DIBALIK EMOTICON CINTA 1515 (END OF LOVE STORIES)
EPS 01 MEMBUKA TABIR MASA LALU
Siang berganti senja, menggulung hari menjadi malam. Kegelapan yang menyelimuti, memberi sunyi pada hati yang penuh dengan renungan. Tiada arti harapan yang tersembunyi, saat takdir berbicara sebaliknya. Namun yakinlah, semua takdir akan selalu memberikan kebaikan, meski terkadang menyakitkan.
“Aku sekarang lebih memiliki keyakinan kakang, kebahagiaan kita akan datang pada titik waktu yang tidak kita ketahui. Pasrahkan saja semuanya, terima apa adanya karena Tuhan akan selalu mendengarkan doa-doa kita,” ucap Miryam perlahan.
Suaranya begitu lirih, mirip sebuah jeritan yang tertahan. Memberi pilu pada setiap hati yang mendengarkan. Walau bibir Miryam sendiri dihiasi dengan senyuman. Dan air mata yang menetes tidak bermakna kemarahan, karena kepasrahan hatinya yang sudah mulai terbentuk. Dan kesadarannya mengatakan, kebahagiaanya bersama Santika akan tiba, walau dalam bentuk yang tak pernah diangankan.
Sementara tubuh Santika bersemayam dengan tenang di dalam peti kaca. Tubuhnya yang dibekukan dengan kekuatan Tirtanala yang menyejukkan dan menyembuhkan, membuat sel-sel tubuhnya terus berkonsolidasi. Memperbaiki sel-sel yang rusak dalam proses regenerasi yang konstan, walaupun tubuh itu terlihat sudah tidak bernyawa.
“Kakang Santika belum mati, jantungnya masih berdetak, dan bola matanya masih berputar di dalam tubuh Andika,” ujar Miryam.
Begitu alasan Miryam saat dibujuk Kyai Badrussalam agar mengikhlaskan jasad suaminya dikuburkan karena secara medis dinyatakan sudah meninggal. Dan Kyai yang lembut hati itu tidak mau memaksa hati yang tangguh tetapi rapuh itu. Dia yakin seiring meningkatnya kadar pemahaman Mryam akan arti kehidupan yang hakiki, serta kecintaannya pada Sang Maha Pencipta, suatu saat nanti dia pasti akan merelakan kepergian suaminya.
“Kau akan mendapatkan hidayahmu sendiri anakku. Sepertinya aku sudah mulai melihat tanda-tandanya,” batin sang Kyai sambil tersenyum.
Dibiarkannya perempuan jadul tapi mempesona itu larut dalam 'perbincangan' panjang dengan jasad suaminya.
“Lihatlah buah cinta yang sedang tumbuh berkembang di dalam rahimku, kakang. Nampaknya dia sudah tak sabar melihat wajah ayahnya,” ujar Miryam sambil membelai perutnya.
Saat ini kandungannya sudah berusia enam bulan. Berarti sekitar tiga bulan lagi, jabang bayi buah cintanya dengan Santika akan lahir ke dunia. Jabang bayi yang kehadirannya juga dinantikan banyak orang. Kyai Badrussalam, Andika dan santri-santri di pesantren yang cukup besar itu. Kebanyakan mereka penasaran, dengan bayi yang benihnya sudah ada di dalam rahim perempuan bidadari itu lebih dari limaratus tahun.
***
Sementara itu Andika masih disibukkan dengan kitab-kitab dan tulisan-tulisan di atas daun lontar yang berada di dalam peti mati dimana jasad Santika dan Miryam ditemukan. Andika sengaja membawa dokumen-dokumen jadul itu ke pesantren untuk di pelajari. Dia ingin membuka tabir kehidupan siapa Miryam sebenarnya.
“Aku memiliki semacam keyakinan kalau diantara tulisan-tulisan itu mengandung sejarah tentang siapa Miryam, dan apa hubungannya dengan musuh bebuyutannya yang wajahnya sangat mirip itu,” kata Andika di depan Kyai Badrussalam.
“Sejauh ini apa yang kau dapatkan Andika?”
“Belum banyak Abah. Karena kedua kitab ini menggunakan bahasa-bahasa Jawa Kuno yang sangat di sucikan. Bahasa pengantar pada kitab-kitab yang dikeramatkan, dan hanya dikuasai para pemimpin agama pada saat itu yang disebut Acarya.”
“Dan kau tidak menemukan referensinya pada kosa kata bahasa Jawa sekarang?”
Andika menggelengkan kepalanya.
“Belum Abah, aku sudah membongkar semua buku-buku sastra Jawa tapi belum menemukan padanannya. Itu adalah bahasa yang hanya digunakan dalam kitab suci, bukan bahasa yang biasa digunakan oleh para pujangga dan penulis kitab-kitab sastra.”
