...Happy Reading...
Permasalahan dan cobaan dapat datang karena banyak alasan, mulai dari hubungan pertemanan atau masalah pekerjaan. Semua orang pasti pernah yang namanya mendapatkan cobaan, yang membedakan satu dan yang lainnya, hanyalah sikap yang mereka berikan ketika menghadapinya.
Begitu juga dengan Rinjani dan Niar yang sudah pasrah menerima hukuman, mereka hanya bisa mengambil sisi positif saja dari kejadian yang menimpa mereka, langkah awal agar bisa berpikir positif adalah dengan berbicara pada diri sendiri, yakinkan diri sendiri, bahwa semua akan berjalan dengan baik-baik saja.
" Wow... ini rumah apa istana khayangan ya Jani?" Ucap Niar saat melihat bangunan berlantai tiga dengan dekorasi ukiran kayu jati yang etnik namun terlihat mewah.
" Horang kaya mah bebas!"
" Duit mengalir tiap hari, nggak mikirin bayar kreditan panci."
" Nggak mikirin utang juga kayak kita, haha.." Ucap Rinjani malah jadi curhat.
" Orang kayak kita mah apa Niar, hanya bisa memandang tanpa bisa merasakan!" Ucap Rinjani yang melebar entah kemana.
" Emang elo punya utang?"
" Lu kan punya mobil? Ucap Niar menanggapinya dengan serius.
" Mobil sih punya, keren lagi karena sudah dimodif!"
" Tapi STNK sekolah sob! haha..." Ucap Rinjani asal bicara, dia memang punya mobil peninggalan almarhum ayahnya dulu, namun jarang dia pakai, Rinjani lebih suka naik motor, lebih cepat dan nggak ribet mau parkir dimana saja.
" Drama loe!" Ucap Niar yang tidak percaya, Rinjani memang suka merendah jadi orang, walau dia dari keluarga yang sederhana namun hidupnya tidak pernah kekurangan, mungkin karena seluruh keluarganya sering bersyukur jadi ada saja jalan rejeki yang mengalir untuk mereka.
" Gw kok jadi deg-degan gini ya Jani?"
" Firasat gw udah nggak enak ini!" Ucap Niar merasa ragu, gundah gulana yang menerpa jiwanya.
" Ckkk..."
" Trus loe mau balik kanan gitu aja?"
" Nangung Niar, udah kepalang basah ya mandi saja!" Ucap Rinjani langsung menekan bel rumah presdirnya.
Tak selang berapa lama, seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu keluar dan menyapa.
" Kalian siapa ya?"
" Ada yang bisa saya bantu?" Sapa wanita itu yang ternyata adalah mamanya Samuel.
" Owh iya.."
" Perkenalkan tante, kami berdua mahasiswa magang di kantor pak Samuel." Ucap Rinjani dengan sopan.
" Owh begitu?"
" Terus.. kenapa kalian kemari?"
" Kenapa tidak pergi kekantor saja?" Tanya Mama Samuel yang bernama Weni itu.
" Emm... saya kemari sebenarnya mau----" Ucapan Rinjani langsung disela oleh pria tampan yang sedang menggendong seorang anak kecil yang masih sangat Rinjani dan Niar hafal, terlihat dia sedang tersenyum penuh arti seakan ingin mengatakan bahwa mereka adalah mangsa barunya.
" Mereka akan menjadi baby sister Yoyo untuk sementara waktu!" Ucap Samuel dengan lantangnya.
" Mereka?" Tanya Weni sedikit terkejut.
" Tapi tadi mereka bilang mahasiswa lo nak?" Tanya Weni tidak habis pikir, bahkan tadi dia sempat berpikir kalau salah satu diantara mereka adalah kekasih putranya, nyatanya semua yang dia pikirkan salah.
" Sudahlah!"
" Jangan terlalu dipikirkan."
" Ini hanya sementara saja, sebelum Yoyo mendapatkan baby sister yang baru." Ucap Samuel tidak ambil pusing.
" Kalian berdua masuklah!"
" Akan aku tunjukkan kamar Yoyo!" Ucap Samuel masuk kedalam rumah.
" Permisi tante..." Ucap Rinjani dan Niar bersamaan.
