"Nomor yang anda tuju tidak dapat menerima panggilan ini..."
Rey memegang ponselnya kesal, Udah lima kali dia menolak panggilanku! Aura menyeramkan dan asap yang gelap seakan keluar dari kepala Reynold. Bastian yang baru saja masuk kedalam ruang kerja Rey sampai bergidik melihat air muka Rey yang tidak terkondisikan itu.
Menyeramkan sekali sehabis selesai rapat langsung memeriksa dokumen. Bastian mengusap keningnya melihat Rey duduk dibangku kerjanya. "Pak Direktur, apa ada masalah dari meeting tadi? Apa ini karena direksi Kendra yang membuat anda kesal tadi saat rapat?" Seperti ada asap hitam keluar dari kepala Rey membuat Bastian bertanya dengan hati hati.
"Tidak ada!" Tegas Rey.
"Dan.. apa ini masalah nona Nathania Wan? Anda benar benar berniat menikah dengannya?" Tanya Bastian kembali.
"Aku kan sudah bilang dan aku pasti akan melakukan itu, aku sudah bertekad akan menikah di perjodohan kali ini!"
Bastian menelan ludahnya kasar, Ia sih memang benar, kapan anda pernah melenceng dari apa yang anda sudah ucapkan? Semua yang anda katakan benar benar akan dilakukan!
"Tapi melihat keadaan bahwa anda di tolak dan.. kelihatannya nona Nathania juga tidak serius menanggapi perjodohan ini, mungkin dia hanya suka bermain main." Bastian mencoba menasihati penuh dengan kehati hatian.
"Bermain main??!" Kening Rey mengerut.
"Sa.. saya bukan ingin menjelek jelekkan calon istri pak direktur, namun dilihat secara objektif bukankah.."
"Salah!" Potong Rey, "Dia bukan hanya mungkin bermain main, tapi dia sangat suka bermain main!" Tegas Rey, pria itu mengerutkan keningnya, jelas memikirkan kenapa dia d tolak.
Jika aku menikah dengannya aku akan mendapatkan beberapa keuntungan sekaligus. Kakek yang akan senang, pasangan yang tidak akan menggangguku dan pekerjaan yang terselesaikan dengan baik. Namun kenapa wanita itu menolak jika dia datang ke perjodohan?!
Air muka Bastian yang terkejut tidak dapat di kontrol, "Jik.. jika begitu kenapa pak direktur mau menik..."
"Hubungi pak presdir. Katakan padanya untuk mengatur tanggal pernikahan." Rey memasang wajah yang sangat serius membuat Bastian tidak bisa berkata apa apa lagi.
****
Nara berjalan hati hati begitu jam pulang kantor tiba, kepalanya sedari tadi menoleh ke kanan dan kiri untuk memastikan dia tidak akan berpas pas an kembali dengan direkturnya, Nara cukup lega ketika berhasil menginjakkan kakinya di depan pintu kantornya tanpa harus bertemu Rey secara tidak sengaja. 'Drrrt drrrrttt drrttt' getaran panjang pada ponsel Nara menandakan ada telepon masuk, senyum di wajah Nara mengembang melihat siapa yang menelpon. "Natha, baru aja ak.."
"Naraaaaa!!" Suara lengkingan Natha bisa membuat pecah gendang telmnga siapapun yang mendengarnya. "Sebenarnya apa yang kamu lakuin kemarin sih?! Kata kamu pria itu melarikan diri!!" Natha memotong ucapan Nara dengan intonasi suara tinggi.
"Memang benar dekikian kok.. ada apa memangnya??" Nara ikut panik mendengar suara Natha.
"Papa bilang dari pihak sana yang di jodohkan kemarin meminta tanggal pernikahan!!! Sebenarnya kamu ngapain Nara???! Apa yang udah kamu ucapkan?!" Natha tidak bisa menahan emosinya. "Cepet temuin aku di cafe biasa sekarang juga!!" Nara sampai menjauhkan ponsel dari telinganya mendengar suara Natha.
"Bisa pecah ini gendang telinga! Natha kalau teriak emang tiada duanya." Nara mengusap telinganya begitu sambungan telepon ditutup dan dia segera menuju cafe tempat mereka janjian.
"Jadi dia direktur di kantor kamu??? Direktur yang baru kembali dari Amerika??" Natha memegang gelas bir nya dan memasang wajah takjub.
"Iya!" Keluh Nara, "Sial banget aku bisa bertemu pak direktur diacara perjodohan."
"Tap.. tapi sebenarnya kamu ngapain sih Nar?? Kok dia bisa minta tanggal pernikahan??" Wajar saja Natha cemas takut untuk dipaksa ayahnya menikah kareka dia masih ingin bertemu dan merasakan jatuh cinta sendiri tanpa di jodohkan.
Nara terdiam dan membuang pandangannya ke sembarang arah membuat Natha semakin curiga. "Kan kamu yang suruh jadi femme fatale." Cicit Nara rendah.
"Jadi sebenarnya kamu ngapain Nar?" Natha mengulang pertanyaannya perlahan dan menelan ludahnya harap harap cemas.
"Jadi.. jadi kamu bilang soal ***???!" Natha sampai tidak bisa mengontrol wajahnya begitu Nara sudah selesai menceritakan seluruh kejadian kemarin. Dan Nara hanya mengangguk mendengar pertanyaan Natha.
"Kamu juga bilang habis bermain dengan tiga pria sekaligus??!" Lagi lagi Nara hanya menganggukkan kepalanya dan tersenyum pias.
"Kamu juga mengajaknya membuka kamar di hotel??!"