Kyai Badrussalam terdiam mendengar jawaban Andika. Sesaat kemudian dia berdiri, melangkah ke depan jendela, pandangannya menerawang jauh. Lalu kepalanya mengangguk-angguk sambil mengelus-elus jenggot putihnya yang menjuntai ke bawah. Nampaknya dia tahu seseorang yang bisa membantu Andika.
“Mungkin aku tahu seseorang yang bisa menerjemahkannya,” desisnya.
Andika mengernyitkan dahinya.
“Siapa Abah?”
“Aku juga tidak begitu mengenalnya, karena baru bertemu satu kali, Namanya Panembahan Mbah Iro, dia adalah seorang pemimpin Trah Somawangi dari pedalaman pulau Jawa. Aku rasa tempat tinggalnya tidak jauh dari megaproyek milik ayahmu.”
Kali ini Andika terkesiap.
“Maksud Abah, Megapolitan?”
Kyai Badrussalam menganggukkan kepalanya.
“Iya. Dia mengatakan tempat tinggalnya tidak jauh dari lokasi proyek ayahmu itu.”
Andika diam termangu. Bukan tanpa alasan kalau Abahnya itu menunjuk seseorang berdasar kemampuannya, karena mata batinnya yang tajam bisa menilai kapasitas seseorang dengan baik. Masalahnya adalah dimana seseorang yang dimaksud Abahnya itu berada.
“Punten Abah. Namanya siapa tadi?”
“Panembahan Mbah Iro. Aku juga bertemu dengannya di Megapolitan bersama seorang cucunya yang bernama Pranaja.”
“Bertemu dengannya di Megapolitan? Abah pergi kesana kapan? Itu kan jauh sekali dari sini.”
Kyai Badrussalam tersenyum. Bahkan jarak dari ujung barat pulau Jawa sampai di pedalamannya hanya di tempuhnya dalam waktu tidak sampai lima menit.
“Itu cerita yang lain lagi Andika. Terlalu panjang untuk membahasnya. Fokus kita sekarang adalah mencari tahu dimana tempat tinggal Panembahan Mbah Iro.”
Andika mendongakkan kepalanya sedikit. Sekilas dia menatap wajah Kyai Badrussalam yang sangat di seganinya itu. Dalam hatinya dia heran, kenapa Abahnya menanyakan hal seperti itu? Apakah Panembahan Mbah Iro adalah sosok yang sangat kuat, sehingga seorang Kyai Badrussalam saja kesulitan mencari keberadaannya dengan ketajaman mata batinnya?
“Baik, Abah. Aku akan mencoba mencari lokasi keberadaan Somawangi lewat citra satelit milik ayahku,” ujarnya.
Lalu tangannya bergerak lincah di atas panel screenboardnya melacak keberadaan Trah Somawangi. Perangkat digital milik Andika adalah barang elektronik yang paling canggih di kelasnya dan terhubung langsung dengan satelit milik ayahnya sendiri. Sebagai taipan yang juga menguasai mayoritas saham beberapa media internasional yang terkemuka, Subrata memang berkepentingan meluncurkan satelit pribadinya ke luar angkasa.
Walaupun dia juga memiliki misi rahasia lainnya, karena satelit miliknya memiliki multi fungsi. Bisa digunakan untuk memata-matai negara lain khusunya negara dunia ketiga, yang sedang berkonflik. Karena rupanya dia juga diam-diam bergerak dalam bisnis penjualan senjata ilegal. Disamping itu mampu menampilkan citra satelit kekayaan alam di bawah lapisan kulit bumi yang terluar.
“Bagaimana Andika? Sudah kau temukan dimana lokasi Trah Somawangi?” Tanya Kyai Badrussalam.
Andika tidak langsung menjawab pertanyaan Abahnya. Terlihat wajahnya masih bingung menatap layar monitor di depannya. Terdapat keterangan keberadaan padukuhan Somawangi, namun satelitnya tak mampu menemukan dimana lokasi padukuhan itu. Dalam gambar nampak jelas ada satu titik dalam peta yang terselubung warna putih tipis seperti awan.
‘Apakah Padukuhan Somawangi terletak di balik gumpalan putih ini? Lalu apa yang menutupi keberadaannya? Mungkinkah selalu ada mendung di atas tempat itu?’ batinnya.
“Kenapa kau terdiam dan tidak menjawab pertanyaanku Andika? Apa kau menemukan sesuatu yang aneh?” tanya kyai Badrussalam lagi.
Andika seperti tergagap mendengar ‘teguran’ dari Abahnya. Kali ini dia menatap wajah Kyai Badrussalam dalam-dalam. Rasanya ingin mengungkapkan apa yang dia lihat, tapi lehernya seperti tercekat
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 149 Episodes
Comments
Abu Alfin
Hadir
2021-12-23
1
👑Meylani Putri Putti
ya ampun apa kakang santika tak bisa di hidupkan kembali thor
2021-12-21
0
Lucyna
Maryam oh maryam ....
semangat bang sis aku mendukungmu selalu 💪💪
2021-12-17
0