...Happy Reading...
Dunia ini penuh dengan orang-orang baik. Jika kamu tidak dapat menemukannya, jadilah salah satunya. Mimpi kita tidak akan berguna kecuali kita sendiri yang mewujudkannya.
Hidup itu membutuhkan perjuangan, karena nggak ada satu hal pun yg bisa sukses tanpa sebuah perjuangan, karena Kesuksesan bukanlah sebuah kebetulan, ia adalah kerja keras, ketekunan, belajar, berkorban, dan yang paling penting, mencintai apa yang kamu lakukan.
Suasana di sebuah kantor yang tenang dan damai tiba-tiba menjadi kacau saat seorang Tuan Muda datang ke kantor, dia duduk membelakangi meja yang sudah berantakan, file-file penting sudah berserakan, kertas-kertas berterbangan kemana-mana, bahkan komputer diatas meja pun sudah terbalik.
" Tuan Muda.."
" Presdir sedang ada rapat penting yang tidak bisa ditinggalkan?"
" Tolong tunggu sebentar ya?" Ucap sang Sekertaris presdir yang sudah kuwalahan menghadapinya.
Braaaakkk...
Sebuah Laptop gigitan apel pun melayang dan jatuh tepat dibawah kaki Nisa, dia adalah sang sekertaris yang sudah bertahun-tahun bekerja diperusahaan raksasa itu.
" Tuan Muda.. mohon bersabar?"
" Sebentar lagi presdir akan datang!" Ucap Nisa sambil mengambil Laptop yang sudah terlihat pecah LCDnya.
Braaaaakkk...
Sepatu branded yang terbuat dari kulit buaya itu pun ikut melayang bahkan sampai dibelakang tubuh Nisa.
" Astaga Tuan Muda.." Nisa memungut sepatu yang terlempar tadi.
Wiiiiiinnnggggg...
Sebuah tas slempang kecil yang berharga jutaan rupiah itu terlempar begitu saja didepan tubuh Nisa yang sedang membungkuk merapikan file yang berserakan dilantai.
" Tuan Muda.." Nisa sudah memasang wajah melasnya.
" Tolong jangan begini." Rasa-rasanya dia sudah ingin menangis dan pulang kampung setiap kali Tuan Mudanya datang dan mengamuk seperti ini, namun apalah daya dia masih membutuhkan pekerjaan ini.
" Tuan muda.."
" Tolong berhenti.." Nisa bahkan sampai terduduk dilantai, kepalanya mendadak pusing dan bingung harus bagaimana menghadapinya, baru lima belas menit dia datang kemari, ruangan presdirnya sudah seperti kapal pecah.
" KENZOOOO...!" Teriak seorang pria dari arah pintu, orang yang sudah membuat sang Tuan Muda menunggu akhirnya telah datang menemuinya.
Dan saat kursi Singgasana Presdir itu berbalik, terpampanglah sang Tuan Muda yang ternyata masih kelas satu Sekolah Dasar, dengan tangan yang dilipat ke dada, kaca mata hitam yang bertengger dihidung mungilnya dan bibir manyun yang dihimpit kedua pipi yang mirip seperti Bakpow bulat.
" DADDY...!" Akhirnya teriakan seorang anak kecil itu menggema didalam ruangan, dialah Tuan Muda yang sedari tadi membuat kekacauan di ruangan kerja.
" Alhamdulilah..." Nisa bisa bernafas lega saat melihat presdirnya masuk kedalam ruangan.
" KENAPA DADDY LAMA SEKALI!" Teriaknya kembali, saat melihat Ayahnya muncul dia langsung naik ke atas meja dengan sepatu hanya tinggal sebelah di kakinya dan berkacak pinggang seolah-olah seperti Big Boss yang sedang memarahi bawahannya karena sedang melakukan kesalahan.
" Aku sudah bosan dari tadi disini." Namanya adalah Kenzo Rajendra Bramantyo tapi dia sering dipanggil Yoyo.
" Nisa.."
" Rapikan ruangan segera, aku akan membawa Yoyo keluar!" Ucap Presiden Direktur yang bernama Samuel Mahavir Bramantyo, dialah sang pemilik perusahaan raksasa ini dan juga ayah dari anak bandel sekaligus bibit unggul itu, dari kecil saja dia sudah terlihat tampan, apalagi saat dewasa nanti.
" Daddy..."
" Aku sudah lapar!" Ucap Yoyo sambil mengerucutkan bibirnya, membuat siapapun yang melihatnya menjadi gemas, apalagi saat melihat pipinya yang gembul, matanya yang bulat dan rambutnya yang sedikit keriting memanjang, benar-benar calon pria tampan idola dimasa depan.
" Baiklah..."
" Kita akan makan."
" Tapi kamu jangan membuat kekacauan seperti ini lagi, mengerti?" Ucap Samuel dengan lembut yang hanya dibalas anggukan kepala oleh Yoyo.
" Daddy nggak suka kalau kamu bandel gini." Anak kecil tidak akan mempan jika dinasehati dengan cara dibentak, itu hanya akan membuat seorang anak semakin keras sifat dan perilakunya.
" Trus si Mbak kemana?" Tanya Samuel saat melihat disana tidak ada baby sister yang menjaganya.
" Entahlah..." Ucap Yoyo menaikkan bahunya, ucapannya bahkan sudah seperti anak dewasa sebelum waktunya.
" Tadi yang nganterin kamu kesini siapa?" Tanya Samuel mengerutkan keningnya.
" Pak sopir!" Ucap Yoyo dengan santainya.
" Ckkkk..." Samuel berdecak kesal.
" Terakhir lihat si Mbak dimana?" Tanya Samuel pusing menghadapi babby sisternya, namun apa daya, dia yang paling bisa bertahan selama satu bulan menjaga Yoyo, yang lain satu minggu sudah mengundurkan diri, tidak sanggup merawat Yoyo yang nakalnya memang diatas rata-rata, sebenarnya Yoyo adalah anak yang jenius, kecerdasanannya melebihi anak seumurannya, tapi memang bandelnya nggak ketulungan, bahkan si Mbak itu sudah babby sister ke dua puluh lima sampai saat ini.
" Nangis di pojokan kamarnya!" Ucap Yoyo sambil tersenyum dengan imutnya, tanpa merasa bersalah sama sekali.
" Astaga Yoyo..!" Samuel memejamkan kedua matanya, sudah masalah perusahaan sedang banyak ditambah Yoyo bikin ulah, rasa-rasanya kepalanya hampir pecah saat ini.
" Kamu apakan dia?"
" Sampai nangis gitu Yo?" Tanya Samuel sambil mengacak rambutnya.
" Nggak aku apa-apain kok?"
" Cuma aku tuang minyak goreng satu botol aja ke rambutnya!"
" Habisnya dia tertidur saat menjagaku!"
" Yoyo kan mau main, eeh.. dia malah tidur!" Yoyo langsung melipat kedua tangannya dengan kesal, membayangkan kejadian tadi siang sebelum berangkat kesini.
" Aaarggghh..." Samuel mere mas rambutnya sendiri.
" Pasti dia akan mengundurkan diri lagi." Umpatnya, belom ada satu menit, langsung ada notifikasi di ponselnya.
1 messagge received...
Babysitter Yoyo :
Maaf pak, saya mengundurkan diri, saya mau pulang kampung, ibu saya membutuhkan saya dan menyuruh saya pulang, terima kasih atas segalanya, saya pamit.
" Haaaah!" Samuel menghela nafas dengan kasar.