Kamar Yoyo ada dilantai dua, kamarnya sangat luas, bahkan tempat bermainnya sudah seperti toko permainan, beragam mainan anak-anak semua ada disana.
" Yoyo.. mereka akan menjagamu menggantikan Si Mbak ya?"
" Kalau ada apa-apa minta saja dengan mereka right?" Ucap Samuel mensejajarkan tubuhnya dengan Yoyo yang duduk dikursinya.
" Okey Daddy." Yoyo tersenyum dengan imutnya.
" Kalau begitu Daddy berangkat ke kantor dulu ya?"
" Jangan nakal ya sayang."
" Jangan lupa makan okey?"
" Sini Daddy cium dulu." Samuel berpamitan dengan Yoyo, terlihat dia sangat menyayangi Yoyo, bahkan Rinjani saja sampai tersenyum karena ikut terharu, dibalik sifat presdirnya yang keras, namun ternyata dia sangat lembut dengan anaknya.
" Siap Daddy!" Yoyo bahkan mencium tangan Samuel dengan imutnya.
" Jangan lupa!"
" Jaga Yoyo seperti kalian menjaga diri kalian sendiri."
" Jangan sampai Yoyo makan terlambat!"
" Jangan sampai dia jajan sembarangan, apalagi jajanan pinggir jalan yang tidak dijamin higienisnya."
" Ingat... nyawa kalian adalah taruhannya!" Ucap Samuel membuat nyali Rinjani dan Niar mengkerut secara tiba-tiba.
" Baik pak." Ucap Rinjani dan Niar bersamaan.
Padahal mereka berdua paling hobi jajan dipinggir jalan, seperti somay, cilok, bakso bakar, sosis bakar, rujak eskrim, rujak buah, kue putu dan masih banyak lagi, nyatanya mereka masih sehat wal'afiat sampai sekarang pikirnya.
Samuel langsung berlalu dari sana, sopir sudah stand by menunggu untuk mengantarnya pergi ke kantor.
" Hai Yoyo.."
" Nama kakak Rinjani?"
" Mulai sekarang kamu bisa panggil kak Jani okey?" Ucap Rinjani duduk dikursi kecil didepan Yoyo.
" Okey!" Ucap Yoyo sambil bersedekap dan menggangukkan kepalanya, terlihat rambutnya yang sedikit keriting itu mengayun dengan gemasnya.
" Kalau kakak namanya Niar." Ucap Niar ikut memperkenalkan diri, dia berusaha membuang rasa kesalnya saat mengingat kelakuan bocah ini.
" Kamu bisa panggil kak----" Ucapan Niar terputus.
Glodeek...
" Hahahaha..." Tawa Yoyo langsung pecah saat melihat Niar terjengkang kebelakang, karena saat akan duduk disamping Yoyo, dia menendang kaki kursi disampingnya itu dengan cepat.
" Arrrgghh.." Kepala Niar terhantuk meja dibelakangnya cukup keras.
" Astaga bocah ini."
" Dia benar-benar nakal sekali." Niar hanya bisa bergumam perlahan saja.
" Are you okey Niar?" Rinjani langsung membantu Niar untuk berdiri.
" Kalau mau duduk lihat letak kursinya dong!" Ucap Rinjani ingin tertawa tapi kasihan pikirnya.
" Kamu nggak lihat apa?"
" Dia menendangnya tadi!"
" Dia benar-benar anak bandel!" Ucap Niar menahan rasa kesalnya.
" Hihihi..." Yang diomongin malah cekikikan sendiri dan berlari menjauh dari mereka.
" Ssssttt..."
" Jangan ngomong sembarangan disini!"
" Ingat nyawa dan bea siswa kita taruhannya!" Umpat Rinjani memelototkan matanya kearah Niar yang terlihat sedikit kesakitan.
" Yoyo... kamu mau kemana?" Rinjani langsung berlari mengejar Yoyo.
" Bibi..."
" Aku mau mandi!" Ucap Yoyo sudah berada didalam kamar mandi.
" Bibi?"
" Jangan panggil bibi dong sayang?"
" Panggil kakak okey?" Ucap Rinjani dengan lemah lembut.
