Anak Genius: The Next Heir
Pagi hari, Ayahnya Caroline pergi untuk membuat janji dengan asisten pribadi seorang pria yang terkemuka, untuk meminta sebuah bantuan, dan menawarkan anak gadisnya sendiri, dengan menunjukan sebuah poto Caroline yang telah dipersiapkan sebelumnya.
"Presdir...?"
Ujar asisten pribadi pria itu seraya mengetuk pintu ruangan kerjanya.
"Masuklah...!"
"Baik."
"Apa ada orang bodoh lagi yang datang, dan bahkan rela menukar bantuan dariku dengan putri mereka sendiri.?"
Pria tersebut seperti sudah bisa menebak, karna memang sering sekali ia mendapatkan tawaran seperti itu, akan tetapi, wanita-wanita yang selama ini dikirimkan kepadanya tidak pernah ia sentuh sama sekali, karna menurutnya, mereka telah tidak polos sama sekali, dan tidak dapat menarik perhatian pria sombong itu.
"Ya, apa anda ingin melihat potonya terlebih dahulu...?"
Seraya asistennya itu memberikan Poto Caroline dan menaruhnya diatas meja kerja atasannya.
"Wanita yang cukup anggun, ketika ia dipoles nanti, akan terlihat seperti kucing liar...."
Ucapnya seraya menatap poto tersebut.
"Hah? apa anda yakin ingin menerima tawaran itu Presdir...?"
"Uang bukanlah sesuatu hal yang sulit bagiku, akan tetapi, wanita dipoto ini ekspresinya seperti sangat tertekan sekali, menarik...."
"Aku ingin melihat orang seperti apa dan sebersih apa putri dari orang bodoh tersebut."
Ucapnya kepada asisten pribadinya.
Asisten pribadinya hanya bisa menghela napas panjang dan menggelengkan kepalanya.
"Kapan ia membuat janji...?"
Tanya kepada asistennya.
"Dia mengajukan nanti malam presdir...."
"Katakan padanya, kirim wanita ini ketempat biasa dimana aku berada.!"
"Dan, jangan lupa periksa informasi perusahaannya secara mendetail.!"
"Baik presdir."
Asisten pribadinya segera keluar meninggalkan ruangan bosnya, untuk menyampaikan pesan kepada ayahnya Caroline.
"Hem... dasar orang-orang bodoh, apa selama ini mereka mengira kalau aku sungguh menyentuh wanita-wanita itu.?"
"Mereka selalu mengira kalau anak gadis mereka adalah perempuan yang suci, lucu sekali, hah...."
Ucap pria itu memandang gelapnya malam dari ketinggian, seraya menghela napas panjang yang berat.
Andrew.
Ya, pria itu adalah Andrew seorang Presdir dari perusahaan Entertainment terbesar di Negara A bernama ALX grup
Pria yang terkenal dengan kekayaannya yang tak terbatas, dengan sikapnya yang dingin, arogan, sombong dan kejam.
Sebuah reputasi yang ia tunjukan kepada dunia, akan tetapi, tidak banyak yang tahu sifat aslinya seperti apa.
Ia tidak terlalu sering muncul dipermukaan umum, walau ia adalah seorang Presdir perusahaan Entertainment, ia lebih tertutup dari kebanyakan orang, terutama masalah tentang asmaranya.
\*\*\*\*\*\*\*
Malam perjanjian akhirnya tiba, ayahnya Caroline membawanya pergi, dengan alasan untuk sekedar mengenalkan kepada karyawan-karyawannya, bahwa ia adalah putri kandungnya yang selama ini tidak diketahui banyak orang.
"Caroline, kemarilah. !"
Ucap ayahnya, memanggil dari lantai satu.
"Iya ayah.?"
Ia segera turun menghampiri ayahnya secepat yang ia bisa.
"Kamu temani ayah, menyapa karyawan-karyawan perusahaan ayah...!"
Ujarnya seraya memegang tangan Caroline dengan lembut.
"Untuk apa ayah.?"
Ia dengan ragu dan takut, berusaha untuk bertanya.
"Selama ini, yang mereka tahu putri ayah cuma kakak tirimu saja, ayah berniat diacara kali ini, ayah ingin memperkenalkan kepada mereka,
bahwa ayah sebenarnya memiliki dua orang putri, dan kamu adalah putri kandung ayah...."
"Bagaiman juga, kamu akan jadi penerus perusahaan ayah suatu hari nanti, lagian kuliah kamu juga sudah beres bukan.?"
"Sebentar lagi kamu harus belajar bagaimana caranya, mengurus sebuah perusahaan mulai dari sekarang...."
Ucap ayahnya menjelaskan, berusaha membujuk anak gadisnya.
"Tapi ayah.?"
"Tenang saja, ibu dan kakakmu sudah setuju, mereka sama sekali tidak ada masalah...."
Tegasnya.
"Terimakasih ayah."
Caroline untuk pertama kalinya memeluk ayahnya setelah sekian lama.