" Ckkk... alasan klasik!" Dia berdecak kesal.
" Bilang saja kamu sudah tidak tahan menghadapi putraku!" Umpat Samuel sudah hafal dengan alasan mereka, yang orang tuanya minta pulanglah, yang nggak betah di kota, yang nenek sakit, yang kakek sakitlah, padahal entah kakek dan neneknya masih ada atau tidak, yang pasti itu hanya alasan mereka agar bisa mengundurkan diri dari pekerjaannya.
" Nisaaa..!"
" Hubungi Agen.. minta carikan babysitter yang profesional."
" Yang termahal pun tidak masalah!"
" Yang penting jangan lemah dan gampang baperan!" Teriak Samuel sambil berlalu membawa Yoyo ke kantin.
" Baik pak, saya akan menghubungi Agen segera!" Jawab Nisa ikut pusing, masalahnya dia yang sering kena amukan oleh Petugas Agen, karena tidak ada yang betah kerja ditempat bosnya itu.
" Yoyo... kamu tunggu diujung sana ya?" Samuel menunjuk kursi kosong dipojokan kantin.
" Daddy ambilkan makanan untukmu okey?" Ucap Samuel mengacak rambut putranya yang sedikit pirang itu.
" Okey Daddy!" Yoyo menggangukkan kepalanya, hingga poni rambutnya mengayun dengan imutnya.
" Jangan nakal, jangan bikin ulah!"
" Duduk baik-baik."
" Jangan kemana-mana!" Ucap Samuel memberikan ultimatum kepada Yoyo.
Saat Samuel sedang mengambil makanan di salah satu food court, Yoyo dengan santainya bersandar disamping meja dan menyilangkan kakinya dan saat ada dua wanita yang sedang membawa makanan dan minuman lewat didepannya dia sengaja meletakkan kakinya agak kedepan.
Krompyaaaaangggggg...
" Arghh..." Wanita itu jatuh terpeleset bahkan baju putihnya terkena tumpahan kuah kari dari menu makanan yang dia ambil tadi.
" Allohuakbarrr..."
" Astaga.. bajuku jadi kuning semua." Dialah Rinjani Maheswari, karyawan magang tercantik yang baru satu minggu kerja disana, dia adalah mahasiswa jurusan Bisnis Management yang sudah semester akhir disalah satu kampus terkenal dikota itu.
" Hihihi..." Yoyo terkikik sendiri sambil berlari dan duduk di mejanya tanpa rasa berdosa sama sekali.
" Astaga tu bocah!" Umpat Niar teman magangnya dari kampus yang sama seperti Rinjani.
" Bandelnya minta ampun!" Niar langsung membantu Rinjani berdiri.
" Kemana sih orang tuanya, masak anak kecil dibiarin keliaran disini." Umpat Niar ingin berjalan mendekatinya namun dicegah oleh Rinjani.
" Sudahlah Niar.."
" Biarkan saja, dia masih anak-anak." Rinjani menarik lengan Niar yang sudah terlihat kesal.
" Bagaimana orang tuanya mendidik tu bocah!"
" Sampai jadi bandel begitu!" Bahkan suara Niar terdengar sampai ujung, sehingga membuat Samuel menoleh kearah mereka.
" Sudahlah... ayok temani aku ke kamar mandi saja!"
" Bantuin bersihin baju aku ya?" Ucap Rinjani mengibaskan bekas tumpahan dibaju dan sepatunya.
" Tunggu..."
" Aku pengen lihat, yang mana sih orang tuanya!"
" Masak nggak bisa mendidik putranya dengan benar!" Umpat Niar dengan suara lantang.
" Saya orang tuanya." Ucap Samuel mendekat kearahnya.
" Beuuuuhhh tampannya..." Umpat Niar terpesona.
" Eheeeerrrmm..." Niar kembali menetralkan sikapnya, dia kan ingin memberi peringatan pikirnya.
" Jadi bapak orang tua anak nakal itu!" Mata Niar langsung berapi-api.
" Niar... sudahlah!"
" Aku nggak papa!"
" Jangan teriak-teriak, dilihatin orang malu itu!" Ucap Rinjani menoleh disekelilingnya, ternyata benar mereka menjadi pusat perhatian disana.
" Biar saja.."
" Biar dia tahu kelakuan anaknya!" Niar dan Rinjani memang tidak tahu kalau Samuel adalah presdir diperusahaanya, selain masih baru, karyawan magang tidak pernah ada urusan dengan presdir, jadi mereka memang belom sempat melihat wajahnya, hanya nama presdirnya saja yang dia tahu.
" Apa yang dilakukan anak saya, sehingga anda bisa semarah itu?" Tanya Samuel tersenyum kecut, ternyata ada karyawan dikantornya yang tidak mengenalinya pikirnya.
" Lihatlah baju temen saya ini?"
" Kotor semua gara-gara anak bapak?"
" Dia sengaja menjegal kaki temen saya, sampai makanannya semua tumpah ke bajunya!" Niar menjelaskan tanpa rasa takut sama sekali.
" Stttttt... Mbak.. mbak.. dia presdir di perusahaan ini lho!" Bisik seorang wanita yang sedang melintas ditelinga Rinjani.
" HAH?" Rinjani langsung melongo dan terkejut, buru-buru dia membungkukkan badan didepan Niar.
" Hehe... maaf pak, maafkan teman saya!"
" Saya nggak papa kok, ini salah saya yang berjalan nggak lihat lantai, hehe.." Rinjani langsung menarik Niar untuk pergi dari sana.
" Kamu yang salah bagaimana?"
" Jelas-jelas anak itu sengaja menjegal kaki kamu kok!"
" Kamu ini gimana sih!" Ucap Niar tidak habis pikir sambil mengikuti langkah Rinjani.
" DIEM... !"
" Nerocos mulu deh mulut luu!"
" Ayok... buruan pergi dari sini!" Rinjani langsung menarik paksa Niar ke dalam kamar mandi.
Niar masih saja mengumpat ngalor ngidul saat menuju kamar mandi, Rinjani memang sangat menyukai anak kecil, jadi mungkin dia tidak tega melihatnya, coba kalau yang jahil adalah pria dewasa, pasti sudah habis-habisan dia balas, bahkan mungkin pembalasannya bahkan lebih kejam.
" Gilak loe ya.."
" Loe tau nggak siapa yang elo marahin tadi?" Umpat Rinjani sambil membersihkan bajunya.
" Bapaknya bocah nakal tadi lah!" Ucap Niar sambil membantu mengambilkan tissu untuk Rinjani, mereka bersahabat sudah sejak lama, mereka berkenalan saat ospek kampus dan berlanjut sampai sekarang.
" Asal loe tahu aja!"
" Bapak bocah yang kamu marahin tadi itu adalah pemilik gedung ini oneng!" Ucap Rinjadi sambil menoyor kepala Niar perlahan.
" Pemilik gedung ini?"
" Maksud loe presdir perusahaan ini?" Niar bahkan sampai melongo saat mendengarnya.
" Kita tinggal menunggu nasip aja nih!"
" Dipecat dengan hormat atau ditendang sampai ke kampus!" Umpat Rinjani kesal saat membayangkan saat itu terjadi.
" CIUS loe.." Niar langsung memelototkan matanya ke arah Rinjani.
" Loe pasti bohong kan?" Wajah Niar langsung berubah pucat.
" Loe cuma ngeprank doang kan Rin!"