" Okey kakak!" Yoyo memamerkan senyumannnya, terlihat gemas sekali ketika pipi bakpaunya semakin mengembang.
" Waahh... anak pintar!" Ucap Rinjani tersenyum senang.
" Sekarang ayo buka bajunya dulu."
" Tangan keatas..." Ucap Rinjani sambil duduk dilantai mencoba membantu membuka baju Yoyo.
" Pinter... sekarang celananya okey?"
" Kamu-----" Ucapan Rinjani terputus saat tangan Yoyo menarik sebuah tali.
Byuuuuuurrrrrr....
" Hahahahahaha..." Yoyo kembali berlari sambil menertawakan Rinjani yang basah kuyup karena Yoyo menyiapkan satu ember air sabun dibelakangnya.
" Astaga...!"
" Bocah ini..!" Rinjani memejamkan kedua matanya dan mengeratkan giginya sambil menahan kesal.
" Bahahahaha..."
" Ternyata elo kena juga jebakan batman!" Niar tertawa melihat Rinjani yang basah kuyup dari pintu.
" Sial.."
" Bener-bener tu bocah!"
" Gimana dong, mana gw nggak bawa baju ganti lagi?" Ucap Rinjani melihat tubuhnya yang sudah seperti tikus kecebur got.
" Bilang sana sama neneknya."
" Pinjam baju baby sister atau apa gitu!" Ucap Niar yang masih menahan tawanya.
" Kamu mandiin dulu sana tu bocah!"
" Gw mau kebawah dulu!" Ucap Rinjani.
" Eiitssss..." Niar langsung menarik tangan Rinjani kembali.
" Mumpung kamu sudah basah, mandiin Yoyo skalian gih!"
" Daripada gw juga ikutan basah!" Ucap Niar mencari untung.
" Dasar kamu, mau enaknya saja!"
" Ini semua gara-gara kamu sih!"
" Kita jadi berurusan dengan tu bocah tengil!" Umpat Rinjani kesal.
" Ya maaf deh!"
" Gw kan niatnya mau belain elo sob!"
" Nggak nyangka malah jadi gini ceritanya!" Ucap Niar pura-pura sedih.
" Ckkk... ya sudahlah!"
" Mau gimana lagi, nasib baik tidak berpihak pada kita!"
" Kamu siapin bajunya saja sana!"
" Gw mandiin si Yoyo!" Ucap Rinjani akhirnya luluh dan tidak jadi ngambek lagi saat melihat wajah sahabatnya itu.
" Siap sob!" Niar langsung bergegas mencari baju Yoyo.
" Yoyo... kamu dimana?" Rinjani masuk ke kamar mandi dalam.
" Aku mau mandi disana!" Teriak Yoyo saat melihat Rinjani masuk.
" Kamu mau mandi di bath up ya?"
" Baiklah kakak siapin airnya dulu ya?" Ucap Rinjani berjalan mendekati bath up untuk mengisi air hangat dulu.
" One." Yoyo mulai menghitung dengan pelan.
" Two." Yoyo bahkan bersandar pada tembok kamar mandi sambil bersedekap seperti big bos.
" Three..." Dengan cepat Yoyo menendang satu ember kecil kelereng.
Glodaaaak...
Rinjani yang sudah basah kuyup tanpa sengaja menginjak kelereng itu, akhirnya dia jatuh kebelakang, untung dia melindungi kepalanya dengan tangan, kalau tidak bisa benjol kepalanya atau bahkan mungkin gagar otak.
" Yoyooooooooooooooo..." Teriak Rinjani memekakkan telinga.
" Hahahahahaha..." Yoyo langsung berlari pergi dari sana.
" Astaga Jani..." Niar langsung berlari mendekat kearahnya.
" Jangan lari ada kelereng!" Teriak Rinjani mengingatkan Niar.
" Astaga itu bocah!"
" Nyidam apa dulu mamahnya!"
" Bikin tensi darahku naik saja!" Ucap Niar membantu Rinjani untuk duduk, terlihat Rinjani memijit pinggang belakangnya.
" Bisa berdiri nggak loe?" Tanya Niar saat melihat Rinjani terlihat sedikit kesakitan.
