Anak Genius: Jalan Menuju Dasha
"Kau akan bekerja?"
"Anak manis beli roti untuk sarapan dulu!"
"Belikan anakmu roti!"
Teriakan ramai itu memenuhi pintu-pintu toko.
Langkah kaki wanita dengan sepatu heels hitam arang itu begitu cepat, membuat gadis kecil di sebelahnya kesulitan mengimbangi. Padahal gadis kecil itu sempat tertarik dengan aroma roti panggang yang ditawarkan padanya saat melewati toko roti.
Hal itu membuat wanita berkemeja lilac tersebut beberapa kali harus terhenti karena gadis kecil dalam genggamannya tidak bisa diam. Beruntung, wanita itu tidak lelah dan malah menarik lengan gadis kecil itu agar semakin dekat ke arahnya.
Langit semakin panas, mereka berdua sudah menghabiskan waktu selama 15 menit berjalan di trotoar. Dan, di depan sana, jika berhasil menyeberangi zebra cross itu maka keduanya akan tiba di tempat tujuan.
Gadis kecil yang dipegangi oleh wanita berambut pirang kotor itu, kini malah sibuk menyentuh tas perempuan asing di hadapannya. Perempuan asing itu pun hanya tersenyum saat menoleh ke arah ibu si gadis cilik.
"Dasha! Jangan!" bentak wanita itu sambil melototi putri semata wayang dengan mata hazelnya.
Gadis kecil itu langsung beringsut kesal, membuat perempuan asing di depan mereka hanya tersenyum.
Lampu hijau pejalan kaki menyala, orang-orang di kota menyeberang dengan santainya.
Kedua orang berambut pirang itu , akhirnya tiba juga di depan klinik transplantasi rambut, tempat wanita bernama Anastasha Andromeda bekerja sampingan.
Wanita berpakaian rapi itu masuk ke dalam dan menemui wanita berambut cokelat yang sedang sarapan di meja resepsionis.
"Lagi?" ucapnya seolah sudah tahu apa tujuan Anastasha mengajak putrinya ke klinik.
"Tolong aku, hari ini aku akan ke Cesme. Aku diminta turun lapangan untuk meliput beberapa hal di sana." Anastasha terlihat bersemangat saat membicarakan pekerjaannya.
"Seharusnya kau memberikan ibumu seorang ayah, Dasha. Agar dia tidak berlagak sok kuat," jawabnya keluar dari balik meja resepsionis dan memeluk gadis yang dipanggil Dasha itu.
Ya, Dasha Andromeda adalah putri Anastasha yang sebentar lagi akan genap berusia 6 tahun. Putri yang sering dititipkannya di mana saja, entah itu di sekolah kanak-kanak atau klinik transplantasi rambut tempat dia bekerja, tentu saja selain radio Good Morning yang lokasinya juga tak jauh dari klinik dan rumahnya.
"Aku akan pergi untuk dua hari satu malam, kali ini kau harus menginap di rumah bibi Esmeran." Anastasha mendadak bicara lembut.
"Hmm!" angguk Dasha cepat.
"Dan, kumohon jangan membuat masalah. Aku tidak akan melarang bibi Esmeran untuk memukulmu kalau kau bersikap nakal." Mata Anastasha memicing di sudut.
"Kuberi dia puzzle, dia akan diam seharian," celetuk Esmeran.
"Andai saja begitu!" Anastasha mendengkus. "Kau ingat terakhir kali Dasha merusak rambut Pak Mustafa, rasanya aku ingin segera meninggalkan Izmir." Lanjutnya membuat Esmeran tertawa, teringat Dasha yang tidak sengaja merusak rambut Pak Mustafa yang baru saja ditransplantasi dengan tidak sengaja membakarnya.
"Pergilah, aku akan mengurusnya," tawa Esmeran mengikuti kalimatnya.
"Terima kasih, sahabatku!" ucap Anastasha kemudian menciumi pipi Dasha yang ada dalam pelukan Esmeran.
"Jangan menciumku, Anne! Turunkan aku, Bibi!" seru Dasha menolak ibunya juga menolak Esmeran.
Dengan berat hati, Anastasha pergi meninggalkan putrinya lagi dan berdoa semoga kali ini tidak ada masalah yang akan ditimbulkan oleh putrinya.
***
Dasha duduk terdiam di teras atas rumah Esmeran, dia sudah menatap ponsel pemberian ibunya seharian.
Entah apa yang terjadi? Seharusnya pulang sore ini, tapi, sudah malam dan Anastasha masih belum kembali. Dasha tentu saja sudah merindukan rumah dan kucing liar yang sering datang ke dapur rumahnya. Karena bibi Esmeran alergi kucing, maka dia sering melarang Dasha untuk menyentuh kucing.
Dengan begitu, kebosanan segera menyerbu gadis kecil itu.
"Bibi!" Dasha mendekati Esmeran yang sibuk bicara di telepon dengan sang pacar. Tertawa manja, membuat Dasha bersyukur bahwa Anne-nya tidak punya pacar.
