RED RIDING HOOD

RED RIDING HOOD

EPISODE 1

“aku mencintaimu” ucap seorang pria, dia  memegang wajah wanita yang ada di hadapannya.

Wanita itu hendak menjawab “aku…” tapi terhenti, karena pria itu menciumnya dengan mesra.

“membosankan” ungkapku.

Ruang bioskop yang berisi 146 kursi dan jumlah penonton yang hampir memenuhinya, layar lebar yang menampilkan adegan klise, dan tatapan mata orang-orang yang fokus pada cerita yang di hidangkan, serta diriku yang sedang berpangku tangan melihat layar.

Namaku Arcilla Zeline Bell, tapi aku lebih suka di panggil Arla. Aku memiliki warna rambut yang hitam dan bola mata berwarna ungu, tapi saat ini aku sedang menggunakan kontak lensa berwarna coklat. Warna mataku sangat asing dan karena itu aku menggunakan warna lain untuk menutupinya.

Adegan dari layar yang sedang ku tonton adalah salah satu film yang sedang populer akhir-akhir ini. Film itu mengisahkan dua orang yang saling jatuh cinta namun terhalang oleh banyak hal, salah satunya adalah persetujuan orangtua. Aku menganggapnya membosankan, karena aku bisa menebak akhir dari kisahnya.

Tidak banyak orang yang menyukai akhir yang menyedihkan dalam sebuah cerita, karena itu aku bisa menyimpulkan. jika akhir dari cerita itu adalah kebahagiaan, maka dua orang yang berada di layar akan mencapai ujung cerita dengan bahagia selamanya.

Tatapanku kosong saat menatap layar. Jadi, aku memutuskan untuk pergi meninggalkan ruang bioskop.

Aku segera bangkit dan berjalan keluar. Namun, saat aku berjalan melewati koridor, sebuah suara terdengar memanggil namaku.

"Arla..."

Langkahku terhenti "dasar! Bagaimana aku bisa lupa?" pikirku. Aku pun membalikkan badan dan melihat ke arah orang itu.

Seorang pria bermata biru dengan rambut kuning keemasan. Tinggi 187 cm dan wajah yang tenang. Dia berjalan padaku. Senyumannya selalu terukir saat aku melihatnya.

"kamu tidak menikmati filmnya?" Dia bertanya saat telah tiba di hadapanku.

"tidak, aku suka. Tapi, aku ingin keluar sebentar, udara di dalam terlalu panas" jawabku.

"baiklah, aku akan menemanimu"

"tapi filmnya belum selesai, kamu tidak menontonnya lagi?" tanyaku.

"tidak. Aku bosan. Bagaimana jika kita pulang saja?"

"pulang?"

Dia mengangguk.

"baiklah" ucapku.

Namanya Evan, usianya 25 tahun. Saat ini aku dan dia adalah sepasang kekasih yang telah bertunangan. Pernikahan kami akan di laksanankan dua minggu kedepan. Tiga bulan yang lalu, tepatnya di sebuah restaurant mewah dan disanalah dia melamarku. Aku pun menerimanya.

Aku dan dia berjalan melewati koridor menuju pintu keluar, waktu menunjukkan pukul delapan malam.

Aku tidak begitu ingat, kapan tepatnya kami mulai berteman. Tapi jika aku menghitungnya, pertemanan kami sudah terjadi sejak sepuluh tahun yang lalu, saat usiaku genap 12 tahun.

Walaupun aku bertunangan dan menerimanya, aku tidak bisa mengatakan kalau aku memiliki perasaan padanya. Pertemanan diantara kami sudah cukup bagiku dan aku tidak tau bagaimana dia bisa jatuh hati padaku.

Aku tidak memiliki alasan untuk menolaknya walaupun hatiku berkata lain. Pertama, karena dia bisa menjadi alasan untukku agar bebas. Kedua, mungkin aku bisa mencintainya seiring waktu berjalan.

"apa kamu haus? Aku akan membelikan minuman" Dia bertanya padaku, tepat saat kami sudah berada di depan gedung.

"tidak. Aku tidak haus" jawabku.

"baiklah, aku akan membeli minuman sebentar. Setelah itu kita pulang" ucapnya.

Aku mengangguk. Dia pun berjalan ke mesin jual otomatis (vending machine). Sedangkan aku menunggunya di depan gedung, memegang sebuah tas dan berdiri menatap sekitar, namun saat itu aku tidak sengaja melihat sebuah papan iklan. Tepat di hadapanku. Disana terdapat gambar seorang wanita menggunakan baju balap, dan helm di tangan kirinya.

"aku mengenalnya" ucapku dalam hati.

Wanita itu adalah saudara perempuanku, lebih tepatnya, anak perempuan dari keluarga yang mengurusku (adopsi). Mereka di panggil dengan sebutan keluarga Natt, tapi aku tidak suka menggunakan nama itu.