" Bisa.. loe cari Yoyo aja!"
" Tangkap dia!"
" Mandiin buruan, udah siang ini." Ucap Rinjani berusaha berdiri.
" Yoyooo..."
" Sini kamu!" Niar langsung berlari mencari Yoyo.
Terlihat Niar berlari kejar-kejaran dengan Yoyo, walau pada akhirnya Yoyo tertangkap didalam gendongannya.
" Hwa.. hwa.. hwa.." Yoyo menangis sambil berteriak.
" Niaarr..."
" Jangan terlalu dipaksa!"
" Pelan-pelan saja!"
" Nyawa ini sob.. nyawa kita berdua!" Ucap Jani mengingatkan.
" Maafkan kak Niar ya sayang." Ucap Rinjani lembut.
" Sini sama kak Jani." Rinjani meraih Yoyo kedalam pelukannya.
" Sudah... jangan nangis lagi ya?"
" Sayang... sayang..." Rinjani memeluk gemas Yoyo dalam pelukannya, entah mengapa Yoyo seperti terhipnotis.
" Kita mandi ya Sayang?"
" Nanti kita main lagi okey?" Ucap Rinjani penuh dengan kasih sayang, dia memang suka dengan anak kecil.
" Huuufffttt..." Akhirnya Niar bisa menarik nafas dengan lega.
" Udah cocoklah kamu jadi emak-emak Jan!"
" Akhirnya nurut juga tuh bocil!" Ucap Niar sambil membawa handuk untuk Yoyo.
" Ada apa?"
" Apa yang terjadi dengan cucuku?" Ucap Weni yang tiba-tiba muncul dari balik pintu.
" Nggak papa Tan.."
" Tadi cuma main-main saja." Ucap Niar sedikit ketakutan, ternyata suara Yoyo sampai lantai bawah pikirnya.
" Kakak itu jahat!" Umpat Yoyo sambil berkacak pinggang.
" Aku nggak mau main sama kakak jahat!" Ucap Yoyo yang mendapat tatapan tajam dari Niar.
" Yoyo sayang, hehe.."
" Kakak kan cuma main-main saja tadi?" Niar langsung pura-pura manis namun mulutnya sudah komat-kamit serasa ingin menelan Yoyo habis-habisan.
" Huuuh..."
" Dasar kakak jelek!" Umpat Yoyo sambil mlengos.
" Kamu..." Weni menunjuk Rinjani yang terlihat basah.
" Kenapa basah kuyup seperti itu?" Tanya Weni mendekat.
" Owh ini, hehe..."
" Tadi main-main sama Yoyo aja Tan." Ucap Rinjani tersenyum getir.
" Yoyo suka banget main air kan ya?" Ucap Rinjani sambil mengelus kepala Yoyo perlahan.
" Suka lihat kakak basah-basahan kan?"
" Atau mau mandi sama kakak?" Rinjani bahkan memeluk Yoyo dengan erat saking gemasnya.
Untung nih bocil imut dan cakep, kalau enggak udah aku jadiin perkedel ni bocah!
Umpat Rinjani menahan segala amarahnya.
Entah mengapa Weni merasa dadanya sedikit sesak saat melihat Rinjani memeluk Yoyo, selama ini Yoyo tidak pernah mau dipeluk siapapun kecuali dia dan Samuel, dia paham betul kelakuan Yoyo, Weni pun tahu kalau dua wanita itu habis dikerjain sama cucu kesayangannya, jadi dia bisa memaklumi jika dua wanita ini kesal kepadanya.
Tapi melihat Yoyo diam dan terlihat nyaman dipelukan Rinjani membuatnya teringat dengan sosok mommy nya Yoyo.
" Aku punya baju seukuran kamu."
" Setelah selesai membantu Yoyo datanglah ke kamar bawah."
" Aku akan menyiapkan baju untukmu!" Ucap Weni segera berlalu dari kamar Yoyo.
" Selamet.. selamet.." Niar mengusap da adanya lega.
" Gw kira beliau mau marahin gw?"
" Jantung gw hampir copot tadi sob!" Bisik Niar ditelinga Rinjani.
" Makannya.."
" Jangan kasar-kasar!"