" Ya kan cuy! loe bercanda aja kan?" Niar mengoyang-goyangkan tubuh Rinjani.
" Sayangnya ini kenyataan Niar!"
" Makannya jangan emosi sama anak kecil!"
" Kayak gini nih karmanya!" Rinjani menjewer telinga Niar sambil mengeratkan giginya.
" Mampuss deh gue!"
" Aaaarrggghh... kalau nilai kita buruk..hilang deh bea siswa kita!"
" Alamaaaaakk... kenapa ini harus terjadi!" Niar mengacak rambutnya prustasi, mereka berdua memang mahasiswa yang memiliki otak encer, mereka bahkan mendapat beasiswa sampai wisuda nanti, itulah kenapa mereka bisa magang diperusahaan raksasa itu.
Mereka berdua memang dari keluarga yang sederhana dan tidak bergelimang dengan harta, walau sering berantem mereka berdua tetap berkawan solid dan bersahabat rasa saudara.
" Naaah... giliran sekarang mewek-mewek loe!"
" Berdoa sana, biar kita nggak dipecat!"
" Makanya tuh mulut dikasih rem dong!"
" Main gas aja kayak kompor mleduk lu!" Umpat Rinjani sambil mencubit lengan Niar.
" Arghhhh... sakit Boneng!"
" Mana gue tahu kalau bapaknya presdiir kita!"
" Kenapa loe nggak bilang dari awal coba!" Niar malah kembali menyalahkan Rinjani.
" Gw juga baru tahu saat dibisikan mbak-mbak senior kita yang kebetulan lewat tadi!"
" Mana gw tahu, gw juga baru lihat dia kok!" Rinjani melakukan pembelaan.
" Jani... gimana kalau beasiswa kita dicabut dong?"
" Bisa digorok gw sama nyokap gw, hiks.. hiks..." Niar baru menyesali perbuatannya sekarang.
" Yaudah sih.."
" Mau gimana lagi?"
" Udah kejadian ini?"
" Kalau kita dipecat trus beasiswa kita dicabut, yaa.. kita cari kerjaan sampingan ajalah!" Ucap Rinjani yang sudah memikirkan solusinya.
" Tapi kita udah semester akhir Jani?"
" Tugas lagi banyak-banyaknya?"
" Kalau kita sambil kerja bisa terbengkalai semua?"
" Bisa anjlok nilai kita cuy!"
" Arrrggghhhh....sial..!" Umpat Niar udah membayangkan yang tidak-tidak.
" Makanya.."
" Kurang-kurangin makan sate kambing!"
" Bikin tensi darahmu naik aja! jadi marah-marah nggak jelas" Sate kambing adalah makanan favorit Niar dari dulu sampai sekarang.
" Kamu ini, kambing kok disalah-salahin!"
" Kasihan tahu, kambing juga makhluk Tuhan."
" Emang dasar anak itu yang bandel kok!"
" Kasihan atuh si kambing!" Umpat Niar tidak terima, saat kecil bahkan kerjaannya menggembala kambing punya Uwak dikampung.
" Yawda kita balik keruangan yuk!"
" Jam istirahatnya sudah mau habis ni."
" Bajuku juga udah mulai kering." Rinjani mengeringkan bajunya menggunakan pengering tangan yang ada di toilet.
Saat sampai diruangannya, Rinjani menggeser kursinya disamping kursi Seniornya, dia ingin mencoba mengorek info tentang presdirnya.
" Mbak... Presdir kita itu duda ya?" Tanya Rinjani sambil berbisik.
" Maksud kamu Pak Samuel?" Tanya senior Rinjani.
" Iya mbak, tadi aku lihat anaknya sendirian di kantin!"
" Astaga mbak... bandelnya minta ampun!" Bisik Rinjani disamping telinga seniornya.
" Emmm... kalau soal duda atau enggaknya sih?"
" Aku kurang tahu deh... dan mungkin pada nggak tahu, soalnya tidak ada orang yang berani mengkorek info tentang asal usul dan latar belakangnya."
" Yang kami tahu dia sudah memiliki anak itu saja." Jelas Senior itu memberiakan info yang dia tahu.
" Jangan sampai kamu membuat masalah dengan beliau!"
" Jangan pernah mengusik apapun tentangnya!"
" Kalau kamu mau magang dengan Damai di kantor kita!"
" Atau-----" Belom sempat sang senior itu melanjutkan omongannya, nama Rinjani sudah disebut oleh kepala divisi di bagiannya.
" Karyawan magang yang bernama Rinjani?"
" Kamu dipanggil untuk pergi keruangan presdir." Ucap Kepala Divisi dengan wajah penasaran baru kali ini karyawan magang disuruh masuk ruangan presdir pikirnya.
" Alaamaaaakk..."
" Mampus gw... tamatlah riwayat hidup gw!" Rinjani memejamkan matanya, sepertinya hari ini adalah hari terakhir dia magang diperusahaan raksasa idaman semua pekerja itu.
Dalam menikmati lika-liku kehidupan ini dibutuhkan rasa sabar, keikhlasan dan semangat yang kuat. Semangat dibutuhkan agar kamu tak berhenti dan bisa menghadapi tantangan hidup.
... "Hidup itu membutuhkan perjuangan, karena nggak ada satu hal pun yg bisa sukses tanpa sebuah perjuangan."...
Hai readers ku terzeyeng...
Selamat datang dikarya Author terbaru ya...
Semoga kalian suka dan jangan lupa dukungan buat Othor kalian yang ngarep ini, hehe...
Jangan lupa VOTE, LIKE dan HADIAHnya yaa kakak🥰
...Happy Reading...
Tindakan menyalahkan hanya akan membuang waktu kita, sebesar apapun kesalahan yang kita timpakan ke orang lain, dan sebesar apapun kita menyalahkannya, itu tidak akan mengubah dengan apa yang terjadi saat ini.
Begitu juga dengan Rinjani, dengan langkah berat dia berjalan menuju ruangan Presdir, baru saja dia mulai beradaptasi dengan teman sekantor, merasakan suasana yang adem, ayem namun dalam sekejab saja semua langsung berubah menjadi seram, sekelebatan kejadian buruk sudah terlintas dipikiran Rinjani saat ini.
Tok.. tok.. tok..
Rinjani mengetuk pintu ruangan Presdir dengan perlahan, semangatnya sudah meluntur, dia sudah pasrah kali ini, apalah dayanya yang hanya pekerja magang yang tidak begitu penting dalam kemajuan kantor, bahkan dipecat juga tidak akan rugi sedikitpun pikirnya, dia hanyalah remukan kerupuk disisi toples bagi presdir kaya raya itu.
" Masuk." Terdengar suara bariton yang membuat jantungnya semakin berdegub kencang.
" Permisi pak.."
" Saya Rinjani, anak magang baru." Ucap Rinjani sambil menunduk, dia tidak punya keberanian menatap presdirnya walau tampan dan mempesona sekalipun.
" Yaa.. saya masih ingat!"
" Kemarilah..!" Ucap Samuel menjentikkan jarinya.
" Baik pak." Rinjani berjalan mendekat dan masih berdiri didepan meja Samuel.
" Duduklah.."
" Apa gunanya saya sediakan kursi disitu!" Ucap Samuel dengan ketus.
" Apa kamu mau terus jadi patung disana!" Ucap Samuel sambil menggulung kemejanya, seharian ini dia merasa sesak dengan semua masalah yang tiba-tiba muncul begitu saja.
" Ma.. maaf pak." Rinjani langsung duduk perlahan didepan Samuel.
