TEMAN

TEMAN

HARIN FATMA YUDHISTIRA

...#Akumautanya...

...Kalian nemu cerita ini dari mana?...

...Cantik menurut kalian itu seperti apa?...

.......

.......

.......

Tidak ada yang spesial dari Harin. Dia tidak begitu cantik. Tidak tinggi, tidak terlalu pintar, tidak populer, tidak fashionable, dan tidak punya pacar.

Sejauh ini keadaan Harin baik-baik saja. Keluarga yang harmonis dan teman yang begitu setia. Bagi Harin itu sudah cukup. Jauh lebih cukup dari pada punya banyak teman yang penuh racun.

Ya, meskipun kadang Harin disebut cewek aneh. Jarang tersenyum dan matanya yang tajam membuat sebagian orang enggan berinteraksi dengan gadis itu. Kadang terlihat suka melamun, berbicara sendiri dan melakukan sesuatu yang membuat orang lain bertanya-tanya.

Seperti saat ini. Tanpa rasa takut Harin duduk di pinggiran pembatas rooftop sekolah. Mengamati sekitar dari atas. Tidak banyak yang menarik. Hanya lalu-lalang murid lain.

"Lihat, deh. Kasihan ya perempuan itu. Sebentar lagi mati." Elise menunjuk perempuan berkacamata tebal yang sedang membawa tumpukan buku menuju area perpustakaan. Gadis kecil itu tersenyum samar-samar dari balik rambutnya yang menjuntai.

"Takdir." sahut Harin cuek.

"Tidak, bukan takdir." Elise menyangkal. Tahu apa yang akan terjadi pada perempuan berkacamata tebal itu.

Harin menoleh ke sisi kirinya. Menatap anak kecil yang duduk dengan kaki diayunkan. "Kamu pikir kematian bukan takdir?"

"Iya kalau matinya baik-baik. Kalau bunuh diri ya namanya bukan takdir. Tapi menentang takdir. Manusia-manusia seperti itu adalah manusia yang tidak pernah mensyukuri hidup." jelas Elise.

Elise tersenyum miring. "Mati itu tidak enak. Terlalu banyak urusan yang belum selesai membuat orang mati akan tersesat."

"Seperti kamu."

"Aku sengaja tidak mencari jalan, karena Elise mau Harin." ungkap bocah itu dengan jujur.

Tidak ada balasan dari Harin, membuat Elise kembali menatap perempuan berkaca mata itu. "Dia, akan mati dengan mengenaskan." lanjut Elise kemudian terkikik geli.

"Sok tau."

"Elise udah pernah ngalamin, Harin. Bedanya—"

Harin menatap Elise dengan tajam. Gadis cilik yang terlihat berusia 8 tahun itu selalu bisa membantah omongannya. Namun ketika ditatap Harin seperti itu seketika Elise terbungkam.

..._0.0_...

"Aku boleh ikut main tidak?"

Saat itu suatu sore yang hampir gelap. Harin pertama kali bertemu Elise. Gadis cantik yang wajahnya agak bule. Rambutnya pirang, kulitnya putih bersih. Memakai gaun selutut berwarna putih.

"Selamat ulang tahun." Harin tersenyum kepada Elise. Bocah berusia 5 tahun itu mengira Elise sedang berulang tahun karena bajunya yang begitu bagus.

"Aku boleh ikut main?" Elise mengulang pertanyaannya ketika Harin tidak merespon.

"Boleh." jawabnya senang.

Rumah Harin memiliki halaman yang begitu luas, banyak pohon di sekeliling pagar rumahnya. Jarang sekali ada anak lain yang berkunjung ke rumahnya membuat Harin begitu kesepian.

Sekarang entah dari mana datangnya, seorang anak perempuan tengah berdiri di sampingnya dengan wajah ceria.

"Sekarang kita teman." Elise menautkan jari kelingking mereka berdua pertanda pertemanan mulai terjalin.

Harin tidak sadar, bahwa anak perempuan yang sekarang menjadi temannya adalah arwah gentayangan yang sudah berpuluh-puluh tahun meninggal dunia.

Sementara arwah anak perempuan itu tersenyum senang, akhirnya dia menemukan seseorang yang bisa dia jadikan teman.

..._0.0_...

Halo!

Kenalin aku Pad. Ini cerita pertama aku di sini. Masih banyak hal yang perlu dibenarkan dari ceritaku. Aku akan senang jika kalian mau memberi kritik dan saran.

Semoga kalian suka ^^

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!