Sebenarnya, keluarga itu bukan orang-orang jahat, tetapi mereka juga tidak bisa di katakan orang baik. Mereka seperti klien yang sedang bertansaksi denganku. Namun, mereka mengambil keuntungan yang lebih banyak.

Saat aku tidak sadar dalam lamunanku. Seseorang telah berada di dekatku, berkata sesuatu yang mebuatku kaget dan tersadar.

“aku tidak pernah melihat manusia yang lebih menyedihkan dari dirimu” ungkapnya tiba-tiba.

Saat aku menoleh, aku memperhatikan sekitar. Apakah dia bicara padaku atau orang lain? Wanita itu mengenakan gaun merah dan topi merah_sehingga menutup sebagian wajahnya.

"jika kau mau, aku bisa memberikan apapun yang kau inginkan" lanjutnya.

Wanita itu melirik ke arahku, dan tersenyum. Aku tidak bisa melihat bagian wajah yang lain selain bibirnya.

"maaf, sepertinya anda salah orang" Aku berusaha sebaik mungkin untuk berbicara sopan.

"jika kau mengikutiku, kau bisa mendapatkan apapun yang kau inginkan, aku bisa memenuhinya" Dia terus bicara hal yang aneh.

Entah kenapa, aku menjadi larut dalam pikiranku setelah mendengar perkataannya.

"aku bisa membuat dunia bertekuk lutut padamu. Begitupun semua orang yang kau kenal" Lanjutnya lagi.

"aku tidak mau itu" aku menjawab.

"katakan apapun"

Aku terdiam...

"apa anda bisa mengembalikan kedua orangtua ku? Aku hanya ingin bertemu dengan mereka"

Wanita tidak menjawab pertanyaan ku dan sekarang dia terdiam. Aku yakin, dia hanya berkata hal yang mustahil, mungkin dia hanya orang gila yang sedang tidak memiliki kegiatan. Namun…

"Arla!!!" Evan berteriak.

Aku tersentak. Melihat Evan sudah berada di di hadapanku, menggenggam kedua bahuku.

"apa yang sedang kamu pikirkan?" dia bertanya.

"apa?" aku merasa aneh dengan diriku.

"aku memanggilmu sejak tadi, tapi kamu tidak menoleh. Aku memanggilmu dari jarak sedekat ini pun, kamu tidak sadar" jelasnya.

"apa kamu tidak melihat siapapun di sebelahku?" Tanyaku dengan penasaran.

"tidak. Aku melihatmu sendirian sejak tadi" jawabnya dan melepas tangannya dari bahuku.

"ah…. Mungkin aku sedikit kelelahan" aku mengalihkan pandanganku dan menarik tali tas di bahuku.

"kamu harus istirahat. Aku akan mengantarmu sekarang"

"iya."

Aku dan Evan pun berjalan menuju mobil.

"Aneh. Tidak mungkin itu hanya khayalanku saja. Siapa wanita itu sebenarnya? Dan apa maunya?" pikirku.

Aku menggelengkan kepala dan berusaha untuk berhenti memikirkan hal yang tidak masuk akal itu. Tapi, saat aku berusaha untuk melupakan kejadian aneh barusan, aku melihatnya lagi_saat mobil yang aku naiki mulai bergerak memasuki jalan. Aku tidak bisa melihat matanya, namun dia tersenyum saat aku melihatnya. Aku yakin, dia sedang menatapku.

Sekitar tiga puluh menit di perjalanan, akhirnya kami tiba di depan rumah keluarga Natt. Evan mengantarku hanya sampai di depan rumah, setelah itu dia kembali menyetir mobilnya. Selama perjalanan, kami tidak berbicara sepatah katapun.

Saat tiba di depan rumah. Evan seperti mengatakan sesuatu dan aku sama sekali tidak mendengarnya. Aku terus memikirkan hal yang baru saja terjadi. Aku merasa bersalah dengannya karena mengabaikannya, saat melihat mobil itu mulai menjauh.

Aku masuk ke dalam rumah. Seperti biasa, tidak ada siapapun disana. Aku langsung menuju kamarku, membersihkan diri, mengganti pakaian, lalu merebahkan diri di atas kasur. Aku harap aku bisa tidur dengan cepat.

Kamarku bukan seperti kamar putri di cerita dongeng atau fantasy, disana terdapat gitar, skateboard, dan berbagai jenis barang yang biasa di mainkan anak jalanan. Karena aku adalah gadis biasa.

...***...

Terpopuler

Comments

Olivia Maloy

Olivia Maloy

kamu di mana

2022-10-23

0

Olivia Maloy

Olivia Maloy

iya

2022-10-23

0

AYU DANI

AYU DANI

mampir...mdh" an bagus y critanya

2021-08-10

1

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 80 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!