" Ambillah..!" Samuel menyodorkan sebuah amplop kepadanya.
Mampus gw, bener dugaan gw, pasti gue disuruh ngundurin diri ini, atau mungkin itu langsung surat pemecatan lagi, aarggghh... Niar, kamu benar-benar gadis ceroboh!
Rinjani hanya memandang amplop itu tanpa mengambilnya, dalam hati dia mengumpat habis apa yang dilakukan Niar, sehingga dia terkena imbasnya juga.
" Ambil..!"
" Kenapa cuma dipelototin aja!"
" Apa kamu pikir itu pajangan atau lukisan?" Ucap Samuel yang semakin membuat jantung Rinjani melompat-lompat.
" Ma.. maaf, i.. ini surat apa ya pak?" Tanya Rinjani memberanikan diri untuk bertanya.
" Kamu bisa baca kan?"
" Walaupun kamu masih magang, aku yakin kamu juga orang terpilih."
" Tidak mungkin perusahaan saya menerima karyawan sembarang orang, walau itu magang sekalipun!"
" So... takkan mungkin hal sepele seperti itu saja kamu tidak bisa membacanya!" Samuel menatap Rinjani dengan tatapan tidak suka, dalam perjalanan kariernya dia hanya menerima kata-kata ' baik pak' dan ' iya pak' saja dari Nisa, dia tidak pernah membantah sedikitpun.
" Buka cepat! jangan buang waktuku hanya untuk meladeni karyawan magang sepertimu!" Ucap Samuel kesal sendiri.
Tamatlah riwayat hidupmu Rinjani...
Rinjani menghela nafasnya perlahan, mencoba menguatkan diri, apa yang terjadi terjadilah, pikirnya.
" Baik pak.." Dengan cepat Rinjani mengambil amplop itu dan segera membukanya dan ternyata apa yang dia pikirkan tidak seburuk yang dia alami, malahan ini seperti rejeki nomplok yang tidak terduga.
" HAAH?" Mata rinjani terbelalak seakan ingin keluar dari cangkangnya saja.
" Se... sepuluh juta?" Apa ini gajinya selama seminggu pikirnya, masak iya magang digaji sebesar itu pikirnya.
" I.. ini uang untuk apa pak?" Rinjani memberanikan diri untuk bertanya.
" Untuk mengganti bajumu yang kotor!"
" Apa masih kurang?" Ucap Samuel dengan tegas.
" Ba.. baju apa?" Pikiran Rinjani buyar seketika.
" Baju kamu itulah!" Masih terlihat ada bekas warna kuning di kemeja putih Rinjani, memang sangat sulit menghilangkan noda kari dibaju berwarna putih.
" Owh ini, hehe..." Rinjani baru menyadari dari arah mata presdirnya yang melirik bajunya yang ternoda.
" Nggak papa pak.."
" Saya maklum... namanya juga anak-anak."
" Saya tidak mempermasalahkan itu."
" Dan atas nama teman saya, saya minta maaf jika dia berani berkata lancang kepada bapak."
" Kami benar-benar belom tahu siapa bapak." Ucap Rinjani menundukkan kepalanya.
" Jadi kalau aku bukan presdir diperusahaan ini, kalian tidak akan minta maaf gitu?"
" Dan kalian tetap akan berteriak dengan lantangnya atas kesalahan seorang anak kecil gitu maksud kamu?"
" Kalian akan tetap memarahi seorang anak kecil?" Ucap Samuel semakin kesal dibuatnya.
Astaga... dia salah paham lagi, Tuhan tolong bantu aku, Niar terkutuklah kau!
" Bu.. bukan begitu pak!" Rinjani menjawab dengan ketakutan saat melihat sorot mata presdirnya, bahkan terlihat lebih menakutkan dari pada melihat hantu di Tong Setan pasar malam.
" Maksudnya sa... saya----"
" Sudahlah...!"
" Ambil amplop itu dan segera keluar dari ruangan saya." Ucap Samuel dengan sadis.
" Ta.. tapi ini, terlalu banyak pak."
" Baju saya tidak semahal itu." Ucap Rinjani dengan jujur, dari kecil dia diajarkan dengan orang tuanya untuk selalu jujur dan tidak memanfaatkan orang dalam hal apapun itu.
" Ambillah tanpa harus banyak bicara!" Ucap Samuel dengan tegasnya.
Tok.. tok...
Pintu ruangan itu kembali diketuk.
" Masuklah..." Ucap Samuel masih dalam mood angry birdnya.
" Permisi presdir."
" Saya sudah membawa mahasiswa magang yang bernama Niar." Ucap Nisa sambil membungkukkan badan, dengan Niar yang sudah ketar ketir disampingnya.
" Niar.." Bisik Rinjani perlahan yang hanya dijawab oleh lirikan dan pergerakan tangan seakan memotong lehernya sendiri.
" Haisssh..." Rinjani sudah tau apa yang akan terjadi.
" Kamu..." Samuel menunjuk Niar yang langsung berjalan kedepan ingin duduk disamping Rinjani.
" Nggak usah duduk..!" Teriak Samuel memekakkan telinga.
" Berdiri saja disitu!" Samuel langsung mengambilkan amplop dengan warna yang sama seperti yang dia berikan kepada Rinjani.
" Baik.. maaf pak." Ucap Niar yang sudah pucat pasi.
" Kamu saya pecat!"
" Kamu bisa magang ditempat lain saja!"
" Itupun kalau masih ada yang mau menampung orang seperti kamu!" Ucap Samuel dengan senyum kecutnya.
" Pak... tolong maafkan saya."
" Saya tidak akan seperti itu lagi."
" Maaf pak.. maafkan saya." Niar menunduk dengan wajah pucat pasi dan sudah dapat dipastikan dia pasti menitikkan air mata penyesalan kali ini.
" Tidak ada kata maaf untuk orang sepertimu!" Samuel sangat menyayangi Yoyo, dia tidak akan terima jika ada yang berani mengusik putra kesayangannya, hanya dia yang boleh memarahi putranya, orang lain tidak berhak pikirnya, apalagi Niar berani mencari masalah dengan dia dan dihadapannya langsung tadi.
" Pak..."
" Saya mohon... kami akan melakukan apa saja agar bapak sudi untuk memaafkan Niar teman saya pak." Rinjani selalu saja tidak tega jika melihat temannya sedih seperti itu, apalagi Niar, dia adalah teman terbaiknya selama ini, susah senang dalam mengerjakan tugas selalu berdua, jadi tidak mungkin dia tetap bertahan di perusahaan ini sedangkan Niar terpuruk di luaran sana, apalagi saat mendengar ucapan presdir tadi.
" Apa kamu juga ingin seperti dia!" Samuel tersenyum kecut melihat dua wanita itu.
" Bu.. bukan seperti itu maksud saya pak?" Rinjani bingung harus seperti apa berbicara dengan presdir maha benar itu.
" Kalau begitu kamu juga saya pecat!"
" Angkat kaki dari perusahaan saya..."
" SEKARANG JUGA..!" Ucap Samuel tanpa rasa belas kasihan sama sekali.
" Pak saya mohon.."
" Jangan seperti ini pak, kami masih mau magang disini pak."
" Bapak bisa menyuruh kami buat ngapain aja pak?"
" Bapak bisa menghukum kami dengan Ngepel, bersih-bersih mungkin, atau apa saja?"
" Kami akan melakukannya dengan senang hati."
" Asal jangan pecat kami pak."
