa berbicara dengan presdir maha benar itu.
" Kalau begitu kamu juga saya pecat!"
" Angkat kaki dari perusahaan saya..."
" SEKARANG JUGA..!" Ucap Samuel tanpa rasa belas kasihan sama sekali.
" Pak saya mohon.."
" Jangan seperti ini pak, kami masih mau magang disini pak."
" Bapak bisa menyuruh kami buat ngapain aja pak?"
" Bapak bisa menghukum kami dengan Ngepel, bersih-bersih mungkin, atau apa saja?"
" Kami akan melakukannya dengan senang hati."
" Asal jangan pecat kami pak."
" Kami sangat membutuhkan magang ditempat anda." Niar bahkan sampai duduk dilantai.
" Nilai kami taruhannya pak, tolong kami." Ucap Niar tanpa rasa malu sedikitpun, apapun akan dia lakukan sampai titik darah penghabisan pikirnya.
" KELUARRR..!" Teriak Samuel tanpa ampun.
" Baik pak, terima kasih." Ucap Rinjani langsung menarik tangan Niar untuk segera berdiri dan pergi dari sana.
" Tapi Rin... nilai kita taruhannya!"
" Dan beasiswa kita bisa terancam punah, hiks.. hiks.." Niar masih merengek sambil mengikuti langkah Rinjani.
" Sudahlah... kita bisa cari ditempat lain!"
" Kamu nggak perlu sampai ngemis-ngemis sama presdir songong kayak dia." Ucap Rinjani yang sudah berhasil menyeret Niar sampai keluar ruangan.
" Aaarrrggghhh..."
" Ini gara-gara tu bocah tengil."
" Pengen banget aku uyel-uyel."
" Aku remet-remet sampai remuk."
" Dan aku lempar buat makanan buaya di kebun binatang!" Ucap Niar kesal sambil memperagakan tangannya.
" Ciiiiihhh..." Rinjani langsung berdecih.
" Sebelum kamu menyentuhnya..."
" Kamu yang akan jadi makanan buaya!" Ucap Rinjani langsung menoyor kepala Niar yang sudah Oleng itu.
" Tamatlah hidup gw!"
" Siap-siap digorok gw sama nyokap bokap dah!"
" Nasib-nasib orang susah!" Gerutu Niar tanpa henti.
" Susah juga elo sendiri yang buat!"
" Main nyalahin nasib aja loe!"
" Intropeksi diri jadi orang!"
" Sudah... ayo kita beresin barang-barang kita."
" Gw tunggu dikantin bawah!" Ucap Rinjani yang sudah tau akan jadi begini, karena seniornya tadi sudah memberi ultimatum kepadanya.
" Tungguuu..." Teriak seorang perempuan dari belakang yang ternyata adalah sekertaris presdir.
" Mbak Nisa?"
" Ada apa mbak?" Tanya Rinjani menoleh kebelakang seketika.
" Begini.." Nisa mengatur nafasnya terlebih dahulu.
" Apa kalian masih tetap mau magang disini?" Tanya Nisa dan sontak membuat wajah kedua gadis itu langsung berbinar.
" Tentu mbak." Ucap Mereka berdua serentak.
" Kalau begitu silahkan ikuti saya." Nisa kembali mengajak mereka berdua kembali ke ruangan presdir.
" Alhamdulilah..." Ucap Niar bersyukur, kalau nggak banyak orang disitu ingin sekali rasanya dia sujud syukur tadi.
" Ada angin apa ya tuh presdir songong!"
" Tumben-tumbenan membaik dalam hitungan menit!" Bisik Rinjani ditelinga Niar.
" Ssssttt..." Niar meletakkan telunjuk dibibir Rinjani.
" Nggak usah bawel, yang penting kita bisa magang disini lagi." Bisik Niar kembali.
" Diiihh..."
" Ini juga gara-gara elo!"
" Tadi sebenarnya gw nggak dipecat!"
" Malah dikasih cek senilai sepuluh jeti tauk!"
" Niiihh..." Rinjani menunjukkan cek yang diberikan Samuel tadi.
" Waagilaaseh..."
" Kok bisa Rin?"
" Loe jampi-jampiin dia apa gimana?" Tanya Niar terkejut bukan kepalang.
" Diiih... sori mayori ya, gw nggak main dukun!"
" Katanya sih.. buat ganti rugi baju gw yang kotor!" Ucap Rinjani dengan santainya.
" Buset dah...!"
" Baju kotor aja diganti sepuluh jetong!"
" Tau gitu gw tumpahin juga baju gw tadi yak, haha..."
" Horang kaya mah... duit sepuluh jetong nggak ada harganya!" Ucap Niar terkagum-kagum.
" Yoi sob!"
" Kalau gw juga mesti gadein dulu STNK motor baru cair sepuluh juta!"
" Itu pun kalau dapet, soalnya motor gw udah butut, hahaha..." Masih sempat-sempatnya mereka bercanda sebelum masuk ke ruangan presdir kembali.
" Ssst... diem!"
" Udah sampai di kandang Singa." Bisik Rinjani yang diangguki Niar sambil menahan tawanya.
" Permisi presdir."
" Mereka sudah datang." Ucap Nisa melaporkan.
" Hmmm..."
" Okey.. langsung saja!"
" Kalau kalian masih mau magang disini, tanda tangani surat pernyataan ini." Ucap Samuel memberikan dua lembar surat pernyataan untuk mereka berdua.