Akan tetapi, ia tidak tahu dibalik kebaikan ayahnya saat itu, terdapat sebuah jebakan yang telah menantinya.
"Sherry...!"
Panggil ayahnya kepada kakak tirinya yang tengah berada didalam kamarnya.
"Ya ayah...."
"Kamu bantu adikmu untuk berdandan yang cocok dengannya, dan jangan terlihat seperti gadis nakal, ayah tidak suka itu.!"
Tegas ayahnya, bahwa Andrew menyukai seorang gadis yang seperti teratai putih, dan terlihat polos.
"Baik ayah."
Sahut Sherry seraya mengedipkan matanya.
"Ayo Caroline, aku bantu agar kau terlihat menakjubkan malam ini. Nanti disana jangan membuat ayahmu malu ok.!"
"Iya kak...."
Jawab Caroline seraya menundukan kepala.
"Gadis pintar...." Ucapnya lembut.
"Dasar bodoh, riwayatmumu akan tamat malam ini." Ucap Serry dalam hatinya dengan sangat puas.
Setelah Caroline selesai berhias, ia dibawa pergi oleh ayahnya ketempat yang telah dijanjikan, yaitu disebuah hotel yang mewah dan megah milik Andrew.
Mereka berdua masuk kesebuah ruangan, yang dimana telah tersedia beberapa minuman yang mewah.
"Ayah, kenapa tidak ada orang.?"
Tanya Caroline yang tidak melihat orang lain selain mereka berdua.
"Sepertinya kita datang terlalu awal...."
Sahut ayahnya menjawab.
"Oh begitu ya...."
"Ah... tidak mungkin kalau kita hanya duduk seperti ini, bagaimana kalau kau belajar minum alkohol sedikit, Caroline.!"
"Tapi ayah...."
Ucap Caroline ragu, ia memang tidak pernah meminum alkohol sama sekali sebelumnya.
"Nanti kau harus terbiasa, makanya belajar dari sekarang, tenang saja, ayah akan menjagamu...."
Ayahnya menuangkan sebuah minuman beralkohol kepada gelas putrinya, dan tidak ada cara bagi Caroline untuk menolak permintaan ayahnya, ia akhirnya memberanikan diri untuk meminumnya, pada akhirnya baru juga setengah gelas, Caroline telah mabuk ia ambruk diatas kursi dengan setengah tertidur.
Disaat yang bersamaan Andrew melihatnya dari sebuah kamera cctv yang terdapat diruangan lain, dan segera memerintahkan bawahannya, agar wanita tersebut dibawa keruangannya.
Beberapa saat kemudian, asisten Andrew datang untuk membawa Caroline, ayahnya tanpa ragu langsung pergi meninggalkan tempat tersebut tanpa berfikir panjang.
Asisten Andrew meminta bawahannya yang seorang perempuan untuk membawanya kekamar Andrew yang telah disiapkannya.
Karna menunggu agak terlalu lama, Andrew hanya bisa minum alkohol dikamarnya seraya melihat sambungan cctv tersebut, yang telah terhubung kedalam laptopnya.
Tok...Tok...Tok.
"Masuklah...!"
Ucap Andrew kepada asistennya.
"Presdir saya harus meletakannya dimana...?"
Ujar Alice bertanya.
"Letakan saja dikasur...!"
Sahut Andrew menjawab.
Liam dan Alice saling melempar tatapan satu sama lain, dan mereka masih berdiri dikamar bos mereka. Karna biasanya, Andrew selalu memerintahkan mereka untuk melemparnya jauh-jauh setelah menatap wanita-wanita tersebut.
"Benar-benar wanita polos yang malang, memiliki seorang ayah yang rela menjual putrinya sendiri...."
Ucap Andrew seraya menatap tajam kearah wanita yang setengah tersadar itu.
"Maksud anda Presdir...?"
Tanya Liam dengan bingung
"Bukankah aku tidak perlu melewatkan sebuah kesempatan, ketika mendapatkan barang bagus.?"
Seringainya seraya membelai pipi wanita yang ada disampingnya.
"Kalian pergilah jangan menggangguku...!" Tegas Andrew.
"Baik tuan."
****
Malam yang panjang itu, Caroline lalui dengan kesakitan yang tidak akan pernah bisa ia lupakan, dan merupakan sebuah penghinaan terbesar dalam hidupnya.
Tepat pukul 04.30
Ia akhirnya terbangun dari tidurnya, awalnya ia berpikir apa yang terjadi semalam hanyalah mimpi erotisnya semata.
Akan tetapi, betapa kagetnya ia, ketika melihat sekujur tubuhnya dipenuhi oleh sebuah tanda merah, dan terdapat seorang pria yang tengah tertidur pulas disampingnya.
Ia menatap laki-laki tersebut, seraya mengingat-ngingat apa yang telah terjadi padanya semalam. Ia baru tersadar kalau semua itu bukanlah mimpi.
"Ayah... apa yang telah terjadi padaku.?"
Ujar Caroline seraya melihat seluruh isi ruangan kamar tersebut, yang dimana bajunya telah berserakan dilantai.