" Kami sangat membutuhkan magang ditempat anda." Niar bahkan sampai duduk dilantai.
" Nilai kami taruhannya pak, tolong kami." Ucap Niar tanpa rasa malu sedikitpun, apapun akan dia lakukan sampai titik darah penghabisan pikirnya.
" KELUARRR..!" Teriak Samuel tanpa ampun.
" Baik pak, terima kasih." Ucap Rinjani langsung menarik tangan Niar untuk segera berdiri dan pergi dari sana.
" Tapi Rin... nilai kita taruhannya!"
" Dan beasiswa kita bisa terancam punah, hiks.. hiks.." Niar masih merengek sambil mengikuti langkah Rinjani.
" Sudahlah... kita bisa cari ditempat lain!"
" Kamu nggak perlu sampai ngemis-ngemis sama presdir songong kayak dia." Ucap Rinjani yang sudah berhasil menyeret Niar sampai keluar ruangan.
" Aaarrrggghhh..."
" Ini gara-gara tu bocah tengil."
" Pengen banget aku uyel-uyel."
" Aku remet-remet sampai remuk."
" Dan aku lempar buat makanan buaya di kebun binatang!" Ucap Niar kesal sambil memperagakan tangannya.
" Ciiiiihhh..." Rinjani langsung berdecih.
" Sebelum kamu menyentuhnya..."
" Kamu yang akan jadi makanan buaya!" Ucap Rinjani langsung menoyor kepala Niar yang sudah Oleng itu.
" Tamatlah hidup gw!"
" Siap-siap digorok gw sama nyokap bokap dah!"
" Nasib-nasib orang susah!" Gerutu Niar tanpa henti.
" Susah juga elo sendiri yang buat!"
" Main nyalahin nasib aja loe!"
" Intropeksi diri jadi orang!"
" Sudah... ayo kita beresin barang-barang kita."
" Gw tunggu dikantin bawah!" Ucap Rinjani yang sudah tau akan jadi begini, karena seniornya tadi sudah memberi ultimatum kepadanya.
" Tungguuu..." Teriak seorang perempuan dari belakang yang ternyata adalah sekertaris presdir.
" Mbak Nisa?"
" Ada apa mbak?" Tanya Rinjani menoleh kebelakang seketika.
" Begini.." Nisa mengatur nafasnya terlebih dahulu.
" Apa kalian masih tetap mau magang disini?" Tanya Nisa dan sontak membuat wajah kedua gadis itu langsung berbinar.
" Tentu mbak." Ucap Mereka berdua serentak.
" Kalau begitu silahkan ikuti saya." Nisa kembali mengajak mereka berdua kembali ke ruangan presdir.
" Alhamdulilah..." Ucap Niar bersyukur, kalau nggak banyak orang disitu ingin sekali rasanya dia sujud syukur tadi.
" Ada angin apa ya tuh presdir songong!"
" Tumben-tumbenan membaik dalam hitungan menit!" Bisik Rinjani ditelinga Niar.
" Ssssttt..." Niar meletakkan telunjuk dibibir Rinjani.
" Nggak usah bawel, yang penting kita bisa magang disini lagi." Bisik Niar kembali.
" Diiihh..."
" Ini juga gara-gara elo!"
" Tadi sebenarnya gw nggak dipecat!"
" Malah dikasih cek senilai sepuluh jeti tauk!"
" Niiihh..." Rinjani menunjukkan cek yang diberikan Samuel tadi.
" Waagilaaseh..."
" Kok bisa Rin?"
" Loe jampi-jampiin dia apa gimana?" Tanya Niar terkejut bukan kepalang.
" Diiih... sori mayori ya, gw nggak main dukun!"
" Katanya sih.. buat ganti rugi baju gw yang kotor!" Ucap Rinjani dengan santainya.
" Buset dah...!"
" Baju kotor aja diganti sepuluh jetong!"
" Tau gitu gw tumpahin juga baju gw tadi yak, haha..."
" Horang kaya mah... duit sepuluh jetong nggak ada harganya!" Ucap Niar terkagum-kagum.
" Yoi sob!"
" Kalau gw juga mesti gadein dulu STNK motor baru cair sepuluh juta!"
" Itu pun kalau dapet, soalnya motor gw udah butut, hahaha..." Masih sempat-sempatnya mereka bercanda sebelum masuk ke ruangan presdir kembali.
" Ssst... diem!"
" Udah sampai di kandang Singa." Bisik Rinjani yang diangguki Niar sambil menahan tawanya.
" Permisi presdir."
" Mereka sudah datang." Ucap Nisa melaporkan.
" Hmmm..."
" Okey.. langsung saja!"
" Kalau kalian masih mau magang disini, tanda tangani surat pernyataan ini." Ucap Samuel memberikan dua lembar surat pernyataan untuk mereka berdua.
Flasback
Saat Samuel mengusir kedua wanita magang itu, Nisa langsung berjalan mendekat kearah presdirnya.
" Presdir.."
" Emm... apa keputusan ini tidak terlalu terburu-buru?" Ucap Nisa.
" Maksud kamu apa?" Ucap Samuel langsung menatap tajam Nisa dengan tatapan mematikan."
" Begini presdir."
" Saya sudah menghubungi dua puluh agen babysitter."
" Namun mereka menolak kita semua."
" Walaupun saya menawarkan gaji tinggi dan asuransi."
" Mereka tetap menolak dengan berbagai alasan." Ucap Nisa yang sudah pusing sedari tadi bolak balik menghubungi Agen.
" Trus?" Ucap Samuel penasaran, tidak biasanya Nisa mengeluh seperti ini pikirnya.
" Emmm..."
" Bagaimana kalau kita menghukum dua gadis magang itu menjadi babysitter Tuan Muda sementara saja."
" Sebelum kita mendapatkan babysitter yang sesungguhnya."
" Soalnya proyek kita sedang banyak masalah presdir."
" Ada banyak tempat proyek yang harus anda kunjungi saat ini."
" Jika Tuan Muda masih belom mendapatkan babysister, Anda pasti akan kuwalahan menghadapinya." Ucap Nisa yang langsung diangguki oleh Samuel.
" Baiklah.."
" Suruh mereka datang kembali keruanganku!" Ucap Samuel memutuskan, ada benarnya juga ide sekertarisnya, dia tidak mungkin membawa Yoyo meninjau lokasi proyek pikirnya, apalagi kondisinya banyak Agen babysister yang menolaknya.
" Baik Presdir." Ucap Nisa tersenyum lega, pasalnya kalau tidak ada yang menjadi babysister dia sendiri yang akan kuwalahan menghadapi tingkah Yoyo.
Flashback Off.
Saat Rinjani dan Niar membaca surat pernyataan itu, mereka berdua serentak terbengong dibuatnya.
...Surat Pernyataan...
Saya bersedia menjadi babysitter Kenzo Rajendra Bramantyo untuk sementara.
Kalau sampai terjadi apa-apa dengan Kenzo Rajendra Bramantyo, NYAWA saya taruhannya.
^^^Tanda tangan.^^^
^^^Pihak terkait^^^
" Astaga... Nyawa taruhannya cuy?" Bisik Niar ditelinga Rinjani.
" Emak gw berjuang ngasih makan gw sampai sekarang, dan hanya karena magang nyawa dipertaruhkan?" Dia seakan tidak percaya ini terjadi.
" Bisa ngamuk nyokap gw kalau lihat ini sob!" Rinjani jadi bimbang dan ragu, maju mundur ajur judulnya.