" Bertahanlah... baru hari pertama!"
" Kamu sudah kalah telak melawan bocil!" Ucap Rinjani sambil membantu mengeringkan rambut Yoyo.
" Yoyo sayang?"
" Pake baju sama kakak Niar ya?"
" Baju kak Jani basah, nanti takutnya baju kamu ikut basah juga, okey?" Ucap Rinjani lembut dengan senyum merekah.
Tuiingg... Tuiingg...
Yoyo menganggukan kepalanya dengan mantap.
" Niar... baik-baik lho ya!"
" Ingat, pake hati.. penuh kasih sayang!"
" Anggap saja dia mantan yang masih kamu sayangi!" Bisik Rinjani melewati dirinya.
" Kalau Mantan gw kek gini, langsung gw buang ke laut!"
" Kalau enggak gw racun tikus skalian!"
" Biar tentram ini dunia!" Umpat Niar perlahan.
" Aku mau pake baju sendiri saja!" Ucap Yoyo berontak kembali saat Rinjani sudah hilang dipandangannya.
" Sayanggggg..."
" Kakak bantuin okey? biar cepet selesai?" Ucap Niar sambil menahan diri.
" Enggak!" Yoyo menarik semua bajunya dari tangan Niar.
" Yoyo.. sini kakak bantuin?" Ucap Niar sedikit menaikkan suaranya.
" Noo!"
" Panggil aku Tuan Muda!" Yoyo memelototkan matanya, seakan memberikan ultimatum kepada Niar.
" Dasar kakak jelek!"
" Aku bisa pake baju sendiri!"
" Emangnya aku anak kecil apah?" Ucap Yoyo dengan santainya dan mulai memakai bajunya sendiri.
" Wooooaaaahhh..."
" Kamu memang... The Real Tuan Muda songong!" Ucap Niar yang sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi, bocah kecil didepannya ini sungguh membuatnya takjub.
Sesampainya dibawah Rinjani melirik kanan kiri, melihat dikamar mana Tante Weni berada.
" Kamu...masuklah!" Ucap Weni memanggil Rinjani dari dalam kamar, pintunya memang dia buka separuh, jadi saat Rinjani melintas dia melihatnya.
" Ehh... Tante disini rupanya?" Ucap Rinjani perlahan memasuki kamar yang terlihat mewah dan luas itu.
" Siapa nama kamu tadi?" Tanya Weni kembali.
" Rinjani Tante.." Ucap Jani dengan sopan, baru juga sebentar berkenalan sudah dilupakan, siapalah aku ini pikir Jani mengusap da da nya.
" Ini... pakailah!" Weni menyodorkan dua dress cantik selutut.
" Pilih mana yang kamu suka dan pas dibadan kamu!"
" Tante tinggal ya?" Ucap Weni langsung keluar dari ruangan dan menutup pintu kamar.
" Waaah... cantik sekali dressnya?"
" Walau hanya dress yang sederhana namun bahannya sangat lembut dan terlihat nyaman dipakai." Rinjani menempelkan dress itu ke pipinya.
Saat Rinjani sudah membuka bajunya tiba-tiba pintu terbuka kembali, sontak Rinjani menoleh dan...
" Aaaaaaarrrrrrrggggggggghhhhhhhh...!"
Rinjani berteriak sekuat tenaganya.
..." Nikmati saat kamu harus menikmati setiap momen kehidupan, dan bertahanlah saat keadaan mengharuskan kamu untuk bertahan."...
..." Hampir tidak ada yang mustahil di dunia ini jika kamu memikirkannya dan mempertahankan sikap yang positif."...
Apa yang terjadi?
Jangan lupa HADIAHnya lho ya😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Lia Yulia
siapa ya yg masuk??🤔🤔
2023-01-31
0
jy
kl ms org yg sama...knp di pisah paragraf nya...jd binggung.kl emang ms org yg sama yg dialog sebaiknya ga di pisah gt.ckp dengan tanda titik atau koma sesuai percakapan tanpa hrs di spasi...next moga author lbh teliti dan baik lagi...makasih
2023-01-01
1
ferlyana dwi
ngakak sampe perutq sakit thooorrr
2022-07-07
0