Kali ini Nara menahan Natha yang mungkin akan bertanya lagi dan membuat wanita itu semakin shock dan bisa saja kehilanhan kesadaran diri. "Tap.. tapi setelah semua itu dia malah mengajakmu menikah!! Itu berarti dia punya kelainan seksual kan??!" Nara berkata lantang, "Jadi tinggal beberkan saja pada om Awan kalau kamu ga bisa menikah dengan orang seperti itu." Nara tersenyum puas seolah baru saja memberi sebuah solusi yang briliant.
Natha memijat keningnya dan mendesah frustasi, "Tidak bisa semudah itu Nar, kalau aku ngomong yang ada semua ketawan kalau aku nyuruh kamu yang pergi gantiin aku ke perjodohan dan buntutnya antara aku tetap dipaksa menikah atau perjodohannterus berlanjut tiada akhir." Natha menarik nafas panjang, "Baiklah jika sudah begini lebih baik..."
"Kamu bertemu lagi dengan direkturmu."
"Kamu membayar uang upah perjodohan padaku."
Nara dan Natha bersamaan mengucapkan kalimat itu.
"Disaat seperti ini kamu masih memikirkan uang?!!" Natha menaikkan intonasi suaranya membuat Nara menutup telinganya. "Hahhh.." wanita itu mendesah nafas panjang lalu mengeluarkan sebuah amplop tebal berwarna putih yang Nara tau itu berisi uang upahnya membuat wanita itu tersenyum.
Natha meneyerahkan amplop itu dan disambut bahagia oleh Nara, namun saat Nara ingin mengambil Amplop itu Natha menahannya dan terjadi aksi saling tarik menarik meski tidak brutal dan masih diiringi senyum terpaksa dari kedua wanita itu.
"Apa yang kamu laku.." Nara masih berusaha menarik amplop mtu dari tangan Natha.
"Dua kali lipat!" Natha kekeh mempertahankan amplop itu dan mengeluarkan jurus andalannya.
"Tidak!" Nara menggelengkan kepalanya keras untuk menolak tegas dan tangannya tetap bertahan memperbutkan amplop itu.
"Tiga kali lipat!!!" Seru Natha tetap tidak mak mengalah.
Pertahanan diri Nara akan segera runtuh dilihat dari ekspresi wanita itu membuat Natha melempar umpan terakhirnya yang paling spektakuler menurutnya, "Empat kali lipat plus bonus tas Gucci yang kamu mau!!! Kalau kamu mau ketemu direktur itu lagi dan menjelaskan untuk membatalkan pernikahan!" Saat Natha tau pertahanan diri Nara sudah runtuh dia merasa menang dan tertawa bahagia. "Aku tau kamu bisa diandalkan Naranika Atmadja!!!!" Dan Nara hanya bisa tersenyum lebar sambil mencucurkan airmata pedih antara sedih dan senang.
****
Esoknya berbekal pesan singkat yang Nara kirimkan untuk Reynold, mereka berjanji untuk bertemu kembali malam ini jam 7 di coffee shop yang sedikit jauh dari kantor mereka. Nara sudah tiba lebih awal, berpenampilan ala femme fatale kembali dan duduk bersidekap di meja dekat dengan jendela.
"Maaf aku terlambat." Nara mengadahkan kepalanya begitu mendengar suara itu lagi, dan dia kembali menahan nafasnya melihat ketampanan yang direkturnya miliki.
Ingat Nara dia pasien rumah sakkt jiwa yang punya kelainan ***, meski kamu janda kamu jmga hatus ada harga diri.
"Ehm!" Nara berdehem untuk menormalkan ekspresinya, "Baguslah anda datang, ada yang ingin saya bicarakan. Silahkan duduk." Nara berusaha untuk bersikap wajar tetapi nafasnya selalu tercekat melihat pria di hadapannya ini sangat mempesona. Setelah Reynold duduk, suasana hening, "Anda mau pesan apa tuan Reynold, saya akan pesan minuman." Nara tersenyum canggung.
"Expresso." Jawab Rey singkat, "Biarkan pelaya..."
"Aku yang akan kesana untuk memesan!" Nara langsung bangkit dari tempat duduknya menuju bar pelayan untuk memesan minuman.
"Aku tidak bisa bernafas dengan benar disekitar pria itu." Nara menghela nafas panjang dan menyeka peluhnya setelah dia memesan minuman di kasir. "Jadi aku harus mulai dari mana yah?" Gumam Nara. Wanita itu masih setia berdiri di depan kasir untuk menunggu minumannya.
"Ponselmu." Tiba tiba suara Reynold di belakang Nara membuat wanita itu terlonjak.
"Apa yang kamu lakukan disini? Ada apa dengan ponselku?" Tanya Nara panik dan terkejut bersamaan.
"Aku harus kembali ke kantor, ada urusan mendadak. 20 menit! Aku akan kembali, dimana ponselmu? Kamu selalu menolak panggilanku dan berusaha kabur itu membuatku susah."
Nara menatap mata Reynold serius, "Aku tidak berusaha kabur," Nara bersidekap. "20 menit kan? Akan aku tunggu, aku tidak akan kabur karena ada hal yang juga harus aku bicarakan dengan anda pak direk.. ehm bukan tuan Reynold."
Reynold tersenyum tipis menatap Nara, "Aku akan segera kembali."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
ieva_wL🐣
aku juga akan segera kembali memberi jempol kalo udah up lagii 😂😂😂😂
2021-08-06
1
Hilda Josyaan Hilda
pasti kalau natha ketemu sama rey dia bakalan suka
2021-08-06
0
person 💁🏻♀️
seru Thor ditunggu up selanjutnya
2021-08-06
0