Tanpa izin Esmeran, Dasha berjalan menuruni tangga dan pergi ke pintu depan. Kemudian duduk-duduk di situ sambil menggali tanah di pot bunga milik neneknya Esmeran.
Dua puluh menit berlalu, Esmeran sudah selesai teleponan dan menyadari bahwa Dasha menghilang.
"Oh tidak, ya Tuhan!" Esmeran mencari Dasha di dalam rumah dan kemudian mencari di depan rumah.
Beruntunglah, Esmeran langsung saja menjumpai Dasha yang ternyata sedang bermain dengan beberapa kucing liar.
"Dasha, kau membuatku hampir mati. Aku belum menikah, tolong jangan begini," omelnya mendekati Dasha, tapi agak menjaga jarak karena tepat di hadapan Dasha ada kucing.
"Aku ingin bermain dengan kucing, tapi kau tidak mengizinkan," bantahnya membuat Esmeran menahan geram.
"Masuklah, ibumu akan segera pulang." Esmeran mengayunkan tangan kepada Dasha agar dia segera masuk. Tapi, gadis tengik itu malah berdiri menghadap Esmeran, kemudian melipat tangannya di dada dan menatap Esmeran dalam-dalam. "Kenapa menatapku seperti itu? Ayo masuk!"
"Dasar keriting!" ketus Dasha membuat Esmeran kehabisan kata-kata.
Dari kejauhan, Anastasha yang baru saja turun dari taksi di ujung gang sana, berjalan ke arah Dasha dan Esmeran yang terlihat jelas karena berdiri di bawah lampu.
"Dasha!" seru Anastasha.
"Oh, Tuhan! Kau datang juga." Esmeran langsung membuat keributan begitu melihat Anastasha yang hanya tinggal beberapa meter di belakang Dasha.
"Aku bukan tuhanmu, Esmeran," ucap Anastasha bercanda.
"Ibu dan anak sama saja!" gerutu Esmeran sambil menggeleng.
"Apa kabar, tuan putriku?" ucap Anastasha mengulurkan tangan yang dikepal membentuk tinju ke arah Dasha.
"Aku tidak ingin melakukannya dengan seorang pembohong!" Gadis kecil ini rupanya sedang merajuk karena ibunya terlambat menjemput.
"Maafkan aku, ada sedikit masalah," jawab Anastasha lemas.
"Anne?" panggil Dasha langsung bereaksi ketika mendengar suara ibunya yang tiba-tiba lesu.
"Apa yang terjadi?" Esmeran mendekat.
"Mereka melarangku untuk kembali ke lapangan, katanya aku tidak cocok meliput di lokasi seperti itu," jelas Anastasha menunduk.
"Sebagai teman, aku menyarankan kau untuk membuang mimpimu itu. Ini sudah tiga tahun, kau bisa fokus bekerja di klinik saja!" Esmeran memberikan saran yang cukup tidak punya simpati.
"Aku akan kembali ke studio. Tapi, dua hari ke depan aku diberi libur." Anastasha tersenyum.
"Kita akan bermain seharian di rumah? Memasak bersama? Anne, kau akan membantuku membuat lukisan baru kan?" Dasha tiba-tiba menyela dengan cerewetnya.
"Tentu saja!" Anastasha tersenyum.
"Oh yeay! Aku memaafkanmu!" Dasha berlari dan memeluk pinggang Anastasha.
"Kuharap kalian berdua selalu bahagia seperti ini. Indah sekali!" tambah Esmeran.
"Kau juga Esmeran."
"Masuklah, menginap di rumahku dulu. Ini sudah larut malam. Apa kau tidak kedinginan kucing kecil?" lanjutnya mengacak-acak kepala Dasha. Dasha menepis dan menatap Esmeran seolah siap berkelahi dengannya.
***
Anastasha Andromeda, sebuah nama yang tertulis di papan nama depan pintu rumah berwarna cokelat kehitaman.
Pagi ini, saat sedang bersiap-siap di dapur untuk memasak bersama putrinya. Anastasha dikejutkan dengan petugas kurir yang mengantarkan sebuah kotak kecil. Selama tinggal di Izmir, Anastasha memang jarang menerima paket. Sehingga dia agak takut jika ada orang mengirimkan paket untuknya.
Anastasha pindah ke teras samping dan membuka kotak itu di sana. Ternyata, kotak itu berisi beberapa surat dalam amplop biru muda.
Isi salah satu surat mengagetkan pagi Anastasha yang bersahabat.
Rupanya, surat ini datang dari wanita jahat yang mengusirnya enam tahun lalu.
Dalam surat panjang itu, tiba-tiba orang yang hampir jadi keluarganya tersebut membeberkan sebuah fakta yang sulit dicerna otak Anastasha.
Seharusnya surat ini tidak pernah datang!
***
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Jungkookx Jihyo
Wow bikin penasaran nih!!!!!!!
2021-10-16
0
Blackvelvet JKL
Baru tau kalau ada cerita baru, masuk fav dulu. di baca nya kapan-kapan dehh
2021-09-25
5
Jono Ninonong
Next bkin cerita mafia gitu Thor. Kayak nya author nya suka coba coba genre nih
2021-09-18
0