" Bagaimana?"
" Apa kalian setuju?" Ucap Samuel dengan senyum liciknya.
" Kalau tidak setuju tidak masalah."
" Kesempatan kalian tidak datang dua kali." Ucap Samuel dengan angkuhnya.
" Saya setuju!" Ucap Niar tidak mau menyesal lagi.
" Ssssttt... nyawa cuy, ini nyawa taruhannya lho!"
" Apa kamu lupa, bandelnya anak itu seperti apa?" Bisik Rinjani sambil menginjak kaki Niar.
" Sudahlah!"
" Gampang itu, bisa dikondisikan!"
" Kita kan berdua jagainnya!"
" Masak iya kita berdua kalah sama bocil?" Ucap Niar meyakinkan.
" Setuju sajalah!" Niar bahkan terlihat memaksa Rinjani.
" Tapi----"
" Ini demi skripsi dan wisuda kita nanti."
" Kita udah semester terakhir sob!"
" Bertahun-tahun kita berjuang, masak iya hancur cuma gara-gara magang!" Ucap Niar meyakinkan sahabatnya.
" Hufftt..." Rinjani menghela nafasnya perlahan.
" Baiklah.. saya juga setuju pak." Ucap Rinjani walau berat hati menyetujuinya.
" Good!" Ucap Samuel dengan cepat.
Selamat bersenang-senang dengan putra kesayangan aku, jangan mengeluh kalau nanti kalian jadi korban selanjutnya..
Samuel tersenyum dengan lega, entah apapun yang terjadi nanti, setidaknya masalahnya teratasi satu persatu, nanti akan dia siapkan kotak P3K yang banyak dan mobil ambulance kalau perlu.
Sabar adalah cara pertama yang bisa kamu lakukan dalam menghadapi masalah, masih ada jalan keluar yang bisa kamu cari dan lalui untuk menghadapi semua rintangan hidup.
..."Ketahuilah bahwa sabar adalah ibarat kepala dari suatu tubuh. Jika kepala hilang maka keseluruhan tubuh itu akan membusuk. Jika kesabaran hilang, maka seluruh permasalahan akan rusak."...
Nanti kita lihat seberapa jahilnya Yoyo bocil kesayangan Othor ya?
Jangan lupa tekan tombol 💙 favoritnya lho ya?
...Happy Reading...
Permasalahan dan cobaan dapat datang karena banyak alasan, mulai dari hubungan pertemanan atau masalah pekerjaan. Semua orang pasti pernah yang namanya mendapatkan cobaan, yang membedakan satu dan yang lainnya, hanyalah sikap yang mereka berikan ketika menghadapinya.
Begitu juga dengan Rinjani dan Niar yang sudah pasrah menerima hukuman, mereka hanya bisa mengambil sisi positif saja dari kejadian yang menimpa mereka, langkah awal agar bisa berpikir positif adalah dengan berbicara pada diri sendiri, yakinkan diri sendiri, bahwa semua akan berjalan dengan baik-baik saja.
" Wow... ini rumah apa istana khayangan ya Jani?" Ucap Niar saat melihat bangunan berlantai tiga dengan dekorasi ukiran kayu jati yang etnik namun terlihat mewah.
" Horang kaya mah bebas!"
" Duit mengalir tiap hari, nggak mikirin bayar kreditan panci."
" Nggak mikirin utang juga kayak kita, haha.." Ucap Rinjani malah jadi curhat.
" Orang kayak kita mah apa Niar, hanya bisa memandang tanpa bisa merasakan!" Ucap Rinjani yang melebar entah kemana.
" Emang elo punya utang?"
" Lu kan punya mobil? Ucap Niar menanggapinya dengan serius.
" Mobil sih punya, keren lagi karena sudah dimodif!"
" Tapi STNK sekolah sob! haha..." Ucap Rinjani asal bicara, dia memang punya mobil peninggalan almarhum ayahnya dulu, namun jarang dia pakai, Rinjani lebih suka naik motor, lebih cepat dan nggak ribet mau parkir dimana saja.
" Drama loe!" Ucap Niar yang tidak percaya, Rinjani memang suka merendah jadi orang, walau dia dari keluarga yang sederhana namun hidupnya tidak pernah kekurangan, mungkin karena seluruh keluarganya sering bersyukur jadi ada saja jalan rejeki yang mengalir untuk mereka.
" Gw kok jadi deg-degan gini ya Jani?"
" Firasat gw udah nggak enak ini!" Ucap Niar merasa ragu, gundah gulana yang menerpa jiwanya.
" Ckkk..."
" Trus loe mau balik kanan gitu aja?"
" Nangung Niar, udah kepalang basah ya mandi saja!" Ucap Rinjani langsung menekan bel rumah presdirnya.
Tak selang berapa lama, seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu keluar dan menyapa.
" Kalian siapa ya?"
" Ada yang bisa saya bantu?" Sapa wanita itu yang ternyata adalah mamanya Samuel.
" Owh iya.."
" Perkenalkan tante, kami berdua mahasiswa magang di kantor pak Samuel." Ucap Rinjani dengan sopan.
" Owh begitu?"
" Terus.. kenapa kalian kemari?"
" Kenapa tidak pergi kekantor saja?" Tanya Mama Samuel yang bernama Weni itu.
" Emm... saya kemari sebenarnya mau----" Ucapan Rinjani langsung disela oleh pria tampan yang sedang menggendong seorang anak kecil yang masih sangat Rinjani dan Niar hafal, terlihat dia sedang tersenyum penuh arti seakan ingin mengatakan bahwa mereka adalah mangsa barunya.
" Mereka akan menjadi baby sister Yoyo untuk sementara waktu!" Ucap Samuel dengan lantangnya.
" Mereka?" Tanya Weni sedikit terkejut.
" Tapi tadi mereka bilang mahasiswa lo nak?" Tanya Weni tidak habis pikir, bahkan tadi dia sempat berpikir kalau salah satu diantara mereka adalah kekasih putranya, nyatanya semua yang dia pikirkan salah.
" Sudahlah!"
" Jangan terlalu dipikirkan."
" Ini hanya sementara saja, sebelum Yoyo mendapatkan baby sister yang baru." Ucap Samuel tidak ambil pusing.
" Kalian berdua masuklah!"
" Akan aku tunjukkan kamar Yoyo!" Ucap Samuel masuk kedalam rumah.
" Permisi tante..." Ucap Rinjani dan Niar bersamaan.
Kamar Yoyo ada dilantai dua, kamarnya sangat luas, bahkan tempat bermainnya sudah seperti toko permainan, beragam mainan anak-anak semua ada disana.
" Yoyo.. mereka akan menjagamu menggantikan Si Mbak ya?"
" Kalau ada apa-apa minta saja dengan mereka right?" Ucap Samuel mensejajarkan tubuhnya dengan Yoyo yang duduk dikursinya.
" Okey Daddy." Yoyo tersenyum dengan imutnya.
" Kalau begitu Daddy berangkat ke kantor dulu ya?"
" Jangan nakal ya sayang."
" Jangan lupa makan okey?"
" Sini Daddy cium dulu." Samuel berpamitan dengan Yoyo, terlihat dia sangat menyayangi Yoyo, bahkan Rinjani saja sampai tersenyum karena ikut terharu, dibalik sifat presdirnya yang keras, namun ternyata dia sangat lembut dengan anaknya.
" Siap Daddy!" Yoyo bahkan mencium tangan Samuel dengan imutnya.