Flasback
Saat Samuel mengusir kedua wanita magang itu, Nisa langsung berjalan mendekat kearah presdirnya.
" Presdir.."
" Emm... apa keputusan ini tidak terlalu terburu-buru?" Ucap Nisa.
" Maksud kamu apa?" Ucap Samuel langsung menatap tajam Nisa dengan tatapan mematikan."
" Begini presdir."
" Saya sudah menghubungi dua puluh agen babysitter."
" Namun mereka menolak kita semua."
" Walaupun saya menawarkan gaji tinggi dan asuransi."
" Mereka tetap menolak dengan berbagai alasan." Ucap Nisa yang sudah pusing sedari tadi bolak balik menghubungi Agen.
" Trus?" Ucap Samuel penasaran, tidak biasanya Nisa mengeluh seperti ini pikirnya.
" Emmm..."
" Bagaimana kalau kita menghukum dua gadis magang itu menjadi babysitter Tuan Muda sementara saja."
" Sebelum kita mendapatkan babysitter yang sesungguhnya."
" Soalnya proyek kita sedang banyak masalah presdir."
" Ada banyak tempat proyek yang harus anda kunjungi saat ini."
" Jika Tuan Muda masih belom mendapatkan babysister, Anda pasti akan kuwalahan menghadapinya." Ucap Nisa yang langsung diangguki oleh Samuel.
" Baiklah.."
" Suruh mereka datang kembali keruanganku!" Ucap Samuel memutuskan, ada benarnya juga ide sekertarisnya, dia tidak mungkin membawa Yoyo meninjau lokasi proyek pikirnya, apalagi kondisinya banyak Agen babysister yang menolaknya.
" Baik Presdir." Ucap Nisa tersenyum lega, pasalnya kalau tidak ada yang menjadi babysister dia sendiri yang akan kuwalahan menghadapi tingkah Yoyo.
Flashback Off.
Saat Rinjani dan Niar membaca surat pernyataan itu, mereka berdua serentak terbengong dibuatnya.
...Surat Pernyataan...
Saya bersedia menjadi babysitter Kenzo Rajendra Bramantyo untuk sementara.
Kalau sampai terjadi apa-apa dengan Kenzo Rajendra Bramantyo, NYAWA saya taruhannya.
^^^Tanda tangan.^^^
^^^Pihak terkait^^^
" Astaga... Nyawa taruhannya cuy?" Bisik Niar ditelinga Rinjani.
" Emak gw berjuang ngasih makan gw sampai sekarang, dan hanya karena magang nyawa dipertaruhkan?" Dia seakan tidak percaya ini terjadi.
" Bisa ngamuk nyokap gw kalau lihat ini sob!" Rinjani jadi bimbang dan ragu, maju mundur ajur judulnya.
" Bagaimana?"
" Apa kalian setuju?" Ucap Samuel dengan senyum liciknya.
" Kalau tidak setuju tidak masalah."
" Kesempatan kalian tidak datang dua kali." Ucap Samuel dengan angkuhnya.
" Saya setuju!" Ucap Niar tidak mau menyesal lagi.
" Ssssttt... nyawa cuy, ini nyawa taruhannya lho!"
" Apa kamu lupa, bandelnya anak itu seperti apa?" Bisik Rinjani sambil menginjak kaki Niar.
" Sudahlah!"
" Gampang itu, bisa dikondisikan!"
" Kita kan berdua jagainnya!"
" Masak iya kita berdua kalah sama bocil?" Ucap Niar meyakinkan.
" Setuju sajalah!" Niar bahkan terlihat memaksa Rinjani.
" Tapi----"
" Ini demi skripsi dan wisuda kita nanti."
" Kita udah semester terakhir sob!"
" Bertahun-tahun kita berjuang, masak iya hancur cuma gara-gara magang!" Ucap Niar meyakinkan sahabatnya.
" Hufftt..." Rinjani menghela nafasnya perlahan.
" Baiklah.. saya juga setuju pak." Ucap Rinjani walau berat hati menyetujuinya.
" Good!" Ucap Samuel dengan cepat.
Selamat bersenang-senang dengan putra kesayangan aku, jangan mengeluh kalau nanti kalian jadi korban selanjutnya..
Samuel tersenyum dengan lega, entah apapun yang terjadi nanti, setidaknya masalahnya teratasi satu persatu, nanti akan dia siapkan kotak P3K yang banyak dan mobil ambulance kalau perlu.
Sabar adalah cara pertama yang bisa kamu lakukan dalam menghadapi masalah, masih ada jalan keluar yang bisa kamu cari dan lalui untuk menghadapi semua rintangan hidup.
..."Ketahuilah bahwa sabar adalah ibarat kepala dari suatu tubuh. Jika kepala hilang maka keseluruhan tubuh itu akan membusuk. Jika kesabaran hilang, maka seluruh permasalahan akan rusak."...
Nanti kita lihat seberapa jahilnya Yoyo bocil kesayangan Othor ya?
Jangan lupa tekan tombol 💙 favoritnya lho ya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Lia Yulia
ampun dah sama si Yoyo...ngidam apa sih waktu hamilnya dulu😅
2023-01-31
1
Femmy Manuhutu Maun
baby sitter kali Thor bukan baby sister..
frustrasi bukan prustasi...sorry jika salah
2022-01-30
0
bagus ceritanya👍👍👍👍
2022-01-29
0