"Kenapa pria ini ada disampingku, ada apa dengan seluruh bekas ditubuhku ini, apa aku telah dinodai...?"
Ucapnya dalam hati seraya air matanya berjatuhan membasahi pipi lembutnya.
Ia memutuskan untuk segera berpakaian dan berusaha meninggalkan kamar tersebut secepatnya.
Di sebuah kursi tempat dimana asisten Andrew dan bawahannya berjaga, mereka sedang mengobrol, membahas tuannya dengan santai.
"Apa menurutmu Presdir sudah bangun...?"
Ucap Alice bertanya kepada Liam.
"Ada apa...?"
Jawab Liam dengan cuek.
"Apa kau tidak kasihan kepadaku tuan asisten? aku berjaga disini semalaman dan belum tertidur, aku sangat mengantuk, kasihanilah aku...."
Ucap Alice kepada Liam seraya setengah mengejek.
"Wanita yang sedang bersama Presdir lebih kasihan lagi..."
Sahut Liam dengan tegas.
"Ya, dia benar-benar terlihat seperti gadis polos yang suci...."
Ujar Alice seraya menghela napasnya berat.
"Kalau wanita itu sudah tidak suci, Presdir mana mau menyentuhnya...."
Ujar Liam menegaskan.
"Tapi betapa malangnya gadis itu, memiliki seorang ayah yang rela menukar kesucian anak gadisnya, dengan upaya menyelamatkan perusahaannya sendiri, sungguh menjijikkan...."
"Kalau aku memiliki ayah seperti itu, aku akan membunuhnya tanpa berbelas kasihan.!"
Ucap Alice dengan sangat kesal.
"Aku tidak tahu setelah ini, apa yang akan terjadi kepada gadis bernama Caroline tersebut." Sahut liam.
Betapa terkejutnya Caroline, ketika mendengar semua itu, yang sedari tadi ia tengah mendengarkan obrolan mereka berdua, Caroline seketika langsung terisak, buliran air matanya tak tertahankan lagi, ia bergegas melarikan diri, menjauh dari tempat itu tanpa bersuara seraya menutup mulutnya sendiri dengan telapak tangannya.
Setelah keluar dari hotel tersebut dengan keadaan menangis, ia memanggil sebuah taksi, dan meminta agar mengantarkannya kesebuah pinggir jalan yang dibawahnya langsung tertuju kesebuah lautan lepas yang luas.
"Nona... apa anda tidak apa-apa.?"
Ucap supir taksi tersebut, yang melihat penumpangnya menangis dan seperti akan melakukan hal bodoh.
"Tidak apa-apa pak, saya hanya ingin menikmati pemandangan dipagi hari...."
Sahut Caroline.
"Tapi ini masih gelap Nona...!"
"Saya akan menunggu, untuk melihat matahari terbit pak, tidak apa-apa anda boleh pergi.!"
Ujarnya seraya ia keluar dari dalam mobil, dan memberikan uangnya kepada sang sopir.
"Baiklah Nona...."
Akan tetapi supir taksi tersebut merasa wanita itu tidak baik-baik saja, takut melakukan hal bodoh, ia memperhatikannya dari kejauhan.
Disatu sisi, Andrew yang terbangun, melihat wanita disampingnya sudah tidak ada, ia hanya melihat bercak-bercak darah diseprei tempat tidurnya. Ia langsung merasa terhina, karna ditinggalkan ketika masih tertidur, ia sontak berteriak memanggil Liam dan Alice.
"Liam... Alice...!"
Teriak Andrew dengan keras yang saat itu tengah kesal
"Ya presdir...?"
"Kemana wanita yang bernama Caroline itu...?
"Bukankah dia tad---"
Liam yang melirik kearah ranjang langsung terdiam, melihat Caroline yang sudah tidak ada diranjangnya.
"Cari wanita itu! dapatkan semua informasi tentang dia, berani sekali dia kabur disaat aku sedang tertidur...."
"Apalagi yang kalian tunggu? carisekarang.!"
"Baik."
Sahut Liam dan Alice serentak menjawab.
Disisi lain Caroline yang sangat kecewa dengan keluarganya, ia merasa dunianya telah sepenuhnya hancur, ia menghela napas dalam yang panjang, menatap langit seraya menangis meratapi nasibnya sendiri.
"Ibu, Caroline akan menyusul ibu, maafkan aku ibu, selamat tinggal luka, selamat tinggal dunia...."
Ia tanpa berfikir panjang langsung menjatuhkan dirinya kesebuah lautan lepas yang berada dibawah jalan raya tersebut.
Supir taksi yang melihatnya seketika terkejut, dan ia langsung menelpon polisi dengan sangat panik.
"Apa? Bunuh diri.?"
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Aira💕
Seharusnya seorang Ayah itu melindungi anak dan keluarganya, bukan malah menjerumuskan anaknya.
2022-06-13
1
Ibroatul Hasanah
ayah stress
2022-03-10
2
Siti Nurjanah
itu namanya ayah yg gila harta
2021-12-30
2