" Jangan lupa!"
" Jaga Yoyo seperti kalian menjaga diri kalian sendiri."
" Jangan sampai Yoyo makan terlambat!"
" Jangan sampai dia jajan sembarangan, apalagi jajanan pinggir jalan yang tidak dijamin higienisnya."
" Ingat... nyawa kalian adalah taruhannya!" Ucap Samuel membuat nyali Rinjani dan Niar mengkerut secara tiba-tiba.
" Baik pak." Ucap Rinjani dan Niar bersamaan.
Padahal mereka berdua paling hobi jajan dipinggir jalan, seperti somay, cilok, bakso bakar, sosis bakar, rujak eskrim, rujak buah, kue putu dan masih banyak lagi, nyatanya mereka masih sehat wal'afiat sampai sekarang pikirnya.
Samuel langsung berlalu dari sana, sopir sudah stand by menunggu untuk mengantarnya pergi ke kantor.
" Hai Yoyo.."
" Nama kakak Rinjani?"
" Mulai sekarang kamu bisa panggil kak Jani okey?" Ucap Rinjani duduk dikursi kecil didepan Yoyo.
" Okey!" Ucap Yoyo sambil bersedekap dan menggangukkan kepalanya, terlihat rambutnya yang sedikit keriting itu mengayun dengan gemasnya.
" Kalau kakak namanya Niar." Ucap Niar ikut memperkenalkan diri, dia berusaha membuang rasa kesalnya saat mengingat kelakuan bocah ini.
" Kamu bisa panggil kak----" Ucapan Niar terputus.
Glodeek...
" Hahahaha..." Tawa Yoyo langsung pecah saat melihat Niar terjengkang kebelakang, karena saat akan duduk disamping Yoyo, dia menendang kaki kursi disampingnya itu dengan cepat.
" Arrrgghh.." Kepala Niar terhantuk meja dibelakangnya cukup keras.
" Astaga bocah ini."
" Dia benar-benar nakal sekali." Niar hanya bisa bergumam perlahan saja.
" Are you okey Niar?" Rinjani langsung membantu Niar untuk berdiri.
" Kalau mau duduk lihat letak kursinya dong!" Ucap Rinjani ingin tertawa tapi kasihan pikirnya.
" Kamu nggak lihat apa?"
" Dia menendangnya tadi!"
" Dia benar-benar anak bandel!" Ucap Niar menahan rasa kesalnya.
" Hihihi..." Yang diomongin malah cekikikan sendiri dan berlari menjauh dari mereka.
" Ssssttt..."
" Jangan ngomong sembarangan disini!"
" Ingat nyawa dan bea siswa kita taruhannya!" Umpat Rinjani memelototkan matanya kearah Niar yang terlihat sedikit kesakitan.
" Yoyo... kamu mau kemana?" Rinjani langsung berlari mengejar Yoyo.
" Bibi..."
" Aku mau mandi!" Ucap Yoyo sudah berada didalam kamar mandi.
" Bibi?"
" Jangan panggil bibi dong sayang?"
" Panggil kakak okey?" Ucap Rinjani dengan lemah lembut.
" Okey kakak!" Yoyo memamerkan senyumannnya, terlihat gemas sekali ketika pipi bakpaunya semakin mengembang.
" Waahh... anak pintar!" Ucap Rinjani tersenyum senang.
" Sekarang ayo buka bajunya dulu."
" Tangan keatas..." Ucap Rinjani sambil duduk dilantai mencoba membantu membuka baju Yoyo.
" Pinter... sekarang celananya okey?"
" Kamu-----" Ucapan Rinjani terputus saat tangan Yoyo menarik sebuah tali.
Byuuuuuurrrrrr....
" Hahahahahaha..." Yoyo kembali berlari sambil menertawakan Rinjani yang basah kuyup karena Yoyo menyiapkan satu ember air sabun dibelakangnya.
" Astaga...!"
" Bocah ini..!" Rinjani memejamkan kedua matanya dan mengeratkan giginya sambil menahan kesal.
" Bahahahaha..."
" Ternyata elo kena juga jebakan batman!" Niar tertawa melihat Rinjani yang basah kuyup dari pintu.
" Sial.."
" Bener-bener tu bocah!"
" Gimana dong, mana gw nggak bawa baju ganti lagi?" Ucap Rinjani melihat tubuhnya yang sudah seperti tikus kecebur got.
" Bilang sana sama neneknya."
" Pinjam baju baby sister atau apa gitu!" Ucap Niar yang masih menahan tawanya.
" Kamu mandiin dulu sana tu bocah!"
" Gw mau kebawah dulu!" Ucap Rinjani.
" Eiitssss..." Niar langsung menarik tangan Rinjani kembali.
" Mumpung kamu sudah basah, mandiin Yoyo skalian gih!"
" Daripada gw juga ikutan basah!" Ucap Niar mencari untung.
" Dasar kamu, mau enaknya saja!"
" Ini semua gara-gara kamu sih!"
" Kita jadi berurusan dengan tu bocah tengil!" Umpat Rinjani kesal.
" Ya maaf deh!"
" Gw kan niatnya mau belain elo sob!"
" Nggak nyangka malah jadi gini ceritanya!" Ucap Niar pura-pura sedih.
" Ckkk... ya sudahlah!"
" Mau gimana lagi, nasib baik tidak berpihak pada kita!"
" Kamu siapin bajunya saja sana!"
" Gw mandiin si Yoyo!" Ucap Rinjani akhirnya luluh dan tidak jadi ngambek lagi saat melihat wajah sahabatnya itu.
" Siap sob!" Niar langsung bergegas mencari baju Yoyo.
" Yoyo... kamu dimana?" Rinjani masuk ke kamar mandi dalam.
" Aku mau mandi disana!" Teriak Yoyo saat melihat Rinjani masuk.
" Kamu mau mandi di bath up ya?"
" Baiklah kakak siapin airnya dulu ya?" Ucap Rinjani berjalan mendekati bath up untuk mengisi air hangat dulu.
" One." Yoyo mulai menghitung dengan pelan.
" Two." Yoyo bahkan bersandar pada tembok kamar mandi sambil bersedekap seperti big bos.
" Three..." Dengan cepat Yoyo menendang satu ember kecil kelereng.
Glodaaaak...
Rinjani yang sudah basah kuyup tanpa sengaja menginjak kelereng itu, akhirnya dia jatuh kebelakang, untung dia melindungi kepalanya dengan tangan, kalau tidak bisa benjol kepalanya atau bahkan mungkin gagar otak.
" Yoyooooooooooooooo..." Teriak Rinjani memekakkan telinga.
" Hahahahahaha..." Yoyo langsung berlari pergi dari sana.
" Astaga Jani..." Niar langsung berlari mendekat kearahnya.
" Jangan lari ada kelereng!" Teriak Rinjani mengingatkan Niar.
" Astaga itu bocah!"
" Nyidam apa dulu mamahnya!"
" Bikin tensi darahku naik saja!" Ucap Niar membantu Rinjani untuk duduk, terlihat Rinjani memijit pinggang belakangnya.
" Bisa berdiri nggak loe?" Tanya Niar saat melihat Rinjani terlihat sedikit kesakitan.
" Bisa.. loe cari Yoyo aja!"
" Tangkap dia!"
" Mandiin buruan, udah siang ini." Ucap Rinjani berusaha berdiri.
" Yoyooo..."
" Sini kamu!" Niar langsung berlari mencari Yoyo.
Terlihat Niar berlari kejar-kejaran dengan Yoyo, walau pada akhirnya Yoyo tertangkap didalam gendongannya.
" Hwa.. hwa.. hwa.." Yoyo menangis sambil berteriak.
" Niaarr..."
" Jangan terlalu dipaksa!"
" Pelan-pelan saja!"
" Nyawa ini sob.. nyawa kita berdua!" Ucap Jani mengingatkan.
" Maafkan kak Niar ya sayang." Ucap Rinjani lembut.
" Sini sama kak Jani." Rinjani meraih Yoyo kedalam pelukannya.
" Sudah... jangan nangis lagi ya?"
" Sayang... sayang..." Rinjani memeluk gemas Yoyo dalam pelukannya, entah mengapa Yoyo seperti terhipnotis.
" Kita mandi ya Sayang?"
" Nanti kita main lagi okey?" Ucap Rinjani penuh dengan kasih sayang, dia memang suka dengan anak kecil.
" Huuufffttt..." Akhirnya Niar bisa menarik nafas dengan lega.
" Udah cocoklah kamu jadi emak-emak Jan!"
" Akhirnya nurut juga tuh bocil!" Ucap Niar sambil membawa handuk untuk Yoyo.
" Ada apa?"
" Apa yang terjadi dengan cucuku?" Ucap Weni yang tiba-tiba muncul dari balik pintu.
" Nggak papa Tan.."
" Tadi cuma main-main saja." Ucap Niar sedikit ketakutan, ternyata suara Yoyo sampai lantai bawah pikirnya.
" Kakak itu jahat!" Umpat Yoyo sambil berkacak pinggang.
" Aku nggak mau main sama kakak jahat!" Ucap Yoyo yang mendapat tatapan tajam dari Niar.
" Yoyo sayang, hehe.."
" Kakak kan cuma main-main saja tadi?" Niar langsung pura-pura manis namun mulutnya sudah komat-kamit serasa ingin menelan Yoyo habis-habisan.
" Huuuh..."
" Dasar kakak jelek!" Umpat Yoyo sambil mlengos.
" Kamu..." Weni menunjuk Rinjani yang terlihat basah.
" Kenapa basah kuyup seperti itu?" Tanya Weni mendekat.
" Owh ini, hehe..."
" Tadi main-main sama Yoyo aja Tan." Ucap Rinjani tersenyum getir.
" Yoyo suka banget main air kan ya?" Ucap Rinjani sambil mengelus kepala Yoyo perlahan.
" Suka lihat kakak basah-basahan kan?"
" Atau mau mandi sama kakak?" Rinjani bahkan memeluk Yoyo dengan erat saking gemasnya.
Untung nih bocil imut dan cakep, kalau enggak udah aku jadiin perkedel ni bocah!
Umpat Rinjani menahan segala amarahnya.
Entah mengapa Weni merasa dadanya sedikit sesak saat melihat Rinjani memeluk Yoyo, selama ini Yoyo tidak pernah mau dipeluk siapapun kecuali dia dan Samuel, dia paham betul kelakuan Yoyo, Weni pun tahu kalau dua wanita itu habis dikerjain sama cucu kesayangannya, jadi dia bisa memaklumi jika dua wanita ini kesal kepadanya.
Tapi melihat Yoyo diam dan terlihat nyaman dipelukan Rinjani membuatnya teringat dengan sosok mommy nya Yoyo.
" Aku punya baju seukuran kamu."
" Setelah selesai membantu Yoyo datanglah ke kamar bawah."
" Aku akan menyiapkan baju untukmu!" Ucap Weni segera berlalu dari kamar Yoyo.
" Selamet.. selamet.." Niar mengusap da adanya lega.
" Gw kira beliau mau marahin gw?"
" Jantung gw hampir copot tadi sob!" Bisik Niar ditelinga Rinjani.
" Makannya.."
" Jangan kasar-kasar!"
" Bertahanlah... baru hari pertama!"
" Kamu sudah kalah telak melawan bocil!" Ucap Rinjani sambil membantu mengeringkan rambut Yoyo.
" Yoyo sayang?"
" Pake baju sama kakak Niar ya?"
" Baju kak Jani basah, nanti takutnya baju kamu ikut basah juga, okey?" Ucap Rinjani lembut dengan senyum merekah.
Tuiingg... Tuiingg...
Yoyo menganggukan kepalanya dengan mantap.
" Niar... baik-baik lho ya!"
" Ingat, pake hati.. penuh kasih sayang!"
" Anggap saja dia mantan yang masih kamu sayangi!" Bisik Rinjani melewati dirinya.
" Kalau Mantan gw kek gini, langsung gw buang ke laut!"
" Kalau enggak gw racun tikus skalian!"
" Biar tentram ini dunia!" Umpat Niar perlahan.
" Aku mau pake baju sendiri saja!" Ucap Yoyo berontak kembali saat Rinjani sudah hilang dipandangannya.
" Sayanggggg..."
" Kakak bantuin okey? biar cepet selesai?" Ucap Niar sambil menahan diri.
" Enggak!" Yoyo menarik semua bajunya dari tangan Niar.
" Yoyo.. sini kakak bantuin?" Ucap Niar sedikit menaikkan suaranya.
" Noo!"
" Panggil aku Tuan Muda!" Yoyo memelototkan matanya, seakan memberikan ultimatum kepada Niar.
" Dasar kakak jelek!"
" Aku bisa pake baju sendiri!"
" Emangnya aku anak kecil apah?" Ucap Yoyo dengan santainya dan mulai memakai bajunya sendiri.
" Wooooaaaahhh..."
" Kamu memang... The Real Tuan Muda songong!" Ucap Niar yang sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi, bocah kecil didepannya ini sungguh membuatnya takjub.
Sesampainya dibawah Rinjani melirik kanan kiri, melihat dikamar mana Tante Weni berada.
" Kamu...masuklah!" Ucap Weni memanggil Rinjani dari dalam kamar, pintunya memang dia buka separuh, jadi saat Rinjani melintas dia melihatnya.
" Ehh... Tante disini rupanya?" Ucap Rinjani perlahan memasuki kamar yang terlihat mewah dan luas itu.
" Siapa nama kamu tadi?" Tanya Weni kembali.
" Rinjani Tante.." Ucap Jani dengan sopan, baru juga sebentar berkenalan sudah dilupakan, siapalah aku ini pikir Jani mengusap da da nya.
" Ini... pakailah!" Weni menyodorkan dua dress cantik selutut.
" Pilih mana yang kamu suka dan pas dibadan kamu!"
" Tante tinggal ya?" Ucap Weni langsung keluar dari ruangan dan menutup pintu kamar.
" Waaah... cantik sekali dressnya?"
" Walau hanya dress yang sederhana namun bahannya sangat lembut dan terlihat nyaman dipakai." Rinjani menempelkan dress itu ke pipinya.
Saat Rinjani sudah membuka bajunya tiba-tiba pintu terbuka kembali, sontak Rinjani menoleh dan...
" Aaaaaaarrrrrrrggggggggghhhhhhhh...!"
Rinjani berteriak sekuat tenaganya.
..." Nikmati saat kamu harus menikmati setiap momen kehidupan, dan bertahanlah saat keadaan mengharuskan kamu untuk bertahan."...
..." Hampir tidak ada yang mustahil di dunia ini jika kamu memikirkannya dan mempertahankan sikap yang positif."...
Apa yang terjadi?
Jangan lupa HADIAHnya lho ya😊
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!